Anak kecil masih dianggap belum mampu melakukan apa yang bi(a)sa dilakukan oleh orang dewasa. Alih-alih berjihad, menyibakkan selimut untuk pergi sholat Subuh ke masjid saja terasa sangat berat. Tapi apa benar anak kecil tidak boleh berjihad? Sebelum menjawab tidak boleh atau boleh, simak kisah berikut.
Kisah ini diceritakan oleh Abdurrahman bin Auf, tentang dua anak kecil yang dikenal dengan nama Ibna Afra (Muadz bin Afra dan Muadz bin Amr bin Al-Jamuh).
“Selagi aku berdiri di dalam barisan dalam Perang Badar, aku melihat kanan kiriku, saat itu tampaklah olehku dua orang yang masih muda belia. Seolah aku merasa keduanya tidak aman berada di sini.
Tiba-tiba salah satu di antaranya mendekatiku seraya bertanya diam-diam, ‘Hai Paman, apakau engkau mengenal Abu Jahal?’
Aku jawab, ‘Ya, apakah keperluanmu padanya, Nak?’
Dia menjawab, ‘Aku bersumpah jka aku menjumpainya tentu takkan kulepaskan dia sampai diketahui yang terlebih dahulu mati, aku atau dia!’
Kemudian anak yang satunya lagi menekanku dan berkata seperti ucapan temannya tadi.
Tidak lama berselang, aku pun melihat Abu Jahal sedang berjalan di dalam barisannya, segera aku katakn (kepada dua anak tadi), ‘Inilah orang yang sedang kalian cari’.
keduanya langsung terbang layaknya dua ekor rajawali, menyerang Abu Jahal, menikamnya dengan pedang sampai mati. Itulah Ibna Afra.” (HR.Bukhari)
Setelah itu, mereka pun menghampiri Rasulullah Saw (dengan rasa bangga) melaporkan kejadian itu.
Masing-masing menjawab, “Akulah membunuhnya.”
Lalu Rasulullah Saw.bertanya lagi, “Apakah kalian sudah membersihkan mata pedang kalian?’
“Belum,” jawab mereka serentak.
Rasulullah Saw.pun kemudian melihat pedang mereka seraya bersabda, “kamu berdua telah membunuhnya.”
Kisah lainnya adalah Umair bin Abi Waqqash. Saudaranya Sa’ad bin Abi Waqqash menceritakan, “Aku melihat saudaraku, Umair bin Abi Waqqash bersembunyi ketika Rasulullah Saw. memeriksa pasukan kaum Muslim.
Aku bertanya, ‘Mengapa kamu bersembunyi?’
Jawab Umair, ‘Aku takut Rasulullah melihatku lalu beliau menganggapku terlalu kecil dan melarangku ikut berperang, padahal aku ingin sekali ikut dengan harapan semoga Allah mengaruniakanku syahid.’
Namun, Rasulullah Saw. melihatnya, kemudian memanggilnya dan mengatakan bahwa dia tidak diizinkan ikut berperang, karena dianggap belum cukup umur. Mendengar itu, Umair bin Abi Waqqash menangis tersedu-sedu, akhirnya Rasulullah Saw.mengizinkannya.
Aku membantu mengikatkan pedang Umair yang terlalu panjang untuk ukuran tubuhnya.
Akhirnya, anak muda yang baru berumur 16 tahun itu syahid pada Perang Badar dibunuh Amr bin Wadd.
Dalam Perang Mu’tah, Abdullah bin Rawahah syahid. Bendera Islam langsung diambil alih Khalid bin al-Walid. Dia melihata pasukan musuh dan mempelajari posisi mereka. Kemudian, dia mengambil inisiatif mundur secara teratur dan kembali ke Madinah demi menyelamatkan pasukan Muslim dari kehancuran.
Ketika pasukan Islam mendekati Madinah, mereka disambut Rasulullah, kaum Muslim, dan anak-anak yang berlari-lari sambil berteriak kecewa dan melempari mereka dengan tanah sambil berteriak, “Hai orang-orang pengecut kenapa kalian lari dari jihad di jalan Allah?”
Rasulullah Saw. mendekati mereka dan berkata, “Mereka tidak melarikan diri, namun mereka kembali mengatur siasat, Insya Allah.”
Anak-anak kecil yang miskin pengalaman itu memandang mundurnya Khalid bersama para pengikutnya dianggap tidak membela Islam dan pantas dilempari tanah.
Masya Allah, tarbiyah memang sangat menakjubkan, dimana mampu membentuk anak-anak kecil layaknya orang dewasa berjiwa mujahid, berjiwa pahlawan. Anak-anak itu memandang, pulang dari peperangan tanpa syahid dianggap lari dari jihad di jalan Allah, tidak membela Islam dan wajah mereka pantas dilempari tanah.
Tentu perlu persiapan yang bagas untuk berjihad. Satu yang penting, kuatkan ruhiyah dulu dengan membangun kedekatan Allah lebih intens.
Lalu, dimana kah pemuda Islam yang hobi membuang umurnya di tempat nongkrong setelah melihat anak-anak pun mau berjihad ini? Ikut aksi membela alquran saja tidak mau, malah sinis kemana-mana. [Paramuda/ BersamaDakwah]