Beranda Kisah-Sejarah Kisah Sahabat Ketika Abu Bakar Nonjok Orang yang Ganggu Rasulullah

Ketika Abu Bakar Nonjok Orang yang Ganggu Rasulullah

timelightbox.tumblr.com (ilustrasi)

Persahabatan adalah sebuah keniscayaan. Ada karena saling membutuhkan dalam keadaan lara maupun suka, dibingkai saling ingat mengingatkan dalam kebaikan. Bagaimana kah prototype persahabatan yang bisa dijadikan cermin dan bikin iri?

Para ulama berkata bahwa Abu Bakar mendampingi Rasulullah sejak ia masuk Islam sampai meninggal. Ia tidak pernah berpisah dengan beliau, baik saat bepergian maupun saat menetap, kecuali dalam situasi yang Rasulullah mengizinkannya meninggalkannya, misalnya untuk melakukan haji atau berperang. Abu Bakar mengikuti semua perang Rasulullah, juga berhijrah bersama Rasulullah dan ikut bersembunyi di dalam gua sebagaimana difirmankan Allah:

Sedangkan ia adalah seorang dari dua orang ketika keduanya berada di dalam gua, pada waktu itu ia berkata kepada temannya; janganlah kamu berduka cita, sesungguhnya Allah bersama kita. (QS. At-Taubah: 40).

Ia selalu membantu Rasulullah dalam setiap keadaan. Ia memiliki rekam jejak yang panjang dan berkesan pada berbagai peristiwa. Dalam perang Uhud dan Hunain ia tetap teguh bergeming ketika para sahabat lainnya lari bercerai berai.

Ibnu Asakir meriwayatkan dari Abu Hurairah, katanya, “Para malaikat saling memberi kabar gembira pada waktu perang Badar. Mereka berkata: ‘Tidakkah kalian lihat Ash-Siddiq bersama Rasulullah di kemah tempat berteduh?'”

Abu Ya’la, al-Hakim dan Ahmad meriwayatkan dari Ali bahwa ia berkata, “Rasulullah berkata kepadaku dan Abu Bakar sewaktu perang Badar; ‘Jibril bersama satu orang dan Mikail bersama yang lain’.”

Heroisme Abu Bakar

Al-Bazzar meriwayatkan dalam musnadnya dari Ali, ia berkata, “Beritahukan kepadaku siapa yang paling berani?”

Mereka menjawab, “Tidak ada kecuali engkau sendiri.”

Ali berkata, “Adapun aku, setiap kali bertarung, aku sangat hati-hati. Beritahukan kepadaku siapa yang paling pemberani?”

Mereka menjawab, “Kami tidak tahu, memangnya siapa ia?”

Ali menjawab, “Ia adalah Abu Bakar. Sesungguhnya ketika Perang Badar, kami mendirikan sebuah tenda bagi Rasulullah lalu bertanya; ‘Siapa yang bersedia mendampingi Rasulullah agar tidak ada yang bisa mendekati beliau?’ Demi Allah, saat itu tak satupun dari kami yang maju, kecuali Abu Bakar. Ia siap dengan pedang terhunus di atas kepala Rasulullah. Tidak ada satu musuh pun yang mendekati Rasulullah kecuali Abu Bakar menghalaunya. Jadi ia lah orang paling pemberani.”

Ali berkata, “Aku melihat Rasulullah diganggu oleh orang-orang Quraisy. Ada yang menghalangi beliau, ada pula yang menggoncang-goncangkan beliau di tempat duduknya. Mereka berkata: ‘Engkaulah yang menjadikan Tuhan yang banyak itu menjadi satu Tuhan saja?’ Demi Allah, tak satupun ada yang membela Rasulullah, kecuali Abu Bakar. Ia menonjok satu dari mereka lalu dengan cepat menyibakkan kerumunan seraya menghardik: ‘Celakalah kalian semua! Apakah kalian akan membunuh orang yang berkata ‘Tuhanku adalah Allah?!'”

Kemudian Ali mengangkat selendang yang dipakainya. Air mata bercucuran hingga membasahi jenggotnya. Katanya, “Semoga Allah selalu menjadikan kalian sehat dan semangat. Apakah seorang mukmin pada zaman Firaun yang lebih baik atau Abu Bakar yang lebih baik?”

Semua orang hanya membisu. [Paramuda/BersamaDakwah]