10 Hal yang Membatalkan Pahala Puasa merupakan Ceramah Ramadhan hari ke-6. Cocok menjadi bahan kultum Tarawih pada malam 6 Ramadhan 1445 hijriah.
Puasa memiliki banyak keutamaan sebagaimana penjelasan sebelumnya. Namun, ada 10 hal yang bisa membatalkan pahala puasa. Jangankan keutamaan seperti ampunan dari dosa, pahala pun bisa habis tak tersisa. Sepanjang hari puasa tetapi hanya mendapat lapar dan dahaga, sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
رُبَّ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلاَّ الْجُوعُ
Betapa banyak orang yang berpuasa tapi tidak mendapatkan apa-apa baginya kecuali rasa lapar. (HR. An-Nasai dan Ibnu Majah; shahih)
Daftar Isi
1. Tidak Ikhlas
Hal yang membatalkan pahala puasa pertama dan paling utama adalah tidak ikhlas. Meskipun puasanya sah karena sudah berniat, tetapi “lillahi Ta’ala” hanya sekadar ucapan lisan. Sementara hatinya tidak mencari ridha Allah semata.
Allah hanya menerima ibadah dan amal yang ikhlas karena-Nya. Demikian pula puasa. Termasuk keutamaannya, hanya bisa kita dapatkan jika puasa kita karena iman dan hanya mengharap balasan dari-Nya. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan karena iman dan mengharap perhitungan (pahala) akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. (Muttafaq ‘alaih)
Rabi’ bin Khutsaim rahimahullah mengingatkan:
كُلُّ مَا لَا يَبْتَغِي بِهِ وَجْهُ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ يَضْمَحِلَّ
Segala sesuatu yang dilakukan tidak untuk mencari ridha Allah, pastilah akan sia-sia.
Baca juga: Niat Puasa Ramadhan
2. Berkata keji
Berkata keji alias rafats juga termasuk hal yang membatalkan pahala puasa. Orang yang berkata jorok dalam artian mengundang syahwat, meskipun kepada istrinya, pahala puasanya bisa berkurang.
Apalagi, jika ngobrol rafats berdua dengan lawan jenis yang bukan pasangan hidupnya, pahala puasa bisa hangus semuanya. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
الصِّيَامُ جُنَّةٌ ، فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ ، وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ
Puasa adalah perisai, maka barang siapa sedang berpuasa janganlah berkata keji dan mengumpat, jika seseorang mencela atau mengajaknya bertengkar hendaklah dia mengatakan: aku sedang berpuasa. (Muttafaq ’alaih)
Baca juga: Keutamaan Bulan Ramadhan
3. Mengumpat dan marah
Sebagaimana hadits di atas, mengumpat juga membuat pahala puasa berkurang bahkan hilang sama sekali. Demikian pula marah, ia juga bisa membatalkan pahala puasa. Biasanya, mengumpat dan marah ini merupakan satu paket karena saat seseorang marah, nada bicaranya akan meninggi lalu keluar umpatan dari lisannya.
Salah satu indikator keberhasilan puasa adalah mampu menahan marah. Sebagaimana firman Allah dalam Surat Ali Imran ayat 134:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ
(yaitu) orang yang berinfak, baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang lain. Dan Allah mencintai orang yang berbuat kebaikan. (QS. Ali Imran: 134)
Baca juga: Doa Buka Puasa
4. Mencela dan mengajak bertengkar
Jika ada orang yang mencela atau mengajak berkelahi, Rasulullah menuntunkan agar orang yang berpuasa menahan diri. Cukup menjawab: innii shooim, aku sedang berpuasa.
Jika ada yang mengajak berkelahi saja Rasulullah menyuruh kita menahan diri, bagaimana jika kita yang mencela dan mengajak bertengkar? Pahala puasa bisa melayang semuanya, puasa menjadi sia-sia.
5. Ghibah
Ghibah alias membicarakan keburukan orang lain juga bisa membatalkan pahala puasa. Ia sejenis dengan berkata keji, mengumpat, dan mencela. Yakni, sama-sama penyakit lisan.
Bahkan Allah mengibaratkan ghibah seperti memakan daging saudara sendiri yang telah meninggal. Dan di neraka, siksa untuk orang suka ghibah juga seperti firman Allah ini:
وَلَا يَغْتَبْ بَعْضُكُمْ بَعْضًا ۚ أَيُحِبُّ أَحَدُكُمْ أَنْ يَأْكُلَ لَحْمَ أَخِيهِ مَيْتًا فَكَرِهْتُمُوهُ
Dan janganlah sebahagian kamu menggunjing sebahagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya … (QS. Al Hujurat: 12)
6. Berdusta
Secara khusus, Rasulullah mengisyaratkan bahwa berbohong atau berdusta merupakan hal yang membatalkan pahala puasa. Allah tidak membutuhkan puasa orang yang berdusta. Artinya, puasanya tidak mendapat apa-apa kecuali lapar dan dahaga.
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِى أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
Barangsiapa tidak meninggalkan perkataan palsu dan pengamalannya, maka Allah tidak mempunyai keperluan untuk meninggalkan makanan dan minumannya. (HR. Bukhari)
Baca juga: Keutamaan Puasa
7. Kesaksian palsu
Memberikan kesaksian palsu juga menghilangkan pahala puasa. Ia merupakan bentuk lain dari kebohongan. Bahkan, lebih parah dari sekadar berdusta biasa. Sebab, dusta pada masalah sepele dampaknya tidak besar. Tetapi kesaksian palsu di pengadilan bisa menzalimi orang lain bahkan menghilangkan nyawa orang tersebut.
Baca juga: Hikmah Puasa
8. Fitnah
Membicarakan keburukan orang lain yang ia tidak suka seandainya mendengar ucapan tersebut, itu namanya ghibah. Sedangkan yang lebih besar dosanya dari itu adalah fitnah. Yakni, jika seseorang mengatakan keburukan tentang orang lain padahal orang itu tidak melakukannya. Fitnah ini jauh lebih dahsyat dalam membatalkan pahala puasa daripada ghibah atau berbohong biasa.
9. Mencuri dan Korupsi
Berdusta, kesaksian palsu, dan fitnah adalah kebohongan lisan. Sedangkan mencuri dan korupsi termasuk yang Rasulullah sabdakan dalam hadits di atas; wal ‘amala bihi.
Jika mencuri kadang skala kecil yang merugikan perorangan, korupsi merupakan pencurian dalam skala besar yang merugikan banyak orang. Keduanya merupakan dosa besar sekaligus membatalkan pahala puasa.
Meskipun seseorang menunaikan puasa, tetapi ketika ia menandatangani laporan palsu dalam rangka korupsi atau bersekutu memainkan anggaran untuk dikorupsi atau bahkan sudah deal dan menerima hasil korupsi, maka puasanya sia-sia. Hilang seluruhnya pahala puasa. Ia tidak mendapatkan apa pun dari puasanya kecuali sekadar lapar dan dahaga.
Baca juga: Doa Sahur
10. Maksiat lainnya
Seluruh kemaksiatan bisa mengurangi dan membatalkan pahala puasa. Karenanya, kita perlu waspada dan ber-mujahadah agar diri kita terhindar dari segala bentuk kemaksiatan yang sebenarnya harus kita jauhi tidak hanya di bulan Ramadhan tapi juga di seluruh waktu sepanjang hidup kita. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]
Untuk ceramah atau kultum Ramadhan lainnya, silakan baca:
Ceramah Ramadhan 2024