Beranda Kisah-Sejarah Sirah Nabawiyah Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab Masuk Islam

Hamzah bin Abdul Muthalib dan Umar bin Khattab Masuk Islam

0
Umar bin Khattab masuk Islam
ilustrasi (pinterest)

Kerasnya penyiksaan kafir Quraisy terhadap kaum muslimin, membuat Rasulullah memerintahkan sebagian sahabat untuk hijrah. Maka puluhan sahabat hijrah ke habasyah. Bahkan pada gelombang kedua, 101 sahabat dan sahabiyah pergi ke Habasyah dipimpin Ja’far bin Abu Thalib.

Quraisy Mengancam Abu Thalib

Melihat perkembangan Islam tak bisa dihentikan, bahkan seratusan orang telah hijrah ke Habasyah, orang-orang Quraisy semakin geram. Mereka pun kembali mendatangi Abu Thalib. Mengancam Abu Thalib jika tidak menghentikan keponakannya, mereka sendiri yang akan membunuhnya.

Dalam kondisi khawatir, Abu Thalib menyuruh Nabi Muhammad berhenti. “Wahai anak saudaraku, sesungguhnya kaummu telah mendatangiku. Lalu mereka berkata begini dan begini. Maka hentikanlah dakwahmu demi aku dan dirimu. Jangan membebaniku di luar kesanggupanku.”

Mendengar itu, Rasulullah menjawab dengan sepenuh keteguhan. “Wahai Paman, seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku menghentikan dakwah ini, niscaya aku tidak akan menghentikannya sampai Allah memenangkannya atau aku binasa karenanya.”

Abu Thalib menangis. Air mata membasahi janggutnya. “Pergilah anak saudaraku. Katakan apapun yang kau suka dan aku tidak akan pernah menyerahkanmu pada siapa pun.”

Para pemuka Quraisy kembali kecewa. Lalu mereka datang lagi dengan menawarkan Ammarah bin Walid bin Mughirah. Namun mereka kembali menelan ludah saat Abu Thalib tegas menolaknya.

Hamzah bin Abdul Muthalib Masuk Islam

Saat siksaan kepada kaum muslimin semakin keras, Allah memberikan penguatan. Pemuda gagah perkasa, Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam. Bulan Dzulhijjah, tahun keenam kenabian.

Masuk Islamnya Hamzah diawali dari kekejaman Abu Jahal menyakiti Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Saat Rasulullah berada di bukit Shafa, Abu Jahal bertubi-tubi mencacinya. Rasulullah hanya diam, tak meladeninya. Abu Jahal naik pitam lalu memukuli beliau. Bahkan menghantam kepala Rasulullah dengan batu hingga memar dan berdarah.

Budak wanita Abdullah bin Jud’an yang melihat peristiwa itu bertemu Hamzah yang baru pulang berburu. Kepada perwira perkasa itu, ia ceritakan apa yang Abu Jahal lakukan pada Rasululullah.

Mendengar itu, masih dengan menenteng busur, Hamzah bergegas mencari Abu Jahal. Di dekat Ka’bah, Hamzah mendapati Abu Jahal sedang berbincang bersama rekan-rekannya. Tanpa basa-basi, Hamzah langsung menghampiri Abu Jahal.

“Hai orang hina! Engkau berani menyakiti keponakanku padahal aku sudah memeluk agamanya?!” Kata-kata Hamzah yang lantang membuat Abu Jahal dan orang-orang Quraisy terguncang.

Belum hilang keterkejutan Abu Jahal, pukulan Hamzah sudah mendarat di kepalanya. Entah berapa kali Hamzah memukulkan busurnya ke kepala Abu Jahal. Yang pasti, kepala yang congkak itu terluka dan berdarah.

Melihat tokohnya dipukuli, orang-orang dari Bani Makhzum berdiri hendak mengeroyok Hamzah. Orang-orang dari Bani Hasyim juga berdiri, siap membela Hamzah. Abu Jahal menahan kaumnya. “Biarkan Abu Imarah (julukan Hamzah). Aku memang telah mencaci keponakannya dengan cacian yang sangat buruk.”

Umar bin Khattab Masuk Islam

Setelah hadirnya seberkas cahaya dengan masuk Islamnya Hamzah, cahaya yang lebih terang datang. Umar bin Khattab masuk Islam. Umar masuk Islam tiga hari setelah masuk Islamnya Hamzah. Masih di bulan Dzulhijjah.

Sudah lama Rasulullah mendoakan Umar. Beliau menyadari bahwa perjuangan Islam perlu dikuatkan dengan hadirnya orang-orang kuat dan berpengaruh. Maka beliau berdoa: “Ya Allah, kokohkanlah Islam ini dengan salah satu dari dua orang yang paling Engkau cintai, Umar bin Khattab atau Amr bin Hisyam.”

Keduanya adalah tokoh. Keduanya adalah orang kuat. Namanya sama-sama terdiri dari huruf ‘ain, mim dan ra’. Amr bin Hisyam adalah Abu Jahal. Dan Allah lebih mencintai Umar daripada Abu Jahal.

Sebenarnya, dalam hati Umar sudah ada benih-benih iman saat mendengar Rasulullah membaca Surat Al Haqqah dalam shalatnya di Ka’bah. Namun fanatisme Umar masih menghalanginya untuk masuk Islam.

Suatu hari di bulan Dzulhijjah tahun keenam kenabian, Umar pergi dengan menghunus pedang. Tujuannya mencari Rasulullah dan membunuhnya. Ia geram karena merasa kaumnya menjadi berpecah belah dan meninggalkan ajaran nenek moyang.

“Mau ke mana engkau,” tanya Nu’aim bin Abdullah saat berpapasan dengan Umar.
“Aku mau membunuh Muhammad.”
“Kalau engkau membunuh Muhammad, apakah engkau siap menghadapi pembalasan Bani Hasyim dan Bani Zaharh?”
“Apa engkau juga sudah meninggalkan agama nenek moyang hingga membela Muhammad?”
“Bahkan adik perempuan dan iparmu juga sudah meninggalkan agama nenek moyang kita.”

Mendengar itu, harga diri Umar terusik. Ia tidak jadi mencari Rasulullah, tapi kini melangkahkan kaki menuju rumah adiknya, Fatimah.

Sebelum sampai di pintu, Umar sudah mendengar lamat-laman bacaan Al Qur’an.

“Bacaan apa yang barusan aku dengar?” Umar langsung masuk. Khabab bergerak lebih cepat. Ia menyelinap ke bagian belakang rumah. Namun Fatimah tak sempat menyembunyikah shahifah (lembaran Al Quran) yang bertuliskan Surat Thaha. Hari itu memang waktunya mereka belajar Al Quran. Khabab bin Al Art yang mengajari mereka.

“Tidak, hanya sekedar perbincangan di antara kami.”
“Tampaknya kalian sudah mengikuti agama Muhammad.”

“Wahai Umar, bagaimana jika kebenaran itu ada pada agama selain agamamu?” Pertanyaan iparnya itu membuat Umar marah. Ia menendangnya dengan keras hingga iparnya jatuh. Saat Umar melayangkan pukulan, Fatimah yang hendak menyelamatkan suaminya terkena pukulan itu hingga wajahnya berdarah.

Melihat adiknya berdarah, Umar menyesal. “Berikan kitab yang tadi kalian baca.”
“Sesungguhnya engkau najis dan tidak ada yang boleh menyentuhnya kecuali dalam keadaan suci,” kata Fatimah. Mandilah dulu jika ingin menyentuhnya.”

Umar menurut. Setelah mandi, ia baca shahifah tersebut. Baru membaca basmalah, Umar sudah terkesima dengan kalimat thayyibah itu. “Sungguh nama-nama yang suci dan indah.”

Ketika sampai pada ayat:

إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي

Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku. (QS. Thaha: 14)

Umar bergetar. “Alangkah indah dan mulianya kalam ini. Kalau begitu, antarkan aku menghadap Muhammad.”

Umar yang tadinya berangkat dari rumah untuk membunuh Rasulullah, kini datang menghadap Rasulullah untuk bersyahadat. Menjadi tokoh Islam yang kuat.

Masuk Islamnya Umar disambut takbir para sahabat. Lalu Umar mengusulkan untuk thawaf terang-terangan di Ka’bah. Agar orang-orang jahiliyah melihat inilah kaum muslimin. Rasulullah menyetujui usulan itu. Maka kaum muslimin membentuk dua barisan. Satu dipimpin Umar, satu dipimpin Hamzah. Mereka thawaf mengelili Ka’bah, sementara orang-orang musyirik Makkah hanya bisa terperangah. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

< SebelumnyaBerikutnya >
Hijrah ke Habasyah Tahun Duka Cita
Selengkapnya (urut per bab)
Sirah Nabawiyah