Beranda Kisah-Sejarah Kisah Sahabat Mengenal 11 Istri Nabi Muhammad Sesuai Urutan Pernikahan

Mengenal 11 Istri Nabi Muhammad Sesuai Urutan Pernikahan

0
istri nabi muhammad
ilustrasi muslimah bercadar (pinterest)

Ada orang-orang yang menuduh Nabi Muhammad menikahi banyak wanita karena nafsunya. Mengenal siapa saja istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam dan mengapa beliau menikahinya membuat tuduhan itu terpatahkan dengan sendirinya.

Perlu kita ketahui, Islam membatasi poligami dengan memperbolehkan seorang muslim menikahi maksimal empat orang istri. Saat itu, tradisi Arab dan dunia tidak membatasi jumlah istri. Islam datang dengan membatasi jumlahnya maksimal empat orang istri, bahkan menganjurkan untuk hanya menikah dengan satu istri (monogami) khususnya bagi orang-orang yang khawatir tidak bisa berlaku adil.

Khusus untuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak memberikan batas jumlah istri. Beliau boleh menikahi perempuan mana pun sebagaimana Surat Al-Ahzab ayat 50. Namun, selama Bunda Khadijah radhiyallahu ‘anha hidup, beliau tidak pernah menikah dengan perempuan lain.

Setelah Bunda Khadijah wafat, barulah beliau menikah lagi. Dan dari 11 istrinya, hanya Bunda Aisyah radhiyallahu ‘anha yang gadis. Itu pun atas arahan Allah Ta’ala. Yang lainnya adalah para janda yang juga dengan arahan Allah beliau menolong mereka.

Hingga kemudian, Allah tidak memperkenankan Rasulullah menceraikan sembilan istrinya dan juga tidak memperbolehkan menikah lagi sebagaimana Surat Al-Ahzab ayat 52. Ketika Rasulullah wafat, sembilan istri beliau tersebut masih hidup.

Daftar Isi

1. Khadijah binti Khuwailid

Khadijah binti Khuwailid radhiyallahu ‘anha adalah istri pertama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Rasulullah berusia 25 tahun dan belum menjadi Nabi saat menikah dengan Khadijah.

Saat itu, Khadijah berusia 40 tahun. Orang-orang Makkah menjulukinya Ath-Thahirah (perempuan suci). Khadijah adalah seorang janda kaya, saudagar jelita, dan bangsawan Makkah.

Ada yang menuduh Rasulullah mengincar harta Khadijah. Padahal, Khadijah-lah yang pertama kali tertarik kepada Rasulullah dan menyuruh Nafisah untuk mendekati beliau. Sebelumnya, banyak yang melamar Khadijah. Namun, ia selalu menolak. Ia khawatir kalau tokoh Quraisy yang datang melamar itu hanya tertarik kecantikan dan hartanya. Lalu menghabiskannya dalam ketidakjujuran.

Berbeda dengan Rasulullah. Khadijah sangat kagum dengan kejujuran dan akhlak Muhammad Al-Amin. Ia ingin laki-laki itu menjadi suaminya sekaligus menjaga diri dan hartanya. Apalagi kepiawaian Rasulullah dalam berdagang juga telah teruji.

Gayung bersambut. Rasulullah pun menikah dengan Khadijah. Lima belas tahun kemudian, Rasulullah mendapat wahyu, menjadi Nabi dan Rasul. Selama 25 tahun, Khadijah menjadi istri Rasulullah satu-satunya hingga Ummul Mukminin ini wafat. Dari pernikahan ini lahirlah putra-putri Rasulullah yakni Al-Qasim, Abdullah, Zainab, Ruqoyyah, Ummu Kulsum, dan Fatimah.

2. Saudah binti Zam’ah

Setelah Khadijah wafat, Rasulullah menikah dengan Saudah binti Zam’ah atas masukan dari Khaulah. Banyak pembesar Makkah yang heran karena Saudah adalah seorang janda tua yang tidak cantik.

Saudah binti Zam’ah radhiyallahu ‘anha termasuk assabiqulan awwalun. Orang-orang pertama yang masuk Islam. Bersama suaminya, Sakran bin Amr, ia ikut rombongan hijrah ke Habasyah. Sekembalinya dari Habasyah, Sakran meninggal dunia.

Hidup Saudah yang menderita karena ayahnya yang tokoh Quraisy memusuhinya dan memusuhi kaum muslimin. Lebih menderita lagi ketika harus menjadi janda dan membesarkan anaknya seorang diri. Rasulullah menikahi Saudah untuk menolongnya.

Pernikahan itu berlangsung di Makkah sebelum Rasulullah hijrah. Selama tiga tahun, Saudah menjadi istri satu-satunya Nabi Muhammad hingga kemudian pada tahun 2 hijriyah beliau menikah dengan Aisyah yang sebenarnya juga usulan Khaulah pada saat yang sama usai wafatnya Khadijah.

Saudah merupakah shahabiyah yang keimanannya kokoh dan akhlaknya mulia. Aisyah sangat menyukainya karena Saudah memberikan gilirannya untuk Aisyah.

3. Aisyah binti Abu Bakar

Istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang ketiga adalah Aisyah binti Abu Bakar radhiyallahu ‘anhuma. Aisyah adalah satu-satunya gadis yang beliau nikahi, sedangkan istri yang lain semuanya janda.

Rasulullah menikahi Aisyah atas arahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Jibril datang kepada Rasulullah dengan membawa kain sutera bergambar Aisyah sembari mengatakan, “ia adalah calon istrimu di dunia dan akhirat.”

Hadits shahih riwayat Imam Tirmidzi tersebut sekaligus mematahkan tuduhan musuh-musuh Islam yang menuduh beliau menikahi Aisyah karena nafsunya.

Rasulullah melamar Aisyah sebulan setelah menikah dengan Saudah. Lalu, beliau melangsungkan pernikahan di Madinah pada tahun 2 hijriyah. Ketika itu, Aisyah berusia 13 tahun.

Mengapa Allah menikahkan Rasulullah dengan Aisyah? Salah satu hikmahnya adalah untuk mengajari umat khususnya perihal kehidupan Rasulullah dalam berkeluarga dan apa yang beliau lakukan di dalam rumah yang para sahabat tidak bisa masuk ke sana. Juga soal fikih wanita yang hanya bisa tersampaikan melalui Ummul Mukminin.

Aisyah adalah wanita yang cerdas. Dengan kecerdasannya, beliau menyerap segala hal dari Rasulullah dan mengajarkannya kepada umat. Bunda Aisyah meriwayatkan 2.210 hadits. Menempati urutan keempat dari sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. Beliau menjadi guru bagi banyak sahabat dan tabiin.

4. Hafshah binti Umar

Istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam yang keempat adalah Hafshah binti Umar radhiyallahu ‘anhuma. Suami Hafshah, Khunais bin Hudzafah radhiyallahu ‘anhu wafat setelah sakit usai perang Uhud.

Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu merasa sedih putrinya menjadi janda. Maka, ia pun mencarikan suami untuk Hafshah. Ia datangi beberapa sahabat Nabi terbaik. Abu Bakar diam saja ketika Umar menawarinya menikahi Hafshah. Sedangkan Utsman menyatakan belum ingin menikah karena istrinya Ruqayyah radhiyallahu ‘anha baru saja wafat.

Ketika Umar mengadukan hal tersebut kepada Rasulullah, Rasulullah bersabda bahwa Hafshah akan dinikahi oleh orang yang lebih baik daripada Umar dan Utsman. Tak lama setelah itu, beliau melamar Hafshah. Umar pun sangat bahagia Hafshah menjadi ummul mukminin.

Jadi, tujuan pernikahan Rasulullah dengan Hafshah adalah membahagiakan Umar sekaligus menguatkan ikatan dengan sahabatnya itu. Selain itu juga menolong Hafshah yang suaminya telah wafat.

Hafshah adalah wanita yang rajin shalat dan banyak berpuasa hingga Jibril mengatakan hal itu kepada Rasulullah sekaligus mengabarkan bahwa ia adalah istri di surga. Hafshah pula yang mendapatkan kepercayaan untuk menyimpan mushaf pertama.

5. Zainab binti Khuzaimah

Dialah shahabiyah yang terkenal dengan julukan ummul masakin (ibu orang-orang miskin). Sebab, Zainab binti Khuzaimah radhiyallahu ‘anha adalah wanita baik hati dan penyayang. Meskipun tidak kaya, ia dermawan dan sangat suka membantu orang-orang miskin.

Awalnya, Zainab binti Khuzaimah menikah dengan Thufail bin Harits lalu cerai. Lalu Ubadah bin Harits, saudara Thufail, menikahinya. Pada perang Uhud, Ubadah bin Harits syahid sehingga Zainab kembali menjadi janda. Saat itu, usia Zainab sudah tua.

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kemudian menikahi Zainab binti Khuzaimah yang hidup sebatang kara. Zainab binti Khuzaimah menjadi istri Rasulullah yang kelima setelah Khadijah, Saudah, Aisyah, dan Hafshah. Namun beberapa bulan kemudian Zainab binti Khuzaimah wafat.

6. Ummu Salamah

Nama aslinya adalah Hindun binti Abu Umayyah Al-Makhzumi. Ia termasuk wanita assabiqunal awwalun. Bersama suaminya, Abdullah bin Abdil Asad Al-Makhzumi, ia hijrah ke Habasyah. Di sana, ia melahirkan Salamah dan sejak saat itu ia lebih terkenal dengan nama Ummu Salamah. Suaminya juga lebih terkenal dengan nama Abu Salamah.

Ketika pemboikotan terhadap kaum muslimin berakhir, sepasang suami istri ini kembali ke Makkah. Lalu, Abu Salamah hijrah ke Madinah tetapi Ummu Salamah tertahan di Makkah. Satu tahun kemudian, Ummu Salamah baru boleh hijrah menyusul suaminya setelah keluarganya kasihan dengan penderitaan Ummu Salamah.

Di Madinah, Ummu Salamah bahagia dengan suaminya. Namun, Abu Salamah mendapat luka pada perang Uhud. Beberapa waktu kemudian, lukanya kambuh dan Abu Salamah pun wafat.

Ummu Salamah hidup sebagai janda dengan empat orang anak. Lalu, Rasulullah menikahinya. Ia sempat ragu dan mengatakan kepada Rasulullah kalau dirinya sudah tua. Namun, Rasulullah tidak mempermasalahkan usia. Tahulah Ummu Salamah bahwa Rasulullah hendak menolongnya.

7. Zainab binti Jahsy

Awalnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahkan Zainab binti Jahsy radhiyallahu ‘anha dengan pembantu beliau yang kemudian beliau jadikan anak angkat, Zaid bin Haritsah radhiyallahu ‘anhu. Zainab sempat menolak Zaid karena ia wanita terpandang dan masih sepupu Rasulullah. Ketika Allah menurunkan Surat Al-Ahzab ayat 36, Zainab pun mau menikah dengan Zaid.

Namun, pernikahan mereka tidak harmonis. Merasakan sulitnya hidup berdampingan dengan Zainab, akhirnya Zaid menceraikannya. Lalu Allah menurunkan Surat Al-Ahzab ayat 37. Allah menikahkan Rasulullah dengan Zainab untuk membongkar tradisi jahiliyah yang melarang menikahi mantan istri anak angkat.

Zainab langsung sujud syukur. Ia sangat bahagia dan bangga karena Allah sendiri yang menikahkannya dengan Rasulullah, tidak sebagaimana istri Nabi Muhammad lainnya yang menikah melalui walinya.

Dengan demikian, Zainab binti Jahsy menjadi istri Rasulullah yang ketujuh. Yakni setelah Khadijah, Saudah, Aisyah, Hafshah, Zainab binti Khuzaimah, dan Ummu Salamah.

8. Juwairiyah binti Harits

Juwairiyah adalah putri pemimpin Bani Mustaliq yang bernama Harits bin Dhirar. Awalnya, Juwairiyah berstatus sebagai tawanan perang. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menikahinya. Jadilah Juwairiyah binti Harits radhiyallahu ‘anha istri Nabi Muhammad yang kedelapan.

Dengan pernikahan tersebut, seluruh tawanan dari Bani Musthaliq juga dibebaskan. Lalu mereka masuk Islam. Tak hanya para tawanan, seluruh kaum Bani Musthaliq juga masuk Islam dan menjadi pembela Islam. Di sinilah tampak bahwa tujuan Rasulullah menikahi Juwairiyah adalah untuk kepentingan politik kaum muslimin.

9. Shafiyah binti Huyay

Mirip dengan Juwairiyah, pada mulanya status Shafiyah adalah tawanan. Ia adalah Shafiyah binti Huyay, keturunan bangsawan Yahudi. Suaminya, Kinanah bin Rabi’, terbunuh dalam perang Khaibar yang baru saja usai.

Pada waktu itu, tawanan perang harus menjadi budak. Ketika Abu Hurairah membawanya ke hadapan Rasulullah, beliau menawari Shafiyah menjadi istri. Shafiyah langsung mengiyakan karena ternyata ia sudah lama menyukai Rasulullah. Tepatnya, saat bermimpi bulan jatuh ke pangkuannya. Ia pun dengan suka rela masuk Islam.

Rasulullah menikahi Shafiyah dengan mahar memerdekakannya. Shafiyah kini menjadi seorang muslimah yang baik keislamannya hingga Rasulullah pun memujinya. Karenanya, para ulama menjelaskan bahwa hikmah pernikahan Rasulullah dengan Juwairiyah adalah untuk menghapuskan perbudakan dengan berbagai cara. Salah satunya adalah dengan pernikahan.

10. Ramlah binti Abu Sufyan

Ramlah binti Abu Sufyan radhiyallahu ‘anha juga termasuk assabiqunal awwalun. Bersama suaminya, Ubaidullah bin Jahsy, ia hijrah ke Habasyah. Di negeri Najasi itu, Ramlah melahirkan anak bernama Habibah sehingga ia terkenal dengan nama kunyah Ummu Habibah.

Di Habasyah, kaum muslimin bisa beribadah dengan tenang. Tidak mendapatkan gangguan dan permusuhan sebagaimana di Makkah. Hingga terjadilah musibah yang tidak pernah ia sangka-sangka sebelumnya. Suaminya murtad, masuk Nasrani. Dan sampai mati pun tetap dalam kondisi Nasrani.

Ummu Habibah sangat berduka. Pergi jauh dari tanah kelahirannya demi menyelamatkan agama, suaminya malah pindah agama. Sudah jauh dari keluarga, kini kehilangan suami pula. Namun, ia tetap istiqamah dalam keimanan.

Suatu malam, Ummu Habibah bermimpi. Dalam mimpi itu, ada yang memanggilnya dengan sebutan ummul mukminin. Tak lama kemudian, setelah masa iddahnya selesai, datang utusan dari Rasulullah melamarnya. Alangkah bahagia Ummu Habibah.

Usai Perang Khaibar, rombongan muhajirin dari Habasyah tiba di Madinah. Termasuk Ummu Habibah yang kemudian masuk ke rumah tangga Nabawiyah. Menjadi ummul mukminin seperti mimpinya. Maka, Ummu Habibah tercatat sebagai istri Nabi Muhammad yang kesepuluh.

11. Maimunah binti Harits

Maimunah binti Harits bin Hazan radhiyallahu ‘anha adalah saudari ipar Al-Abbas yang berarti bibi dari Abdullah bin Abbas. Ia bahagia mendengar kaum muslimin menang perang Khaibar. Sedangkan suaminya, Mas’ud bin Amr, sangat marah dengen kemenangan kaum muslimin tersebut. Keduanya bertengkar hingga berujung perceraian.

Setelah cerai dari suaminya, Maimunah masuk Islam dan menyembunyikan keislamannya. Sebab kondisi Makkah masih berbahaya. Maimunah punya cita-cita yang tak biasa, ia ingin menjadi istri Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.

Abbas mengetahui keinginan iparnya itu. Maka, pada tahun berikutnya seusai Rasulullah melakukan umrah qadha’, Abbas menghadap Rasulullah dan meminta beliau menikahi Maimunah. Rasulullah mengabulkan permintaan pamannya tersebut. Tentang hal ini, Allah Subhanahu wa Ta’ala menurunkan Surat Al-Ahzab ayat 50.

Rasulullah pun membawa Maimunah ke Madinah. Bergabung dalam rumah tangga Nubuwah, menjadi ummul mukminin sebagaimana cita-citanya.

Para ulama sepakat dengan 11 nama istri Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ini. Dua di antaranya wafat ketika Rasulullah masih hidup yakni Bunda Khadijah dan Zainab binti Khuzaimah. Ketika Rasulullah wafat, beliau memiliki 9 istri yang masih hidup yakni Saudah, Aisyah, Hafshah, Ummu Salamah, Zainab binti Jahsy, Juwairiyah, Shafiyah, Ummu Habibah, dan Maimunah.

Sedangkan Mariyah Al-Qibtiyah, para ulama berselisih pendapat mengenai statusnya. Apakah beliau juga menjadi istri sama seperti Ummul Mukminin yang lain. Sebab Mariyah adalah budak yang dihadiahkan oleh penguasa Mesir Muqauqis. Dan pernikahannya dengan Rasulullah terjadi setelah turunnya Surat Al-Ahzab ayat 52. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]