Lanjutan dari Tawakal, Urgensi dan Keutamaannya (Bagian 2)
Oleh karena itu, orang-orang yang bertawakal selalu bermunajat kepada Rabb-nya pada tiap kali shalat dengan mengatakan,
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِيْنُ
“Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan.”
Terkadang sebagian orang mengira bahwa tawakal itu adalah tidak berusaha dan berencana. Ia menyangka bahwa rezeki itu ibarat daun kering yang jatuh dari ranting pohon.
Ini adalah persangkaan orang-orang yang bodoh dan dugaan seperti inilah yang diharamkan dalam agama.
Tidak diragukan lagi, bahwa tidak berusaha bukanlah bentuk dari tawakal, akan tetapi itu adalah suatu bentuk kemalasan dan tidak mau bekerja keras.
Jika orang-orang itu ditanya kenapa ia berbuat demikian? Ia akan menjawab, “Saya bertawakal kepada Allah.”
Sementara itu, Ibnu Rajab Al-Hanbali berkata,
“Ketahuilah bahwa tawakal tidak bertentangan dengan upaya manusia dalam mencari sebab-sebab yang dengannya Allah telah menetapkan takdir segala sesuatu dan menjadikannya sebagai bentuk dari sunnatullah pada makhluk.
Allah memerintahkan untuk mencari sebab di samping memerintahkan manusia untuk bertawakal.
Mencari sebab itu adalah dengan cara berusaha dengan tujuan menaati Allah Ta’ala. Sedangkan tawakal adalah dengan hati serta mengimani-Nya. Dalam hal berusaha, Allah Ta’ala memerintahkan,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا خُذُوا حِذْرَكُمْ
“Wahai orang-orang yang beriman! Bersiap siagalah kamu.” (QS. An-Nisa`: 71).
Allah Ta’ala berfirman,
وَأَعِدُّوا لَهُمْ مَا اسْتَطَعْتُمْ مِنْ قُوَّةٍ وَمِنْ رِبَاطِ الْخَيْلِ
“Dan persiapkanlah dengan segala kemampuan untuk menghadapi mereka dengan kekuatan yang kamu miliki dan dari pasukan berkuda.” (QS. Al-Anfal: 60).
Allah Ta’ala berfirman,
فَإِذَا قُضِيَتِ الصَّلَاةُ فَانْتَشِرُوا فِي الْأَرْضِ وَابْتَغُوا مِنْ فَضْلِ اللهِ
“Apabila shalat telah dilaksanakan, maka bertebaranlah kamu di bumi; carilah karunia Allah.” (QS. Al-Jumu’ah: 10).
Diriwayatkan dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu, ia berkata, “Seseorang datang kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan bertanya,
“Apakah saya harus mengikat unta kemudian bertawakal atau saya lepaskan saja lalu bertawakal kepada Allah?”
Beliau menjawab,
اعْقِلْهَا وَتَوَكَّلْ
“Ikatlah (untamu itu) kemudian bertawakallah (kepada Allah)!” (HR. Al-Bukhari dan At-Tirmidzi).
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Berlanjut ke Tawakal, Urgensi dan Keutamaannya (Bagian 4)