Lanjutan dari Hukum Menakwil Sifat-Sifat Allah Ta’ala
Menurut para ulama Ahlussunnah, tafsir dari ayat “yang berlayar dengan pemeliharaan (pengawasan) Kami” ialah sesungguhnya kapal tersebut selalu dalam pengawasan Allah Ta’ala sehingga terdampar diatas gunung Judiy.
Demikian juga dalam kisah Musa Alaihissalam “Dan agar engkau diasuh di bawah pengawasan-Ku,” maksudnya adalah selalu dalam pengawasan dan lindungan Allah bagi orang-orang memelihara dan mengasuh Musa.
Contoh lain adalah firman Allah Ta’ala kepada Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam,
وَاصْبِرْ لِحُكْمِ رَبِّكَ فَإِنَّكَ بِأَعْيُنِنَا
“Dan bersabarlah (Muhammad) menunggu ketetapan Tuhanmu, karena sesungguhnya engkau berada dalam pengawasan Kami.” (QS. At-Thur: 48).
Maksudnya, kamu selalu di dalam perlindungan, pemeliharaan dan penjagaan Kami.
Semua yang telah disebutkan diatas bukan takwil, akan tetapi tafsir yang dikenal dalam bahasa Arab dan segala metode yang terdapat padanya.
Dalam sebuah hadits Qudsi, Allah Ta’ala berfirman,
وَمَنْ تَقَرَّبَ مِنِّيْ شِبْرًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ ذِرَاعًا، وَمَنْ تَقَرَّبَ مِنِّي ذِرَاعًا تَقَرَّبْتُ مِنْهُ بَاعًا، وَمَنْ أَتَانِي يَمْشِي أَتَيْتُهُ هَرْوَلَةً
“Dan siapa yang mendekatkan diri kepada-Ku sejengkal maka Aku akan mendekat kepadanya sehasta, dan siapa yang mendekatkan diri kepada-Ku sehasta maka Aku akan mendekat kepadanya sedepa, dan siapa yang datang kepada-Ku dengan berjalan maka Aku akan mendekat kepadanya dengan berlari.” (HR. Muslim).
Hadits ini dipahami sebagaimana datangnya dari Allah Ta’ala. Demikian pula keadaan turun-Nya di penghujung malam, pendengaran dan penglihatan-Nya, marah dan ridha-Nya, tersenyum dan gembira-Nya, dan sifat-sifat lain yang ada pada Allah Ta’ala.
Semuanya dipahami sesuai dengan keagungan-Nya, tanpa ada perubahan, penafian, penyerupaan, dan pertanyaan bagaimana bentuknya.
Hal ini sesuai dengan firman Allah Ta’ala,
لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَيْءٌ وَهُوَ السَّمِيعُْ الْبَصِيْرُ
“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia. Dan Dia Yang Maha Mendengar, Maha Melihat.” (QS. Asy-Syura: 11).
Begitu juga dengan sifat-sifat lain yang dinyatakan dalam ayat Al-Qur`an. Adapun menakwilkan sifat-sifat, dan mengubahnya dari zhahirnya, maka hal tersebut adalah madzhab ahli bid’ah dari golongan Jahmiyyah, Mu’tazilah dan golongan yang mengikuti mereka.
Semuanya adalah madzhab yang salah. Ahlussunnah menentangnya dan terlepas darinya, serta mereka selalu berhati-hati terhadap pelaku bid’ah tersebut.
Semoga kita semua terhindar dari segala hal yang merusak akidah kita. Aamiin. Demikian ditulis kembali dari kitab Durus Al-Am karya Syaikh Dr. Abdul Malik Al-Qasim.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]