Lanjutan dari Hasan, Khalifah Kelima dan Tokoh Perdamaian Kaum Muslimin (Bagian 2)
Kepemimpinan yang hakiki itu adalah dengan membuang perpecahan dan permusuhan. Kepemimpinan yang hakiki itu adalah dengan mendamaikan dan menyatukan. inilah yang kita pelajari dari Hasan bin Ali Radhiyallahu Anhuma.
Kepribadian Hasan bagaikan halaman yang bersinar di dalam catatan sejarah manusia. Dia adalah satu di antara imam, yang mana umat harus mengikuti perkataan mereka dan meneladani perbuatan mereka.
Kisah hidupnya merupakan salah satu sumber keimanan yang kuat, dan pemahaman yang baik terhadap agama yang besar ini! mengapa?
Dari kisah hidupnya kita belajar bagaimana mengelola fikih perbedaan, juga tentang kemaslahatan dan kemudaratan, tentang maqashid syari’ah, dan bagaimana mengendalikan keinginan diri.
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ يُصْلِحُ اللهُ عَلَى يَدَيْهِ فِئَتَيْنِ عَظِيْمَتَيْنِ
“Sesungguhnya anakku ini adalah pemimpin, dan semoga Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin melalui tangannya.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menggambarkannya sebagai dua kelompok besar, karena pada saat itu kaum muslimin terbagi menjadi dua kelompok: kelompok Hasan dan kelompok Muawiyah Radhiyallahu Anhuma.
Ini adalah sebuah mukjizat besar dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam, di mana beliau mengabarkan hal ini dan terjadilah sebagaimana yang beliau kabarkan itu.
Adapun penjelasan dari permasalahan ini adalah sebagai berikut:
Ketika Amirul Mukminin Hasan bin Ali menerima kendali khilafah, setelah ayahnya gugur sebagai syahid, dan dengan itu ia mewarisi sebuah warisan yang teramat berat, karena di negeri-negeri yang telah ditaklukkan mulai muncul kekacauan dan kerusuhan.
Sementara itu, badai perpecahan terus datang ke negeri-negeri dari segala penjuru, sedangkan pedang-pedang penduduk Irak masih meneteskan kemarahan untuk memerangi penduduk Syam.
Penduduk Irak berpihak pada Hasan, sementara penduduk Syam bersama Muawiyah. Lalu Hasan bergerak dengan pasukannya dari Kufah menuju Mada’in.
Saat itu Hasan lebih cenderung untuk berdamai dengan Muawiyah daripada harus berperang dengannya. Akan tetapi ia memperlihatkan kearifan yang luar biasa, yang menunjukkan keluasan pikiran dan pandangannya.
Hasan tidak ingin menghadapi penduduk Irak terlalu dini dengan menunjukkan kecenderungannya untuk berdamai dengan Muawiyah, karena ia telah mengetahui tabiat dan kecerobohan mereka.
Sebaliknya, ketika Muawiyah mengetahui berita tentang keberangkatan Hasan dari Kufah menuju Mada’in dengan pasukan Irak, ia pun berangkat dari Syam menuju Irak.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Berlanjut ke Hasan, Khalifah Kelima dan Tokoh Perdamaian Kaum Muslimin (Bagian 4)