Beranda Tazkiyah Akhlak Enam Cara Membaca Watak Seseorang

Enam Cara Membaca Watak Seseorang

Dok: Bintang

Enam cara mengetahui dan menyimpulkan watak menurut Imam Fakhruddin Ar-Razi dalam Kitabul Firasah.

Pertama, melalui bentuk dan rupa seseorang. Perilaku alami dapat menjadi petunjuk untuk mengetahui watak. Rupa seseorang akan tampak berbeda ketika sedang marah, takut atau bahagia.

Kedua, memperhatikan seseorang. Ar-Razi berkesimpulan ada hubungan erat antara suara dan kondisi kejiwaan. Orang yang kerap bersuara lantang dan bersuhu tubuh lebih panas dinilai cenderung emosional. Sedangkan yang bersuara tidak lantang dan bersuara tubuh tidak panas cenderung mampu mengontrol emosi.

Ketiga adalah membaca watak berdasarkan kesamaan dengan hewan dalam bentuk fisik. Cara ini mendapatkan sorotan karena ada sebagian orang yang meyakini manusia sama sekali tidak bisa disamakan dengan hewan. Namun Ar-Razi menggunakan metode ini sebagai salah satu cara menyimpulkan watak. Dia menulis ketika kondisi lahiriah seekor binatang mirip dengan manusia maka harus dicocokkan lagi dengan binatang lainnya untuk menguatkan kesimpulan.

Contohnya ada hubungan antara tubuh kuat dan dada berbidang dengan sifat keberanian. Semua binatang yang memiliki tubuh kuat dan dada bidang adalah pemberani. Manusia pun diduga kuat berwatak pemberani bila memiliki dua hal tersebut.

Keempat, kesamaan ciri rasial. Ar-Razi menyebutkan beberapa ras besar manusia yaitu Persia, Romawi, India dan Turki. Setiap ras memiliki bentuk fisik dan ras tertentu. Dalam sebuah muqaddimah, Ibnu Khaldun menyebutkan watak dan kondisi fisik berbeda antara orang yang hidup di pegunungan dan pesisir. Mereka yang tinggal di pegunungan lebih rentan terkena penyakit karena selalu dalam situasi yang dingin. Sedangkan yang hidup pesisir mengalami hal yang sebaliknya.

Kelima, membaca watak dapat dilakukan berdasarkan jenis kelamin. Ar-Razi sangat memperhatikan perbedaan antara jantan dan betina. Misalnya lelaki memiliki pendirian yang teguh sementara perempuan cenderung membuat tipu muslihat.

Keenam, menganalisis watak yang sudah diketahui. Kesimpulan ini muncul berdasarkan eksperimen dan usaha yang terus-menerus. Seorang ahli watak tidak hanya membuat satu studi kasus. Dia harus selalu mendalami pengetahuannya dengan menganalisis watak banyak orang. Dengan demikian, dia dapat mengetahui, misalnya orang marah cenderung kurang mampu berpikir rasional. Sebab orang tersebut lebih mengedepankan sisi emosionalnya.

Tentu saja, enam cara tersebut bukan petunjuk mutlak. Semua hanyalah dugaan yang perlu diperkuat lagi. Yang paling utama menurut Ar-Razi, analisis mengenai watak harus didasarkan dengan pengamatan indrawi yang kuat.

Wallahu a’lam.