Nouman Ali Khan namanya. Lelaki muslim kelahiran 1978 ini berdarah Pakistan akan tetapi lahir di Jerman. Ayah Nouman seorang diplomat sehingga dia dan keluarga kerap nomaden atau berpindah dari negara satu ke negara lain.
Ketika Nouman remaja, ayahnya ditugaskan di USA. Setelah beberapa tahun tinggal di sana, keluarganya kembali ke Pakistan. Sedangkan Nouman bertahan untuk melanjutkan sekolah dan akhirnya menetap di USA hingga kini.
Ketika remaja di USA, kehidupan Nouman jauh dari ajaran Islam. Cenderung selfish. Meninggalkan sholat lima waktu, bahkan merasa asing dengan Al-Qur’an dan identitas sebagai muslim.
Titik balik kehidupannya pun dimulai. Ini terjadi ketika ia kuliah dan gabung dengan komunitas Muslim Student Associaton (MSA). Bersahabat dengan muslim yang taat beribadah. Perlahan mengembalikan langkah Nouman yang berjalan di arah yang keliru.
Di bulan Ramadhan, seusai tarawih, Nouman mengikuti sebuah kajian tafsir yang disampaikan oleh seorang ustadz bernama Dr. Abdus Sami. Penjelasan yang begitu cemerlang dan mendalam menyentuh hati seorang Nouman, hingga muncul keinginannya untuk mempelajari bahasa Arab agar dapat menangkap kandungan Al-Qur’an secara mendalam.
Di bawah bimbingan Dr. Sami, Nouman mengikuti program bahasa Arab. Semakin belajar semakin besar kecintaannya kepada Allah Swt. Itu terjadi sekitar tahun 1999.
Nouman lalu mengambil keputusan untuk fokus mengajar bahasa Arab dan tafsir Al-Qur’an. Ia pun meninggalkan pekerjaannya di bidang IT.
Berjalannya waktu, pada tahun 2005 ia pun mendirikan Bayyinah Institute yang berlokasi di Quens, New York. Sebuah lembaga pendidikan Islam dan Alqur’an di Amerika Serikat. Program-program yang ditawarkan Bayyinah antara lain, program yang bentuknya kegiatan secara langsung (live) yang dipandu oleh Nouman dan para pengajar. Yang kedua adalah program Dream, yaitu program 10 bulan belajar bahasa Arab dan analisis tata bahasa (gramatikal) serta terjemah Al-Qur’an.
Pendirian institut tersebut dilatarbelakangi oleh keprihatinan Nouman melihat umat Islam bisa rukuk dan sujud tapi tidak memahami makna bacaan dalam sholat tersebut hal serupa juga terjadi dalam memahami Al-Qur’an. “That’s tragedy!” kata Nouman. [Paramuda/ BersamaDakwah]