Lanjutan dari Hasan, Khalifah Kelima dan Tokoh Perdamaian Kaum Muslimin (Bagian 3)
Ketika itu Muawiyah mengirimkan dua utusan pertama yang dikirimkannya, yang menawarkan kepada Hasan perdamaian umum dengannya. Kedua utusan itu datang menghadap Hasan dan berbicara.
Hasan mendengarkan mereka dengan baik, dan kemudian Hasan berbicara,
“Siapa yang dapat menjamin untukku bahwa Muawiyah akan menepati janji?”
Keduanya berkata, “Kami menjamin itu untukmu.”
Maka tidak ada yang dilakukan oleh Hasan saat itu kecuali menyetujuinya, dan terjadilah perdamaian antara Hasan dengan Muawiyah Radhiyallahu Anhuma.
Sejarah telah membuktikan betapa kokohnya sifat kepemimpinan yang dimiliki Hasan Radhiyallahu Anhu.
Ia mengajarkan kepada kita makna dari kepemimpinan. Kepemimpinan yang membawa umat menuju kemajuan, kepemimpinan yang menyatukan umat, kepemimpinan yang menjaga harta dan melindungi dari pertumpahan darah.
Hasan memiliki kesempatan untuk memasuki perang yang tak berkesudahan menghadapi Muawiyah, akan tetapi Hasan lebih condong kepada perdamaian. Bukan karena kehinaan, bukan karena jumlah yang sedikit, dan bukan pula karena mencari-cari alasan, namun itu dilakukannya untuk menyatukan umat dan menghindarkan mereka dari pertumpahan darah.
Hasan bin Ali Radhiyallahu Anhu berkata,
“Saat itu kendali orang-orang Arab berada di tanganku, mereka berdamai dengan siapa saja yang aku ajak berdamai, dan mereka memerangi siapa saja yang aku perangi, akan tetapi aku melepaskan itu semua demi meraih ridha Allah.” (Diriwayatkan oleh Al-Hakim).
Subhanallah, Mahasuci Allah!
Betapa besar jiwa Hasan sebagai seorang imam, imam persatuan, ketika umat ini mengingat sebuah tahun yang disebut sebagai Amul Jama’ah, tahun persatuan, di mana seluruh kaum muslimin bersatu di bawah kepemimpinan Muawiyah Radhiyallahu Anhu.
Orang-orang mukmin yang jujur merasakan kegembiraan dengan persatuan ini, setelah sebelumnya mereka dicerai-beraikan oleh pertikaian dan perselisihan.
Lalu berbagai penaklukan oleh Islam pun kembali dilakukan, dan kaum muslimin dapat memfokuskan upaya mereka dalam melawan musuh-musuh Islam.
Tidak pula kita lupakan bahwa dalam peristiwa besar ini, keutamaan yang paling utama berada di tangan Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, lalu melalui tangan sang arsitek besar perdamaian, Hasan bin Ali Radhiyallahu Anhu.
Karena itulah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam memuji Hasan dengan sabda beliau,
إِنَّ ابْنِي هَذَا سَيِّدٌ يُصْلِحُ اللهُ عَلَى يَدَيْهِ فِئَتَيْنِ عَظِيْمَتَيْنِ
“Sesungguhnya anakku ini adalah pemimpin, dan semoga Allah akan mendamaikan dua kelompok besar kaum muslimin melalui tangannya.” (HR. At-Tirmidzi dan Ahmad).
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menyebut Hasan sebagai seorang pemimpin, dan itu menunjukkan bahwa mendahulukan kepentingan umum, dan upaya dalam menyatukan umat merupakan tanda dari kepemimpinan yang hakiki.
Demikian dikutip dari kitab Uzhama’ min Ahlil Bait karya Sayyid Hasan Al-Husaini.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]