Beranda Kisah-Sejarah Kisah Sahabat Inilah Kedudukan Ali di Sisi Rasulullah (Bagian 2)

Inilah Kedudukan Ali di Sisi Rasulullah (Bagian 2)

0
Gurun (landscapehdwalls)

Lanjutan dari Inilah Kedudukan Ali di Sisi Rasulullah

Suatu kali Rasulullah memegang tangan Hasan dan Husain, lalu berkata,

مَنْ أَحَبَّنِي وَأَحَبَّ هَذَيْنِ وَأَبَاهُمَا وَأُمَّهُمَا كَانَ مَعِي فِي دَرَجَتِي يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Siapa yang mencintaiku dan mencintai dua anak ini, ayah, dan ibunya, akan bersamaku pada hari kiamat.(HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).

Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam selesai melaksanakan haji Wada’ dan berangkat menuju Madinah, beliau berkhutbah di suatu tempat bernama Ghadir Khum, yang terletak di sebelah timur Juhfah berjarak 8 Km dari Madinah.

Dalam khutbah tersebut beliau menjelaskan keutamaan Ali Radhiyallahu Anhu, beliau memegang tangannya lalu berkata,

Siapa yang menjadikan aku sebagai walinya, maka orang ini adalah walinya. Ya Allah, tolonglah orang yang mencintainya, Ya Allah, musuhilah orang yang memusuhinya.

Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyeru umat ini untuk mencintai Ali dan menghormatinya, hingga beliau menjadikan kecintaan kepadanya sebagai tanda kesungguhan iman seseorang dan terbebasnya dia dari sifat munafik.

Beliau berkata, “Orang munafik tidak akan mencintai Ali dan orang mukmin tidak akan membenci Ali.”

Ali sendiri menceritakan hal itu, dia berkata, “Demi Allah, janji Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kepadaku adalah, “Tidak akan mencintaiku kecuali orang mukmin dan tidak akan membenciku kecuali orang munafik.”

Ketika Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berangkat menuju Tabuk, beliau memerintahkan Ali untuk tetap tinggal di Madinah. Muncul tuduhan miring dari orang-orang yang suka menyebar berita dusta.

Maka Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menyampaikan sabdanya kepada Ali,

أَنْتَ مِنِّي بِمَنْزِلَةِ هَارُونَ مِنْ مُوسَى إِلَّا أَنَّهُ لَا نَبِيَّ بَعْدِي

Posisimu dariku seperti Harun dari Musa, hanya saja tidak ada nabi setelahku.” (HR. Muslim, At-Tirmidzi, dan Ahmad).

Pada masa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam masih hidup, beliau memerintahkan untuk menutup semua pintu yang dibuka ke arah Masjid Nabawi kecuali pintu rumah Ali.

Sa’ad bin Abi Waqqash berkata,

“Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memerintahkan kepada kami untuk menutup pintu-pintu yang mengarah ke Masjid Nabawi dan membiarkan pintu Ali.”

Hal itu karena Fatimah binti Rasulullah membutuhkannya untuk pergi ke rumah ayahnya.

Ali memperoleh keberkahan doa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam banyak kesempatan. Pada peperangan Khaibar, Ali mengeluhkan sakit pada matanya.

Maka Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memanggilnya, meniup kedua matanya dan mendoakannya. Maka mata Ali pun sembuh seketika.

Di samping itu, Ali Radhiyallahu Anhu termasuk salah seorang penulis wahyu. Dia juga menulis surat, piagam, dan surat perjanjian di hadapan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Dialah yang menulis poin-poin perjanjian damai Hudaibiyah.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Berlanjut ke Inilah Kedudukan Ali di Sisi Rasulullah (Bagian 3)