Beranda Suplemen Renungan 3 Bukti bahwa Manusia Lebih Hina dari Binatang

3 Bukti bahwa Manusia Lebih Hina dari Binatang

7
sumber ilustrasi: photo.bigbo.ru

Apa yang membuat kita sombong? Hanya karena diciptakan dengan wajah cantik dan otak yang cerdas? Atau hanya karena terlahir dari keluarga kaya dan bisa hidup mengikuti perkembangan zaman yang sebenarnya bermakna kemunduran?

Ketahuilah, tiga bukti ini menunjukkan bahwa kesombongan tidaklah berguna, kecuali menjadi sumber kehinaan. Tiga bukti ini berkata jelas; manusia-manusia itu lebih hina dari binatang!

Pertama, perhatikanlah calon binatang, telor ayam. Siapa yang tidak mengetahui kemanfaatan telor untuk kesehatan? Telor yang sehat bisa dikonsumsi dalam kondisi mentah tanpa campuran, dicampur bahan lain, atau dimasak dalam berbagai ragamnya; ceplok mata sapi, dadar campur bumbu, bahkan disemur dengan kuah yang menggoda.

Bandingkan calon ayam ini dengan calon manusia; air mani atau janin. Siapa yang doyan? Siapa yang tidak jijik saat menyaksikannya? Adakah yang menggemarinya? Bahkan menyentuhnya saja tiada yang berkenan! Ada yang doyan mengonsumsinya? Haram hukumnya. Air mani juga menjadi salah satu sebab diwajibkannya mandi besar.

Jika demikian, apa yang membuat para manusia itu berlaku sombong?

Kedua, kotoran hewan lebih dihajatkan dan amat berguna jika dijadikan sebagai pupuk. Sapi, misalnya. Betapa kotoran hewan memamah biak ini bisa dikumpulkan dalam jumlah banyak, lalu diolah atau hanya didiamkan hingga menjadi pupuk yang bisa menambah tingkat kesuburan tanah. Jika diberikan kepada tumbuh-tumbuhan, hasil panennya pun akan semakin menlimpah.

Lalu, apa yang bisa manusia banggakan dari kotorannya? Ada yang berkenan? Siapa yang tahan dengan bau dan tampilannya? Bahkan, dilihat pun tidak. Apalagi pada tahapan menyentuh dan mengolahnya. Hanya menjadi buangan sebab amat menjijikkan dan tidak bisa diolah menjadi pupuk.

Jika kotoran manusia saja tak lebih mulia dari kotoran sapi, apakah layak bagi makhluk bernama manusia untuk bersombong diri?

Ketiga, tindakan asusila yang dilakukan oleh hewan lebih dihormati bahkan dibanggakan. Hal ini kita dapati contohnya pada seekor kambing jantan. Di kampung-kampung, seekor kambing jantan kerap diedarkan dari satu kandang ke kandang lain. Kambing jantan itu sangat dihajati untuk ‘memerkosa’ kambing betina hingga hamil dan melahirkan anak.

Betapa tindakan ‘pemerkosaan’ yang dilakukan oleh kambing jantan menjadi berkah bagi empunya peternakan kambing? Bahkan, tindakan itu bisa menjadi kebanggan bagi pemilik kambing jantan.

Akan tetapi, jika tindakan ini dilakukan oleh seorang laki-laki dengan berzina, maka ianya menjadi suatu tindakan memalukan, menjijikkan, dan menjadi sebab turunnya laknat, kesusahan, kegelapan, serta hadirnya siksa di dunia berupa sanksi masyarakat dan kesukaran hidup serta azab yang pedih di akhirat.

Tidakkah kita berpikir? [Pirman/BersamaDakwah]

7 KOMENTAR

  1. Binatang memperturutkan #BasicInstink-nya untuk kawin, #Manusia tidak karena ada petunjuk #Agama, #MoralEtika, #AdatBudaya, dlsbnya.

  2. Kalau menurut Al Qur”an binatang yang seburuk -burknya disisi Allah ada dua surat yang sempat saya ketahui yaitu:
    1,Surat Yunus (10) ayat;100.Allah menimpakan kemurkaan kepada orang-orang tidak mau mempergunakan akalnya.
    2.Surat Al A”raaf (7) ayat:179 Berbunyi sbb;Dan sesungguhnya kami jadikan untuk( isi neraka jahannam) itu kabanyakan dari jin dan manusia,merka mempunyai hati tetapi tidak digunakan untuk memahami(ayat-ayat Allah),dan mereka mempunyai mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat kebenaran,mereka mempunyai telinga tetapi tidak dipergunakan untuk mendengar,Mereka itu sebagai binatang ternak,bahkan mereka lebih sesat lagi.mereka itulah orang-orang yang lalai.

  3. Cinta Dunia dan takut Mati adalah awal dari sebongkah Bencana.

    Sudah cukup jauh Perjalanan hidup ini,

    Lewati duka lewati tawa,
    Lewati segala macam persoalan,

    Kucoba berkaca pada jejak yang telah ada,

    Ternyata aku sudah cukup sombong,
    Bahkan sangat jauh semakin menyombong.

    Hanya hening yang kini kuharapkan,
    Bukan 1001 pujian,
    Bukan pula nyanyian sumbang,
    Hanya hening itu yang slalu Kunantikan,
    Tetapi,
    Entah mengapa terasa begitu sulit kudapatkan.

Komentar ditutup.