Saya suka membaca buku-buku pengembangan diri (self-development) karya tokoh-tokoh Barat. Ketika berada di toko buku, hampir selalu saya memperhatikan buku-buku pengembangan diri dan membacanya. Rata-rata yang best seller memang karya penulis Barat. Jika ada bujet, saya juga membelinya.
Yang membuat saya suka, mereka berhasil menghadirkan teori-teori baru dengan contoh-contoh kekinian yang sulit saya dapati dari penulis lokal. Misalnya Atomic Habits karya james Clear dan Start with Why karya Simon Sinek. Sebagiannya berbasis penelitian panjang seperti Mindset-nya Carol Dweck.
Saya suka membaca buku-buku pengembangan dirikarya tokoh-tokoh Barat. Namun, tidak serta merta membenarkannya. Sebagai seorang muslim, seluruh informasi baru yang kita baca harus berhadapan dengan Al-Qur’an dan hadits. Jika bertentangan, ia tak boleh kita yakini dan amalkan. Mungkin hanya sebatas menjadi pengetahuan.
Tidak Boleh Menggunakan Kalimat Negatif
Misalnya soal larangan menggunakan kalimat negatif dalam menyatakan keinginan, harapan, afirmasi, dan doa. Banyak buku Barat menjelaskan bahwa otak bawah sadar mengabaikan kata “tidak” atau “jangan” sehingga yang harus diucapkan hanyalah yang kita inginkan, tidak perlu mengatakan apa yang tidak kita inginkan. Sebab otak bawah sadar akan menyerap kata yang kita ucapkan dan mengabaikan “tidak” atau “jangan” yang mendahuluinya.
Lalu ada muslim yang latah menerapkannya dalam doa. Jika ingin kaya, sebut saja tanpa menyebutkan kata miskin: “Ya Allah, karuniakanlah kekayaan kepada hamba.” Tidak perlu ditambahi: “Jauhkanlah hamba dari kemiskinan dan jeratan utang.”
Al-Qur’an justru mengajarkan beberapa doa perlindungan yang tentu saja di dalamnya ada kata atau frase yang kita berlindung darinya. Mulai berlindung dari penyakit hati hingga berlindung dari neraka. Misalnya dalam Surat Al-Hasyr ayat 10:
رَبَّنَا اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا الَّذِينَ سَبَقُونَا بِالْإِيمَانِ وَلَا تَجْعَلْ فِي قُلُوبِنَا غِلًّا لِلَّذِينَ اٰمَنُوا رَبَّنَا إِنَّكَ رَءُوفٌ رَحِيمٌ
“Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dahulu dari kami, dan janganlah Engkau tanamkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Hasyr: 10)
Pada doa di atas ada kata “laa” yang berarti “jangan.” Sedangkan pada doa sapu jagat, ada permohonan perlindungan dari azab neraka.
رَبَّنَا اٰتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْاٰخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
“Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di dunia dan kebaikan di akhirat dan peliharalah kami dari siksa neraka.” (QS. Al-Baqarah: 201)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan banyak doa perlindungan yang secara otomatis di dalamnya ada “kata negatif.” Misalnya doa bebas utang:
اللّٰهُمَّ إِنِّى أَعُوذُ بِكَ مِنَ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنَ الْجُبْنِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ
“Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kegelisahan dan kesedihan, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pengecut dan kikir,serta dari beban hutang dan dominasi orang lain.” (HR. Abu Dawud)
Tujuan Akhir
Salah satu buku yang saya suka sejak dua dekade lalu adalah The 7 Habits of Highly Effective People karya Stephen Covey. Banyak insight yang saya dapatkan terutama soal paradigma, mengasah gergaji, lingkaran pengaruh, dan kuadran waktu.
Satu dari tujuh kebiaan dalam buku itu, Begin with End in Mind, juga saya suka. Namun, saat menjelaskannya, Covey merujuk tujuan akhir adalah ingin seperti apa kita dikenang setelah meninggal. Banyak buku lain seperti karya Covey yang menjadikan sejarah atau kata orang tentang kita sebagai tujuan akhir.
Dalam Islam, kematian justru awal dari kehidupan akhirat. Ketika kita mati, kita tak lagi memikirkan apa kata orang tentang kita tetapi bagaimana penilaian Allah kepada kita. Bisa jadi manusia mengatakan seseorang baik atau buruk sebatas yang mereka tahu atau berdasarkan penilaian luar semata. Yang lebih berbahaya, jika ternyata tujuan utama kita adalah apa yang dikenang orang tentang kita setelah meninggal justru merupakan bentuk lain riya’ yang menghapus pahala amal kita. Na’udzubillah.
Bagi seorang muslim, tujuan akhir dari segala amal perbuatannya adalah ridha Allah. Ikhlaskan seluruh ibadah dan amal kita. Soal bagaimana nanti manusia menulis sejarah hidup kita, tidak terlalu penting. Toh begitu banyak orang yang sejarah hidupnya ditulis dengan tinta emas tetapi tidak mendapatkan apa-apa di sisi Allah karena mereka tidak beriman. Sebaliknya, ada orang-orang yang tidak dikenal dunia tetapi sangat terkenal di langit dan dirindukan surga.
Nah, sementara dua hal ini yang saya bagikan pada tulisan ini. Meskipun ada beberapa hal lain seperti larangan menggunakan jangan saat bicara kepada anak yang juga tidak sepenuhnya benar karena bertentangan dengan Al-Qur’an. Teori apa lagi yang teman-teman temukan di buku-buku Barat yang tampaknya baik dan inspiratif tetapi tidak sejalan dengan Islam? [Muchlisin BK/BersamaDakwah]