Beranda Kisah-Sejarah Kisah Nyata Kisah Nyata Petinggi Parpol Dijebak Saat Berkunjung ke Media

Kisah Nyata Petinggi Parpol Dijebak Saat Berkunjung ke Media

“(Informasi) ini off the record ya,” kata ketua umum sebuah partai politik di Indonesia pada sebuah kesempatan.

Ia beserta jajarannya sedang melakukan kunjungan media (media visit) di sebuah kantor media massa di kawasan Jakarta Selatan.

Para elite media tersebut mengangguk menyepakati. Namun siapa sangka, usai pertemuan tersebut justru ada kabar hot yang dikeluarkan oleh afiliasi jaringan media tersebut. Bagaimana cerita sebenarnya?

Sebelum membahas itu, kita cari tahu dulu soal kode “off the record” itu.

Informasi yang dibedakan secara off the record semata-mata untuk pengetahuan wartawan dan sama sekali tak boleh diberitakan dalam bentuk apa pun. lnformasi itu juga tidak boleh dibawa ke narasumber lain dengan harapan memperoleh konfirmasi resmi.

Ketika narasumber mengatakan bahwa keterangan yang diberikannya bersifat off the record maka wartawan yang tetap tinggal di ruangan, walaupun tidak mengangguk atau mengiyakan persyaratan itu, terikat oleh Kode Etik Jumalistik untuk memperlakukan informasi atau keterangan narasumber sebagai off the record. Wartawan yang tidak setuju dengan persyaratan off the record itu boleh meninggalkan wawancara tersebut. Tapi, wartawan yang semula hadir dalam wawancara off the record itu tidak lagi terikat oleh persyaratan tersebut apabila ada media lain yang menyiarkan informasi tersebut dan sudah menjadi pengetahuan umum.

Apabila narsum mengatakan pertemuan itu bersifat off the record maka wartawan akan segera pasang kuping, menyimak dengan baik tanpa menyalakan apapun alat rekamnya.

Seorang wartawan senior yang sudah 12 tahun sebagai Information Specialist di Kedutaan Besar Amerika Serikat di Jakarta. Ia memperoleh pengalaman yang mungkin bisa diambil pelajaran.

Begitu senator, anggota kongres atau seorang pejabat tinggi Amerika yang jadi pembicara dalam briefing atau pertemuan off the record melalui keterangannya, wartawan yang hadir bergegas menyalakan tape recorder. Kok menyalakan tape recorder? Sang Pembicara pun terbelalak karena Atase Pers sudah mengingatkan sebelumnya bahwa pertemuan tersebut off the record. Wartawan senior pun menjelaskan bahwa para awak media sudah tahu akan perintah off the record, tapi pertemuan tersebut sengaja direkam karena “khawatir” tidak paham aksen orang Kedubes. Agenda pun berjalan lancar dan para awak media tetap mematuhi kode etik.

Lanjut ke cerita awal soal ketua umum parpol yang dijebak oleh media tersebut.

Ternyata, saat obrolan off the record antara ketum parpol dengan elite media, ada wartawan dari jaringan media tersebut yang “nguping” pembicaraan tersebut. Ia mencatat dan menaikkan kabar tersebut hingga viral. Usai itu, para politisi tersebut menandai media tersebut yang melanggar kode etik jurnalistik. Sekaligus makin tahu bagaimana media yang sahamnya dimiliki oleh parpol rivalnya.

Berikut tayangan yang menggambarkan off the record yang dinodai: