Sirah Nabawiyah adalah salah satu ilmu yang perlu dikuasai oleh kaum muslimin. Apa pengertian sirah nabawiyah, apa saja urgensi mempelajarinya dan buku-buku apa saja yang menjadi sumber rujukan? Berikut ini pembahasannya.
Daftar Isi
Pengertian Sirah Nabawiyah
Secara bahasa, sirah (سيرة) berasal dari kata sara (سار) yang artinya jalan. Sebagaimana mahfuzhat:
مَنْ سَارَ عَلىَ الدَّرْبِ وَصَلَ
“Siapa berjalan pada jalurnya akan sampai pada tujuannya”
Sehingga sirah berarti perjalanan. Yakni perjalanan hidup.
Sirah secara bahasa juga berarti tingkah laku (السلوك), cerita/kisah (التاريخ), jalan atau cara (الطارق), dan biografi (سراة رجول).
Secara istilah, sirah nabawiyah adalah perjalanan hidup Nabi atau sejarah hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Baik sebelum diangkat menjadi Rasul maupun setelah diangkat menjadi Rasul, termasuk seluruh peristiwa dalam kehidupan beliau, sifat fisik dan akhlak beliau, serta hal-hal yang terkait dengan peperangan (ghazwah) dan ekspedisi (sariyah) beliau.
Baca juga: Sholawat Nabi
Urgensi Mempelajari Sirah Nabawiyah
Mengapa kita perlu mempelajari sirah nabawiyah? Karena banyak sekali manfaat dan urgensinya. Antara lain adalah enam poin berikut ini
1. Menumbukan cinta kepada Rasulullah
Mencintai beliau di atas seluruh manusia adalah syarat kesempurnaan iman.
لَا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Tidaklah beriman seorang dari kalian hingga aku lebih dicintainya daripada orang tuanya, anaknya dan dari manusia seluruhnya.” (HR. Bukhari)
Mempelajari sirah nabawiyah insya Allah akan menghadirkan rasa cinta kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, keluarga dan sahabat beliau. Bagaimana tidak, dengan mempelajari kisah hidup beliau, kita akan lebih mengenal bukan hanya kemuliaan beliau namun juga perjuangan dan pengorbanannya.
Bagaimana beliau begitu menyayangi umat hingga selalu mendoakan kebaikan. Tak mau umatnya diazab meskipun telah menyakiti beliau seperti penduduk Thaif. Doa terbaik beliau simpan untuk memberikan syafaat kepada umatnya. Bahkan di akhir hayat, yang beliau khawatirkan adalah umatnya. “Ummati, ummati,” kata beliau menjelang wafat.
2. Sirah Nabawiyah sumber inspirasi
Dengan mempelajarinya, sirah nabawiyah akan menjadi inspirasi bagi kehidupan, dengan Rasulullah sebagai teladan utama.
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا اللهَ وَالْيَوْمَ اْلأَخِرَ وَذَكَرَ اللهَ كَثِيرًا
“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Al Ahzab : 21)
Apa pun peran kita dalam hidup ini, menjadi suami atau ayah. Menjadi pedagang atau pemimpin. Kita bisa mendapatkan keteladanan terbaik dari beliau.
3. Sirah Nabawiyah memudahkan ittiba’
Sirah nabawiyah memudahkan kita mengikuti (ittiba’) Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Bukan hanya pada fiqih ahkam, namun juga fiqih dakwah.
قُلْ إِن كُنتُمْ تُحِبُّونَ ٱللَّهَ فَٱتَّبِعُونِى يُحْبِبْكُمُ ٱللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ ۗ وَٱللَّهُ غَفُورٌۭ رَّحِيمٌۭ
Katakanlah: “Jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku (Muhammad), niscaya Allah mengasihi dan mengampuni dosa-dosamu.” Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. Ali Imran:31)
Dengan mempelajarinya, kita akan tahu bagaimana keputusan-keputusan dan sikap Rasulullah. Dalam dakwah, beliau tidak hanya menggunakan fiqih ahkam tetapi juga fiqih dakwah.
4. Memudahkan memahami Al Quran
Mempelajari sirah nabawiyah adalah salah satu jalan untuk memahami kitabullah. Sebab banyak ayat Al Quran hanya bisa ditafsirkan dan dijelaskan dengan mencermati kejadian yang dialami Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan bagaimana sikap beliau menghadapi peristiwa itu.
مَا كَانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَكُونَ لَهُ أَسْرَىٰ حَتَّىٰ يُثْخِنَ فِي الْأَرْضِ ۚ تُرِيدُونَ عَرَضَ الدُّنْيَا وَاللَّهُ يُرِيدُ الْآخِرَةَ ۗ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ
“Tidak patut, bagi seorang Nabi mempunyai tawanan sebelum ia dapat melumpuhkan musuhnya di muka bumi. Kamu menghendaki harta benda duniawiyah sedangkan Allah menghendaki (pahala) akhirat (untukmu). Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (QS. Al Anfal: 67)
5. Menghimpun tsaqafah islamiyah
Dengan mempelajari sirah nabawiyah, setiap muslim dapat menghimpun porsi terbesar wawasan dan pengetahuan Islam yang benar baik terkait dengan aqidah, hukum maupun akhlak.
Terkadang, seseorang masih memiliki pemahaman parsial terkait sosok Rasulullah. Bagi mereka yang hanya mendengar kisah Rasulullah terkait zuhudnya, kadang menyimpulkan Nabi itu miskin dan umat Islam harus menghindari kekayaan. Padahal saat menikah dengan Khadijah, maharnya 20 ekor unta.
Di Madinah, Rasulullah sesungguhnya lebih kaya lagi karena beliau mendapat hak seperlima ghanimah. Namun beliau memilih menginfakkan harta itu kepada fakir miskin dan dhuafa’.
Demikian pula yang hanya tahu Rasulullah dari kisah-kisah kelembutannya. Mereka kadang alergi dengan kata jihad karena menganggap semuanya harus dimaafkan dan disikapi dengan mengalah. Padahal di sisi lain, Rasulullah juga sangat tegas. Beliau juga memimpin peperangan. Bahkan dalam kurun 10 tahun di Madinah ada sekitar 60 perang dan ekspedisi (sariyah).
Dengan mempelajari sirah nabawiyah, kita bisa mendapatkan gambaran utuh dan wawasan yang benar tentang Rasulullah. Juga aqidah dan akhlak yang beliau ajarkan.
6. Model dalam dakwah dan mendidik umat
Dengan memahami sirah nabawiyah, para dai dan murabbi memiliki contoh yang hidup bagaimana berdakwah dan mendidik umat. Bagaimana strategi beliau pada periode Makkiyah dan Madaniyah yang tidak persis sama. Bagaimana pendekatan beliau menghadapi pemimpin kaum, orang yang belum masuk Islam dan orang-orang yang baru masuk Islam.
Sehingga dalam kurun waktu sekitar 22 tahun, Rasulullah berhasil mengubah jazirah Arab yang sebelumnya jahiliyah dan penuh kehinaan menjadi peradaban Islam yang gemilang.
Baca juga: Nama Sahabat Nabi
Sumber-Sumber Sirah Nabawiyah
Dalam mempelajari sirah nabawiyah, sumber utamanya adalah Al Quran dan hadits. Kita patut bersyukur karena para ulama kemudian menyusun buku-buku sirah nabawiyah yang memudahkan kita untuk mempelajarinya.
1. Al Quran
Dalam mengungkap sirah nabawiyah, Al Quran menggunakan dua metode:
- Mengemukakan sebagian kejadian dan sirah-nya. Seperti perang Khandaq, Hunain, dan pernikahan Rasulullah dengan Zainab binti Jahsy.
- Mengomentari kasus dan kejadian sebagai jawaban atas masalah yang terjadi saat itu.
2. Hadits (shahih)
Yakni cuplikan sirah nabawiyah dalam hadits-hadits yang telah dikumpulkan para imam terpercaya. Antara lain adalah kutubus sittah, enam kitab hadits terpercaya. Yakni Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan An Nasa’i, Sunan Abu Dawud, Sunan At Tirmidzi, dan Sunan Ibnu Majah.
Juga Musnad Imam Ahmad, Muwaththa Imam Malik dan Sunan Ad Darimi. Jika tiga kitab hadits ini ditambahkan ke enam kitab sebelumnya, inilah yang dikenal dengan kutubut tis’ah. Sembilan kitab hadits.
3. Buku sirah nabawiyah
Misalnya Tarikh Ath Thabari, Maghazi Muhammad bin Ishaq, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam.
Juga buku sirah nabawiyah karya ulama zaman ini, yang bisa disebut buku-buku rujukan terbaik untuk saat ini. Antara lain adalah sebagai berikut:
- Ar Rakhiqul Makhtum karya Syaikh Shafiyurrahman Al Mubarakfury
- Fiqih Sirah karya Syaikh Ramadhan Al Buthi
- Sirah Rasulullah karya Syaikh Mahmud Al Mishri
- Sirah Nabawiyah karya Syaikh Muhammad Ali Ash Shalabi
- Al Yatim karya Syaikh Muhammad Sameh Said
- Al Manhaj Al Haraki lis Siratin Nabawiyah karya Dr. Munir Muhammad Al Ghadban
- Fiqh As Sirah karya Syaikh Muhammad Al Ghazali
- Kelengkapan Tarikh Nabi Muhammad karya KH Moenawar Chalil
Demikian pengertian sirah nabawiyah, urgensi mempelajarinya dan buku-buku rujukan terbaik. Semoga bermanfaat. Wallaahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]
< Selengkapnya | Berikutnya > |
Sirah Nabawiyah | Arab Sebelum Islam |