Di antara wasiat terbaik seorang ayah kepada anaknya adalah yang disampaikan luqman kepada anandanya. Wasiat tersebut termaktub dalam firman Allah Ta’ala yang berbunyi,
Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua orangtuanya. Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orangtuamu. Hanya kepada Aku kembalimu.
Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang engkau tidak mempunyai ilmu tentang itu, maka janganlah engkau menaati keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Ku tempat kembalimu, maka akan Aku beritahukan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.
(Luqman berkata), “Wahai anakku! Sungguh, jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di bumi, niscaya Allah akan memberinya (balasan). Sesungguhnya Allah Mahahalus, Mahateliti.
Wahai anakku! Laksanakanlah salat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk perkara yang penting.
Dan janganlah kamu memalingkan wajah dari manusia (karena sombong) dan janganlah berjalan di bumi dengan angkuh. Sungguh, Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membanggakan diri.
Dan sederhanakanlah dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai.”
(QS. Luqman :13-19).
Dari ayat-ayat tersebut dapat kita petik beberapa pelajaran penting sebagai berikut:
1. Seorang ayah diperintahkan untuk memberikan wasiat kepada anak-anaknya tentang hal-hal yang bermanfaat untuk dunia dan akhiratnya.
Kalimat “Wahai anakku” yang digunakan oleh Luqman menunjukkan bagaimana kasih sayang Luqman terhadap anaknya juga apa yang dihasilkannya berupa lapang dada dan kesiapan anak untuk menerima nasihat tersebut.
Dari nasihat tersebut mencerminkan adanya hubungan yang erat antara pemberi nasihat dan yang dinasihati, sehingga nasihat tersebut dapat diterima tergantung keikhlasan yang ada pada diri pemberi nasihat.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Berlanjut ke Inilah Pelajaran yang Dipetik dari Wasiat Luqman Kepada Anaknya (Bagian 2)