Beranda Suplemen Renungan Rezeki (tidak) Terlambat

Rezeki (tidak) Terlambat

1
ilustrasi @klashkun

Di antara konsep rezeki yang sering dilupakan adalah tentang waktu; rezeki tidak mungkin datang terlambat atau lebih awal dari waktu yang dijadwalkan. Ia senantiasa hadir tepat waktu ketika seorang hamba membutuhkannya.

Akan tetapi, meyakini konsep ini tidaklah semudah mengatakan atau menuliskannya. Banyak di antara kita yang kurang bahkan tidak percaya sehingga menaruh kekhawatiran berlebihan, tidak pada tempatnya. Alhasil, di tahap ini, banyak di antara mereka yang galau itu mengupayakan rezeki dengan jalan lain yang tidak disyariatkan.

Akhirnya, mereka menempuh jalan yang diharamkan. Dalihnya, “Lantaran jalan halal sukar ditempuh atau ditemukan, jalan haram adalah pilihan yang sukar ditolak.” Apalagi ketika mengatasnamakan kebutuhan atau cinta yang salah. Kali ini, persoalannya semakin rumit.

Jalan haram ini tidak hanya ditempuh oleh mereka yang berdasi dan kantornya elit. Bahkan, kalangan alit yang naiknya sepeda onthel sekali pun, bisa diuji dengan persoalan ini. Meskipun, jalan ceritanya sama sekali tak serupa.

Bagi kalangan berdasi, ujiannya bisa bernama kebutuhan yang dipaksakan. Sebab teman-temannya bermobil mewah dan huniannya mahal, mereka pun merasa kudu menyesuaikan diri. Akan semakin rumit ketika ianya sering ditanya soalan aset dan semua hal terkait kepemilikan harta.

Belum lagi tuntutan pasangan hidup yang kudu terlihat sepadan. Sebab istri si anu mengendarai mobil sport keluaran terbaru dan membeli tas dengan harga tas ratusan juta rupiah, maka ia pun menuntut suaminya untuk menyetarakan derajat. “Pah,” kata si istri di suatu malam, “Bu Anu sudah ganti mobil tiga kali loh dalam sebulan ini.”

Nah, lantaran orientasi hidup yang salah inilah, masalah akan bermunculan satu persatu hingga menggunung. Pasalnya memang, kejahatan kelas kakap selalu dimulai dengan aksi kelas teri yang diiringi degup jantung nan kencang lantaran khawatir ketahuan.

Padahal, andai ia memahami konsep rezeki yang senantiasa tepat waktu itu, tak perlulah paksakan diri dengan sesuatu yang haram. Sebab, proses yang halal pastilah menenangkan dan membawa keberkahan. Halal dan berkah inilah yang mustahil dibeli dengan sebanyak apa pun bilangan mata uang.

Jika yakin bahwa rezeki pasti tepat waktu, maka ia akan berpikir, “Jika memang ganti mobil tiga kali dalam sebulan adalah yang terbaik bagiku, Allah Ta’ala pasti akan memberikannya.” Tentu, bukan dalam rangka bermewah-mewahan. Toh, mobil bisa dijual dan uangnya dibagikan kepada fakir miskin atau mereka yang membutuhkan.

Lagi-lagi, harta memang akan berdampak amat positif di tangan orang-orang yang shalih, berapa pun jumlahnya. [Pirman/Bersamadakwah]

BARU 1 KOMENTAR

SILAHKAN BERI TANGGAPAN mohon perhatikan kesopanan

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.