Beranda Kisah-Sejarah Kisah Nyata Akhir Hidup Pramugari dan Karangan-Karangan Bunga

Akhir Hidup Pramugari dan Karangan-Karangan Bunga

US News & World Report (ilustrasi)

Suatu kali di sebuah majelis taklim di kawasan Bekasi, Jawa Barat.  Di sebuah majelis itu, duduk di belakang seorang perempuan. Ia meminta doa kepada ustadz yang sedang mengisi kajian saat itu. “Ustadz, ada saudari kita sedang dirawat di rumah sakait, dia kritis. Mohon didoakan,” katanya.

Setelah memohon kebaikan bersama melalui doa, perempuan tersebut menangis. Ditanya kenapa, perempuan itu mengatakan bahwa saudara perempuan yang didoakan itu telah meninggal dunia. Baru saja ia menerima kabar tersebut. Suara Innalillahi wa inna ilaihi rajiun terus menggema.

“Siapa sesungguhnya perempuan yang meninggal itu?” Ustadz bertanya.

Yang meninggal ternyata adalah seorang perempuan rumah tangga.  Beraktivitas di maskapai penerbangan sebagai seorang pramugari. Namun meninggalkan dunia pramugari setelah ikut majelis taklim. Baru beberapa pertemuan mengikuti taklim tepatnya tidak lebih dari dua kali pertemuan, Allah berikan ia sakit. Diopname di rumah sakit.

Kanker.

Dalam nalar manusia barangkali itu hal yang tidak menyenangkan.  Namun di akhir hidupnya ia justru menggunakan nalarnya untuk menjemput cinta Allah SWT melalui pengajian-pengajian.  Dalam ruangan yang terisolir dari dunia dan informasi negatif, ia mendekatkan diri kepada Allah lebih dekat.

Ia meninggal saat malam Jumat.  Di kediamannya, nyaris tak ada yang datang teman-teman kerjanya, teman-teman seprofesinya. Mereka hanya meninggalkan karangan bunga “Turut Berduka Cita”. Kediamannya, justru dipenuhi dengan teman-teman taklimnya yang baru saja dikenalnya. Teman-teman taklim suaminya. Yang mendoakan, mengantarkan ke liang lahat dan menguburkan. Bayangkan, teman-teman yang baru ketemu taklim dua kali justru mereka yang hadir. Sementara teman-teman kerja seprofesi yang jauh dari ibadah justru tak hadir. Hanya karangan-karangan bunga yang sampai. Subhanallah.

Kematian perempuan itu adalah pengingat kita tentang pendeknya umur, perubahan dari masa jahiliyah ke masa hijrah hingga siapa teman-teman sejati kita yang sebenarnya. Yang bertemu karena Allah dan berpisah karena Allah.

Ini juga pengingat agar kita bisa meningkatkan amal sholeh kita di saat kita masih diberikan umur, persiapan kita kembali kepada Allah SWT. [Paramuda/BersamaDakwah]