Lanjutan dari Suami Ingat Masakan Ibu dan Saudarinya? Ini Trik Mengatasinya
Istri yang cerdas akan selalu tersenyum dan tidak perlu malu kepada ibu mertuanya, saudari iparnya dan setiap wanita yang dikagumi suaminya.
Ia menulis semua resep, lalu mencobanya di rumah dan ia tidak segan bertanya, sehingga ia mahir melakukannya.
Memasak adalah ilmu dan seni, bukan kebetulan atau sekali tarik nafas langsung jadi.
Memasak adalah ukuran-ukuran terukur yang diletakkan pada saat yang tepat, butuh kesabaran penuh dari seorang koki dan perhatian tanpa bosan, sehingga menjadi hidangan yang sempurna.
Di lapangan, banyak kita temui karyawati yang dizalimi keluarganya karena tidak diajari seni memasak sebelum mereka menikah.
Alasan keluarga adalah kewajiban anak perempuan saat masih sekolah adalah menuntut ilmu saja. Sementara pada hari libur ia harus menyiapkan pelajaran esok dan beristirahat.
Bahkan, mayoritas sekolah yang ada tidak mengajarkan sama sekali seni mengatur rumah, sebagaimana yang pernah diajarkan di beberapa negara pada tahun empat puluhan.
Seorang istri yang melihat suaminya yang terpesona dengan tindakan saudarinya terhadap suaminya, cara mendidik anak-anaknya dan cara memasaknya wajib tidak menampakkan kemarahannya di depan suaminya dan berkata kepadanya,
“Semestinya kamu menikahi saudarimu, tidak menikahiku.”
Istri yang tidak cerdas akan mengucapkan itu.
Sementara itu, istri yang bijaksana akan berkata,
“Sungguh saudarimu itu adalah sosok wanita yang cantik dan istri idaman. Sungguh beruntung laki-laki yang memilikinya.
Apakah mungkin mereka bersedia mengunjungi kita di rumah pada libur mingguan atau libur panjang sekolah anak-anak nanti?”
Sungguh, pujian dan rasa bangga istri terhadap keluarga suami akan menghilangkan karat di hati suami dan menyenangkannya, sehingga ia tidak segan untuk bangga terhadap keluarga istri.
Wahai istri yang terhormat
Tunjukkan rasa banggamu terhadap keluarga suamimu. Sambut mereka dengan hangat saat berkunjung ke rumahmu.
Janganlah sekali-kali menghiasi wajah anggunmu dengan kemasaman dan kebosanan, karena perlakuan yang sama bisa jadi kamu dapatkan dari orang lain.
Semoga bermanfaat. Disarikan dari buku Kuni Aniqah karya Shafa Syamandi.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]