Khutbah spesial untuk Jumat, 4 Mei 2018 ini ditulis oleh Ustadz Ahmad Musyafa’, Lc, M.Pd.I, Direktur International Aqsa Institute (IAI) dan Anggota Komite Pembentukan Ikatan Ulama Indonesia Pembela Al-Quds (IUIPA)
Khutbah Pertama
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ حَبَّبَ إِلَيْنَا اْلإِيْمَانَ وَزَيَّنَهُ فِي قُلُوْبِنَا. وَكَرَّهَ إِلَيْنَا اْلكُفْرَ وَاْلفُسُوْقَ وَالْعِصْيَانَ وَجَعَلَنَا مِنَ الرَّاشِدِيْنَ. فَضْلًا مِنْهُ وَنِعْمَةً، سُبْحَانَكَ رَبِّي سَبْحَانَكَ، لَا علَمَ لَنَا إِلاَّ مَا عَلَّمْتَنَا إِنَكَ أَنْتَ اْلعَلِيْمُ الْحَكِيْمُ، وَلاَ فَهْمَ لَنَا إِلاَّ مَا فَهَّمْتَنَا إِنَّكَ أَنْتَ الْجَوَّادُ اْلكَرِيْمُ
أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَالْمَلَكُوْتُ، وَلَهُ الْعِزَّةُ وَالْجَبَرُوْتُ، وَهُوَ اْلحَيُّ الَّذِيْ لَا يَمُوْتُ. وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا وَنَبِيَّنَا وَمُعَلِّمَنَا وَقَائِدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُ اللهِ وَرَسُوْلُهُ. صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَمَلَائِكَتُهُ، إِنَّ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِي، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. فَأُصَلِّي وَأُسَلِّمُ عَلَى هَذَا النَّبِيِّ اْلَكرِيْمِ، وَعَلَى آلِهِ وَأْصْحَابِهِ وَمَنْ نَهَجَ نَهْجَهُ وَاسْتَنَّ بِسُنَّتِهِ وَاقْتَفَى أَثَرَهُ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. أَمَّا بَعْدُ
فَيَا أَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ! أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِي بِتَقْوَى اللهِ وَقَدْ فَازَ اْلمُتَّقُوْنَ. وَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي مُحْكَمِ كِتَابِهِ أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، يَا أَيُّهَا اَّلذِيْنَ آمَنوْا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَاَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ
Hadirin Jamaah Jumat yang dimuliakan Allah.
Hari ini, kita berada pada tanggal 18 Sya’ban. Artinya kita akan memasuki bulan suci Ramdhan kurang lebih 12 hari lagi. Semoga Allah memberkahi di bulan Sya’ban ini dan diberikan kesempatan untuk menikmati ibadah di bulan suci Ramadhan.
Hari ini juga, serentak di seluruh wilayah di Indonesia, umat Islam Indonesia diserukan untuk menunaikan kewajibannya, membuktikan keimanannya kepada Allah Swt, melakukan pembelaan terhadap negeri Isra` Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, menyelamatkan kiblat pertama umat Islam, mempertahankan Masjid Suci Al-Aqsha yang sangat dicintai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Maka izinkan saya untuk menunaikan kewajiban saya sebagai seorang muslim. Menyambut seruan dari saudara-saudara kita para murabithun dan murabithath, para penjaga Masjid Al-Aqsha,. Juga menjawab seruan para ulama dunia untuk membela masjid yang diberkahi Allah itu.
Pada tanggal 14 Mei nanti, Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, akan meresmikan kepindahan Kedutaan AS dari Tel Aviv ke kota Al-Quds (Yerussalem). Merealisasikan keputusannya yang sudah ditandatangani pada tanggal 6 Desember 2017 lalu. Termasuk akan memberikan Kota Al-Quds (Yerussalem) kepada negara Yahudi, yang akan dijadikan sebagai Ibukota Israel.
Kaum Muslimin yang dirahmati Allah.
Pemindahan Kedutaan AS ke Kota Al-Quds adalah salah satu tahapan penting bagi Zionis Israel untuk merebut Masjid Al-Aqsha. Bagi Zionis Israel, tidak ada artinya Israel tanpa Yerussalem. Dan tidak ada artinya Yerussalem tanpa Sinagog Sulaiman. Karena Sinagog Sulaiman digunakan untuk memobilisasi Yahudi dunia agar datang ke Palestina, memprovokasi Yahudi dunia untuk menghancurkan Masjid Al-Aqsha dan menggantinya dengan Sinagog Sulaiman.
Zionis Israel memilih tanggal 14 Mei bukan tanpa alasan. Pemilihan tanggal ini sengaja disesuaikan dengan tanggal deklarasi negara Yahudi Isarel, yaitu 14 Mei 1948. Zionis Israel mendeklarasikan negara Yahudi di atas tanah sah milik warga Palestina. Zionis Israel merampas tanah wakaf milik umat Islam yang diterima langsung oleh Khalifah Umar bin Khattab r.a. Maka deklarasi negara Israel tanggal 14 Mei 1948 adalah legalisasi penindasan terhadap warga Palestina. Setiap tahun tanggal ini diperingati sebagai perayaan kemenangan bagi Yahudi. Sehingga sehari setelahnya, tanggal 15 Mei dikenal sebagai Hari Nakbah, Hari Kesengsaraan bagi bangsa Palestina.
Zionis Israel selalu menggunakan tanggal-tanggal yang disakralkan untuk membangkitkan emosional di antara mereka, demi mengobarkan api permusuhan kepada umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, Menumpahkan dendam kekalahan mereka dalam perang Khaibar. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengakhiri hegemoni Yahudi di Madinah dengan perang Khaibar. Kekalahan di Khaibar ini menjadi dendam kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan umatnya tidak akan pernah dilupakan. Dendam itu mereka tunjukkan secara terang-terangan. Mereka meracun Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam jamuan setelah perang Khaibar.
Allah takdirkan racun itu tidak bereaksi saat itu kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Racun itu baru bereaksi setelah tiga tahun, menggerogoti dan melumpuhkan tubuh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Beliau pun sakit yang mengantarkan syahidnya akibat racun Yahudi Khaibar. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengeluhkan sakitnya kepada Sayyidah Aisyah r.a. Diriwayatkan oleh Imam Bukhari rahimahullah,
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا قَالَتْ: كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُوْلُ فِيْ مَرَضِهِ الَّذِيْ مَاتَ فِيْهِ: يَا عَائِشَةُ، مَا أَزَالُ أَجِدُ أَلَمَ الطَّعَامِ الَّذِيْ أَكَلْتُ بِخَيْبَرَ، فَهَذَا أَوَانُ وَجَدْتُ انْقِطَاعَ أَبْهُرِي مِنْ ذَلِكَ السُّمِّ. (رواه البخاري)
Dari Aisyah radliyallahu ‘anha ia berkata, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda ketika sedang sakit menjelang wafatnya, “Wahai Aisyah! Aku masih merasakan sakitnya akibat makanan yang aku makan di Khaibar. Inilah saatnya putusnya aliran darahku disebabkan karena racun itu.” (HR. Bukhari).
Dendam Yahudi kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam semakin terlihat, ketika mereka berhasil menguasai Kota Al-Quds dan Masjid Al-Aqsa tahun 1967. Ketika pertama kali masuk Masjid Al-Aqsha, mereka pilih hari yang sama dengan kekalahan Yahudi di Khaibar. Ketika masuk Masjid Al-Aqsha, yel-yel yang diteriakkan oleh pasukan tentara Zionis Israel adalah, “Muhammad telah mati, Muhammad telah mati, tidak meninggalkan generasi kecuali generasi anak perempuan (generasi yang lemah dan penakut).” Panglima militernya waktu itu juga berkelakar, “Hari ini adalah pembalasan kekalahan kami di Khaibar.” Dan sekali lagi, Zionis Israel memilih hari untuk memasuki Masjid Al-Aqsha, sengaja disamakan dengan hari kekalahan mereka di Khaibar.
Wahai umat Nabi Muhammad!
Sesungguhnya tujuan utama pemindahan Kedutaan Amerika Serikat (AS) adalah untuk merebut Masjid Al-Aqsha dari kaum muslimin, untuk diganti dengan bangunan baru yang sudah disiapkan, bernama Sinagog Sulaiman, atau Haikal Sulaiman, atau Solomon Temple.
Ketika Kota Al-Quds diberikan kepada Israel untuk dijadikan sebagai Ibukota Israel, maka sesungguhnya AS telah melanggar undang-undang internasional, melanggar keputusan PBB yang menyatakan bahwa Kota Al-Quds adalah Wilayah Hijau yang netral di bawah pengawasan PBB.
Ketika Al-Quds benar-benar akan diserahkan kepada Israel oleh AS (wal ‘iyâdzu billâh), maka Israel punya hak mutlak atas semua yang ada di dalam kota Al-Quds. Israel mempunyai wewenang penuh untuk mengatur tata letak kota, mengubah semua peninggalan Islam menjadi nuansa Yahudi, menetapkan pengurus kelurahan, RW, hingga RT-nya. Dan yang paling berbahaya adalah menguasai penuh kiblat pertama umat Islam, tempat Isra` Mi’raj Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam, yaitu Masjid Al-Aqsha Al-Mubarak (yang diberkahi). Sesuai perencanaan mereka, akan dihancurkan dan diganti dengan Sinagog Sulaiman.
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah.
Kenapa kita harus membela Al-Quds? Al-Quds adalah garis merah bagi umat Islam. Ambang batas kesabaran bagi umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam. Sesuai namanya, Al-Quds adalah kota suci. Kedudukannya tidak ada bedanya dengan Makkah. Makkah menjadi mulia karena di dalamnya ada Masjidil Haram. Begitu juga dengan Al-Quds, menjadi disucikan dan diberkahi Allah karena di dalamnya terdapat Masjid Al-Aqsha. Sebagaimana yang dikatakan oleh Khalifah Umar bin Khattab radhiyallahu anhu,
وَمَا الْقُدْسُ عِنْدَ اللهِ إِلاَّ كَمَكَّةَ
“Bagi Allah, Kota Al-Quds tidak ada bedanya dengan Kota Makkah.”
Sesunggunya Sinagog Sulaiman adalah kebohongan Zionis Israel, karena sejatinya Nabi Sulaiman tidak pernah membangunan tempat ibadah bernama Sinagog Sulaiman di Al-Quds (Yerussalem). Justeru sebaliknya, yang dibangun Nabi Sulaiman adalah Baitul Maqdis, adalah Masjid Al-Aqsha, bukan Sinagog, bukan Haikal, bukan juga Kuil Sulaiman. Karena Nabi Sulaiman adalah seorang Muslim, maka tempat ibadah yang dibangun adalah masjid. Sebagaimana yang dijelaskan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
وَعَنْ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ عَمْرٍو رضي الله عنه عَنْ رَسُولِ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: ((لَمَّا فَرَغَ سُلَيْمَانُ بْنُ دَاوُدَ عليه السّلام مِنْ بِنَاءِ بَيْتِ الْمَقْدِسِ، سَأَلَ اللَّهَ صلّى الله عليه وسلّم ثَلَاثًا: أَنْ يُعْطِيَهُ حُكْمًا يُصَادِفُ حُكْمَهُ. وَمُلْكًا لَا يَنْبَغِي لَأَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ. وَأَنَّهُ لاَ يَأْتِي هَذَا الْمَسْجِدَ أَحَدٌ لَا يُرِيدُ إِلَّا الصَّلَاةَ فِيهِ إِلَّا خَرَجَ مِنْ ذُنُوبِهِ كَيَوْمِ وَلَدَتْهُ أُمُّهُ )). فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ((أَمَّا ثِنْتَيْنِ فَقَدْ أُعْطِيَهُمَا، وَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ قَدْ أُعْطِيَ الثَّالِثَةَ )). رواه أحمد، والنّسائيّ، وابن ماجه، واللّفظ له، وابن خزيمة، وابن حبّان في “صحيحيهما”، والحاكم أطولَ من هذا، وقال: صحيح على شرطهما، ولا علّة له
Dari Abdullah bin Amr bin Al-Ash, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Setelah Sulaiman bin Dawud membangun Baitul Maqdis, meminta kepada Allah tiga hal dan diberikan dua, dan kami berharap agar beliau mendapatkan yang ketiga. Beliau pun meminta ketepatan dalam memutuskan kebijakan, Allah pun mengabulkannya. Ia meminta kerajaan yang tidak diberikan kepada siapapun setelahnya, Allah pun mengabulkannya. Ia juga memohon kepada Allah agar siapa pun yang keluar dari rumahnya tidak ada keinginan lain kecuali hanya untuk shalat di Masjid ini, maka kesalahannya keluar darinya seperti anak yang baru dilahirkan ibunya. Maka kami berharap agar Allah Swt mengabulkannya.” (HR. Ahmad, Nasa`i, dan Ibu Majah)
Jamaah Jumat rahimakumullah.
Al-Quran juga secara jelas menegaskan, bahwa Nabi Sulaiman adalah seorang muslim. Ketika mendakwahi Ratu Saba`, atau ada yang menyebutnya Ratu Bilqis. Tatkala Ratu Saba` ini menerima dakwahnya Nabi Sulaiman, kemudian dia bertaubat kepada Allah, dan kata-kata pertaubatannya diabadikan di dalam Al-Quran:
قَالَتْ رَبِّ إِنِّي ظَلَمْتُ نَفْسِي وَأَسْلَمْتُ مَعَ سُلَيْمَانَ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ [ النمل:44]
“Saba` berkata: Ya Allah! Saya zhalim terhadap diri saya sendiri, saya (nyatakan) masuk Islam bersama-sama dengan Sulaiman, demi Allah Tuhan Semesta Alam.” (QS. An-Naml: 44).
Bahkan, seluruh nabi yang diutus kepada Bani Israil adalah Muslim, ajaran dan keturunannya merujuk kepada Abul Anbiya` (bapaknya para Nabi), Nabi Ibrahim a.s. Orang Yahudi mengkalim bahwa Nabi Ibrahim adalah Yahudi, kemudian dibantah secara tegas oleh Al-Quran,
مَا كَانَ إِبْرَاهِيْمُ يَهُوْدِيًّا وَلاَ نَصْرَانِيًا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيْفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ اْلمُشْرِكِيْنَ
“Bukanlah Ibrahim seorang Yahudi, bukan pula Nasrani, akan tetapi ia adalah seorang yang agamanya lurus, Muslim, dan bukan termasuk yang menyekutukan Allah.” (QS. Ali Imran: 67)
Wahai umat Nabi Muhammad!
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjadi saksi atas keagungan Masjid Al-Aqsha yang diberkahi ini. Beliau sangat sering menyebutkan dalam haditsnya. Sehingga sahabat penasaran atas keagungan negeri para nabi ini. Bahkan para sahabat mengira bahwa shalat di Masjid Al-Aqsha lebih besar pahalanya dibandingkan shalat di Masjidil Haram dan Masjid Nabawi. Seorang Sahabat bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
عَنْ أَبِي ذَرٍّ رضي الله عنه قَالَ: تذَاكَرْنَا وَنَحْنُ عِنْدَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، أَيُّهُمَا أَفْضَلُ: مَسْجِدُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَوْ بَيْتُ الْمَقْدِسِ؟ فَقَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: صَلاةٌ فِي مَسْجِدِيْ هَذَا أَفْضَلُ مِنْ أَرْبَعِ صَلَوَاتٍ فِيه،ِ وَلَنِعْمَ الْمُصَلَّى، ولَيُوْشِكَنَّ أَنْ يَكُوْنَ لِلرَّجُلِ مِثْلُ شَطَنِ فَرَسِهِ مِنَ الأَرْضِ حَيْثُ يَرَى مِنْهُ بَيْتَ الْمَقْدِسِ خَيْرٌ لَهُ مِنَ الدُّنْيَا جَمِيعًا، أَوْ قَالَ: خَيْرٌ مِنَ الدُّنْيَا وَمَا فِيهَا. رَوَاهُ الْحَاكِمُ.
Dari Abu Dzar r.a. berkata, kami saling bertukar pikiran bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam manakah yang lebih utama Masjid Rasulullah atau Baitul Maqdis. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda, “Sekali shalat di masjidku lebih utama empat kali daripada Baitul Maqdis, dan ia adalah sebaik-baik tempat shalat. Dan hampir-hampir tiba masanya, seseorang memiliki tanah seukuran kekang kudanya, dari tempat itu ia melihat Baitul Maqdis lebih baik dari dunia keseluruhan, atau lebih baik dari dunia dan seisinya.” (HR. Al-Hakim, hadits hasan)
Di dalam hadits ini Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menjelaskan bahwa shalat di Masjid Nabawi pahalanya empat kali lipat shalat di Masjid Al-Aqsha. Tetapi lanjutan hadits menunjukkan, bahwa Masjid Al-Aqsha adalah sebaik-baik tempat shalat. Orang yang hanya melihat langsung Baitul Maqdis dari tanah yang dimiliknya, lebih baik daripada dunia dan seisinya. Hanya melihat. Hanya melihat. Bagaimana dengan shalat di dalamnya. Bagaimana dengan mereka yang ribath (menjaga) Masjid Al-Aqsha. Sungguh para Murabithun dan Murabithath adalah mereka yang dipilih Allah mewakili seluruh umat Islam, menjaga kesucian kiblat pertama Islam.
Maka menguatkan mereka adalah kewajiban. Mendukung perjuangan mereka adalah fardlu ain, bagi seluruh umat Islam di seluruh dunia. Sebaliknya, meninggalkan mereka sendirian adalah melalaikan kewajiban Allah. Meninggalkan arahan dan petuah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Allah akan mempertanyakan kita semua, apa peran kita terhadap tempat suci yang digunakan shalat oleh seluruh nabi dan rasul ini.
Demikian agung kedudukan Baitul Maqdis bagi kita, umat Nabi Muhammad. Negeri ini juga sangat dicintai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka sewajarnya kita yang mengaku umat Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam mencintai semua yang dicintainya. Semoga kita termasuk diantara orang-orang yang dipilih Allah, sebagai para pembebas Baitul Maqdis. Menunaikan kewajiban kita kepada Allah. Membuktikan cinta kita kepada baginda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَاِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلَاوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ اْلعَلِيْمُ
Khutbah Kedua
إِنَّ اْلحَمْدَ للهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَسْتَهْدِيْهِ، وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ
اَشْهَدُ اَنْ لَا إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرْيْكَ لَهُ، وَاَشْهَدُ اَنَّ محمداً عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ
اللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِناَ محمد، وَعَلىَ آلِ سَيِّدِنَا محمد، كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْم، وَبَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا محمدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ محمد، كَمَا بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْم، فِي اْلعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي اْلقُرْآنِ اْلكَرِيْمِ اَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ، بِسْمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْمِ، ياَ أَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوا اتَّقُوا اللهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ، وَاتَّقُوا اللهَ إِنَّ اللهَ خَبِيْرٌ بِمَا تَعْمَلُوْنَ
وَيَا مَعَاشِرَ الْمُسِلِمِيْنَ، ادْعُوا اللهَ تَعَالَى وَأَنْتُمْ مُوْقِنُوْنَ بِالْإِجَابَة، اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسِلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ، اللَّهُمَّ أَعِزَّنَا بِاْلإِسْلَامِ وَأَعِزَّ الْإِسْلَامَ بِنَا، اللَّهُمَّ انْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ
اللَّهُمَّ ارْفَعْ عَنَّا الْغَلاَءَ وْاْلوَبَاءَ وَالشَدَائِدَ وَالْمِحَنَ وَاْلِفَتَنَ، مِنْ بَلَدِنَا هَذِهِ اِنْدُوْنِيْسِيَا وَمِنْ سَائِرِ بِلاَدِ الْمُسِلِمِيْنَ عَامَّةً، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْن
اللَّهُمَّ انْصُرْ إِخْوَانَنَا اْلمُسْتَضْعَفِيْنَ الْمُحَاصَرِيْنَ فِي غَزَّة، وَالْمُرَابِطِيْنَ وَاْلمُرَابِطَاتِ فِي بَيْتِ اْلمَقْدِسِ، رُحْمَاكَ بِهِمْ يَا رَبَّ الْعَالَمِيْنَ. اللَّهُمَّ عَلَيْكَ بِالْيَهُوْدِ الْمُعْتَدِيْنَ وَمَنْ عَاوَنَهُمْ، اللَّهُمَّ شَتِّتْ شَمْلَهُمْ وَمَزِّقْ جَمْعَهُمْ، وَزَلْزِلْ أَقْدَامَهُمْ وَأَلْقِ فِي قُلُوْبِهِمُ الرُّعْبَ، إِنَّكَ عَلَى كُلِّ شَيْئٍ قَدِيْرٌ
عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ باِلْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ وَإِيْتَاءِ ذِي اْلقُرْبَى وَيَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلَبغَيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ، اذْكُرُوا اللهَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوا عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَر، وَاللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ
afwan ust izin share
Komentar ditutup.