Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menganjurkan umatnya berbuka dengan kurma. Beliau juga mencontohkan sendiri bagaimana berbuka dengan kurma. Di era modern ini, diketahui secara ilmiah keajaiban berbuka dengan kurma.
Hadits Berbuka dengan Kurma
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
إِذَا أَفْطَرَ أَحَدُكُمْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى تَمْرٍ, فَإِنْ لَمْ يَجِدْ فَلْيُفْطِرْ عَلَى مَاءٍ, فَإِنَّهُ طَهُورٌ
“Jika kalian berbuka puasa, maka berbukalah dengan tamr (kurma kering). Jika tidak dapati kurma, maka berbukalah dengan air karena air itu mensucikan.” (HR. Ibnu Majah, Abu Dawud, An Nasai, Tirmidzi, dan Ahmad)
Dalam hadits ini Rasulullah menganjurkan umatnya untuk berbuka dengan kurma kering (tamr). Jika tidak ada kurma, berbuka dengan air putih.
Dalam hadits lain tersirat bahwa berbuka dengan kurma basah (ruthab) lebih utama daripada kurma kering (tamr).
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- يُفْطِرُ عَلَى رُطَبَاتٍ قَبْلَ أَنْ يُصَلِّىَ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ رُطَبَاتٌ فَعَلَى تَمَرَاتٍ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ حَسَا حَسَوَاتٍ مِنْ مَاءٍ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya berbuka dengan ruthab (kurma basah) sebelum menunaikan shalat. Jika tidak ada ruthab (kurma basah), maka beliau berbuka dengan tamr (kurma kering). Dan jika tidak ada yang demikian beliau berbuka dengan seteguk air.” (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Baca juga: Doa Berbuka Puasa
Penjelasan Ibnu Qayyim Al Jauziyah
Ibnu Qayyim Al Jauziyah menjelaskan bahwa Rasulullah biasa berbuka puasa dengan ruthab, atau tamr, atau air.
“Ini merupakan menu yang sangat baik untuk kesehatan,” terang Ibnu Qayyim dalam Zaadul Ma’ad, “karena puasa mengosongkan makanan dari lambung sehingga liver tidak dapat menemukan materi yang dapat diserapnya dan didistribusikan ke seluruh kekuatan dan organ tubuh. Kurma, khususnya ruthab, cepat sampai ke liver sehingga bisa dimanfaatkan dan juga untuk kekuatan yang lain.”
Keajaiban Ilmiah
Sempat muncul pertanyaan tentang berbuka dengan kurma. Mengapa Rasulullah menganjurkan berbuka dengan kurma sedangkan kurma itu manis. Apakah tidak menaikkan kadar gula dan membahayakan penderita diabetes?
Yang pertama kali perlu diperhatikan, Rasulullah tidak pernah mensabdakan berbukalah dengan yang manis. Namun, dengan kurma. Jika tidak ada kurma, menurut pendapat yang kuat dari para ulama, tidak lantas kemudian diganti dengan yang manis (misalnya sirup), namun diganti dengan air sebagaimana hadits-hadits di atas.
Setelah diteliti, di antaranya menurut penelitian yang dikutip Tribunnews, indeks glisemik kurma tergolong menengah dan karena itu buah ini aman dikonsumsi oleh penyandang diabetes. Selain itu, gula kurma bisa diserap tubuh secara perlahan sehingga gula darah juga pelan saja. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]