Isra Mi’raj adalah peristiwa fenomenal yang menjadi salah satu mukjizat Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam. Betapa luar biasanya Isra Mi’raj terangkum dalam 10 poin ini.
Daftar Isi
1. Makna Isra
Secara etimologi, Isra berasala dari أَسْرَى yang artinya berjalan di waktu malam. Isra adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam di malam hari dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha.
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آَيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. Al Isra’ : 1)
2. Makna Mi’raj
Mi’raj secara etimologi berarti naik atau alat yang dipergunakan untuk naik. Secara istilah, mi’raj adalah perjalanan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari Masjidil Aqsha ke Sidratul Muntaha.
أَفَتُمَارُونَهُ عَلَى مَا يَرَى * وَلَقَدْ رَآَهُ نَزْلَةً أُخْرَى * عِنْدَ سِدْرَةِ الْمُنْتَهَى * عِنْدَهَا جَنَّةُ الْمَأْوَى * إِذْ يَغْشَى السِّدْرَةَ مَا يَغْشَى * مَا زَاغَ الْبَصَرُ وَمَا طَغَى * لَقَدْ رَأَى مِنْ آَيَاتِ رَبِّهِ الْكُبْرَى
Maka apakah kaum (musyrik Mekah) hendak membantahnya tentang apa yang telah dilihatnya? Dan sesungguhnya Muhammad telah melihat Jibril itu (dalam rupanya yang asli) pada waktu yang lain, (yaitu) di Sidratul Muntaha. Di dekatnya ada syurga tempat tinggal, (Muhammad melihat Jibril) ketika Sidratil Muntaha diliputi oleh sesuatu yang meliputinya. Penglihatannya (muhammad) tidak berpaling dari yang dilihatnya itu dan tidak (pula) melampauinya. Sesungguhnya dia telah melihat sebahagian tanda-tanda (kekuasaan) Tuhannya yang paling besar. (QS. An-Najm : 12-18)
3. Isra Mi’raj terjadi dalam semalam
Isra mi’raj terjadi dalam satu malam. Bahkan tidak sampai semalam penuh. Hal ini merupakan keajaiban yang luar biasa.
Masjidil Haram di Makkah dan Masjidil Aqsha di Palestina berjarak sekitar 1.500 Km. Makkah – Palestina itu biasa ditempuh 40 hari dengan perjalanan onta. Sedangkan Rasulullah bisa menempuhnya hanya beberapa jam. Ini saja sudah merupakan keajaiban. Apalagi untuk naik ke Siratul Muntaha.
4. Tahun duka
Sebelum peristiwa Isra dan Mi’raj, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditinggalkan oleh dua orang yang sangat berperan besar dalam dakwah beliau: Khadijah radhiyallahu ‘anha dan Abu Thalib. Ummul Mukminin Khadijah sangat dicintai Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Dialah wanita dan bahkan manusia pertama yang beriman kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, seorang mukminah yang mengorbankan seluruh hartanya untuk dakwah Islam, dan juga seorang istri, yang darinya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mempunyai anak (keturunan).
Sedangkan Abu Thalib adalah paman beliau. Meskipun tidak masuk Islam, Abu Thalib berjasa besar dalam dakwah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Abu Thalib yang selama ini membela Rasulullah, Abu Thalib yang selama ini pasang badan ketika Quraisy akan mencelakakannya, Abu Thalib yang selama ini membuat orang Quraisy berpikir panjang ketika hendak menyakiti Rasulullah.
Dua orang itu meninggalkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam tahun yang sama, dan kemudian dakwah menjadi lebih sulit dengan hilangnya dua pendukung besar dakwah. Karena itu, ahli sejarah menyebut tahun itu sebagai amul huzni; tahun duka cita.
Duka itu semakin lengkap, manakala Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencoba membuka jalur dakwah baru, Thaif. Thaif yang sejuk dan hijau diharapkan menjadi lahan dakwah baru yang mau membuka diri menerima Islam. Namun ternyata, Thaif tidak kalah bengis dalam merespon dakwah. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam diusir, bahkan disertai dengan cacian dan dilempari batu hingga kaki beliau berdarah-darah.
5. Isra Mi’raj menjadi tasliyah
Dalam kesedihan mendalam seperti itulah kemudian Allah SWT meng-isra mi’raj-kan beliau. Hingga jadilah peristiwa Isra dan Mi’raj itu menjadi tasliyah (pelipur lara) yang sangat luar biasa bagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
6. Melalui isra mi’raj Allah tunjukkan tanda-tanda kekuasaan-Nya
Dalam isra dan mi’raj, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ditunjukkan kekuasaan Allah di bumi dan di langit. Bahwa jika Allah berkenan, mudah saja bagi-Nya untuk mempercepat kemenangan dakwah, sebagaimana Allah juga dengan mudah dapat mempercepat perjalanan hamba-Nya; bahkan dengan kecepatan melebihi cahaya.
Allah juga menunjukkan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bahwa meskipun untuk sementara dakwahnya ditolak di bumi, ia sangat dimuliakan di langit. Ketika berada di langit, Rasulullah bertemu dengan para Nabi yang semuanya memuliakan beliau.
7. Dalam isra mi’raj Rasulullah bertemu para Nabi
Dalam banyak hadits shahih diterangkan bahwa dalam isra mi’raj Rasulullah bertemu para Nabi. Mereka menyambut dan memuliakan Rasulullah. Sebagai bukti bahwa Rasulullah adalah pelanjut kafilah para Nabi dan penutup mereka.
8. Mendapat perintah shalat 5 waktu
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendapatkan perintah shalat wajib dalam Isra Mi’raj ini. Di sinilah salah satu keistimewaan shalat; jika ibadah yang lain diwajibkan melalui wahyu ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berada di bumi, maka untuk mewajibkan shalat Allah memanggil Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ke langit. Imam Bukhari meriwayatkan bahwa semula shalat itu diwajibkan 50 waktu, yang kemudian menjadi 5 waktu.
9. Dalam isra mi’raj Rasulullah diperlihatkan nikmat surga dan siksa neraka
Dalam perjalanan isra mi’raj itu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga diperlihatkan nikmat surga dan azab neraka; yang semakin mengokohkan beliau dalam mengemban dakwah berikutnya.
10. Hanya orang beriman yang mempercayai isra mi’raj
Esok harinya sepulang dari Isra Mi’raj, Makkah menjadi gempar ketika Rasulullah menceritakan Isra Mi’raj yang dialaminya. Orang-orang kafir seperti Abu Jahal semakin menjadi dalam mengejek beliau. Bahkan sebagian orang yang telah masuk Islam menjadi murtad setelah mendengar peristiwa itu. Iman mereka tidak sampai di sana. Demikian pula akalnya.
Namun tidak demikian dengan Abu Bakar. Ketika orang-orang menyampaikan berita Isra Mi’raj padanya, Abu Bakar hanya bertanya: “Apakah benar itu dari Muhammad Rasulullah?” ketika dijawab benar, Abu Bakar menimpali, “Kalau itu dikatakan Rasulullah, pastilah benar adanya!”. Demikianlah keimanan Abu Bakar yang luar biasa, selalu membenarkan Rasulullah hingga sebagian ulama berpendapat sebab peristiwa inilah Abu Bakar digelari Ash-Shidiq.
Demikianlah sikap manusia. Tidak semuanya beriman, tidak semuanya siap menerima kebenaran. Dan iman yang paling utama adalah iman seperti Abu Bakar. [Muchlisin BK/Bersamadakwah]