Surat Ar Rum ayat 41 adalah ayat tentang melestarikan alam. Berikut ini arti, tafsir, dan kandungan maknanya.
Surat Ar Rum (الروم) merupakan surat makkiyah. Syaikh Wahbah Az Zuhaili dalam Tafsir Al Munir menjelaskan mengapa namanya Surat Ar Rum yang artinya Romawi. Sebabnya, surat ini dibuka dengan berita tentang kekalahan Romawi dan berita kemenangan yang akan mereka raih beberapa tahun setelahnya. Ini sekaligus merupakan mukjizat Al-Qur’an karena yang terjadi berikutnya memang persis seperti surat ini.
Ayat 41 mengingatkan manusia dampak perbuatan mereka yang menimbulkan kerusakan di darat dan di laut. Agar manusia berhenti berbuat kerusakan dan sebaliknya, melestarikan alam.
Daftar Isi
Surat Ar Rum Ayat 41 Beserta Artinya
Berikut ini Surat Ar Rum Ayat 41 dalam tulisan Arab, tulisan Latin, dan artinya dalam bahasa Indonesia:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
(Dhoharol fasaadu fil barri wal bahri bimaa kasabat aidin naasi liyudziiqohum ba’dlol ladzii ‘amiluu la’allahum yarji’uun)
Artinya:
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Baca juga: Ayat Kursi
Tafsir Surat Ar Rum Ayat 41
Tafsir Surat Ar Rum Ayat 41 ini kami sarikan dari Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Fi Zhilalil Quran, Tafsir Al Azhar, dan Tafsir Al Munir. Harapannya, agar bisa terhimpun banyak faedah yang kaya khazanah tetapi tetap ringkas.
Kami memaparkannya menjadi beberapa poin mulai dari redaksi ayat dan artinya. Kemudian tafsirnya yang merupakan intisari dari tafsir-tafsir di atas.
1. Kerusakan di darat dan di laut ulah manusia
Poin pertama dari Surat Ar Rum ayat 41 ini, telah tampak kerusakan di darat dan di laut akibat ulah manusia.
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِي النَّاسِ
Telah nampak kerusakan di darat dan di laut akibat perbuatan tangan manusia
Dalam tafsirnya, Ibnu Katsir mengutip penafsiran Zaid bin Rafi’ bahwa maksud dhaharal fasad (ظهر الفساد) adalah terputusnya hujan yang tidak menyirami bumi, akhirnya timbullah paceklik.
Ibnu Abbas dan Ikrimah menafsirkan al-barr (البر) adalah padang sahara sedangkan al-bahr (البحر) adalah negeri-negeri dan kota-kota di pinggir sungai. Sedangkan banyak ulama lainnya mengatakan al-barr adalah daratan sedangkan al-bahr adalah lautan.
Mujahid menjelaskan, maksud dhaharal fasadu fil barri (ظهر الفساد في البر) adalah terbunuhnya banyak manusia. Sedangkan kerusakan di laut (والبحر) adalah banyaknya perahu dan kapan yang dirampok.
Ibnu Katsir menguatkan tafsir pertama dengan menambahkan berkurangnya tanaman dan buah-buahan. Jadi, di antara kerusakan di darat adalah kemarau panjang yang menyebabkan paceklik sehingga berkuranglah tanaman dan buah-buahan.
Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir menafsirkan kerusakan secara luas. “Dhaharal fasadu fil barri (ظهر الفساد في البر) artinya adalah suatu kondisi kacau dan rusak, seperti paceklik, minimnya tumbuhan, banyaknya kebakaran, banjir, merebaknya aksi kejahatan, perampokan dan perampasan harta secara zalim, banyaknya kemadharatan dan bencana, serta minimnya kemanfaatan dan kebaikan.”
Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar memasukkan polusi akibat asap pabrik dan kendaraan sebagai bagian dari fasadu fil barri (الفساد في البر). Demikian pula kerusakan alam lain. Sedangkan kerusakan di laut (والبحر), beliau mencontohkan pencemaran air laut oleh limbah hingga mengakibatkan air laut penuh racun dan ikan-ikan mati.
Penyebab hal itu adalah perbuatan tangan manusia; bimaa kasabat aidin nas (بما كسبت أيد الناس). Ibn Katsir menafsirkan: karena kemaksiatan manusia. “Apabila manusia meninggalkan perbuatan-perbuatan maksiat, maka hal itu menjadi penyebab turunnya berkah dari langit dan dari bumi,” terang Ibnu Katsir.
Baca juga: Surat Yusuf Ayat 4
2. Agar manusia melestarikan alam
Poin kedua dari Surat Ar Rum ayat 41 ini, Allah memerintahkan manusia untuk kembali ke jalan yang benar. Antara lain dengan melestarikan alam.
لِيُذِيقَهُمْ بَعْضَ الَّذِي عَمِلُوا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ
supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
Dampak kerusakan di darat dan di laut akan kembali kepada manusia. Mereka pun merasakan dampak dari kerusakan yang mereka timbulkan. Allah memberlakukan sunnatulllah-Nya ini agar manusia kembali ke jalan yang benar. Antara lain dengan melestarikan alam.
“Maksudnya, agar Allah menguji mereka dengan berkurangnya harta dan jiwa serta buah-buahan, sebagai suatu kehendak dari Allah buat mereka dan sebagai balasan atas perbuatan mereka,” tulis Ibnu Katsir dalam tafsirnya.
Redaksi ayat ini memakai kata ba’dla (بعض) yang artinya sebagian karena menurut Syekh Wahbah Az-Zuhaili, apa yang menimpa mereka berupa kerusakan di darat dan di laut hanyalah sebagian hukuman di dunia sebelum mereka mendapatkan hukuman di akhirat jika tidak bertobat.
La’allahum yarji’un (لعلهم يرجعون) menurut Ibnu Katsir adalah agar mereka tidak lagi mengerjakan perbuatan-perbuatan maksiat. Sedangkan menurut Syekh Wahbah Az-Zuhaili dalam Tafsir Al-Munir, maksudanya adalah supaya mereka sadar, insaf, meninggalkan perilaku buruk mereka dan bertobat.
Baca juga: Surat Ali Imran Ayat 190-191
Kandungan Surat Ar Rum Ayat 41
Berikut ini adalah isi kandungan Surat Ar Rum Ayat 41:
- Telah tampak kerusakan di darat dan di laut. Kerusakan di darat misalnya kemarau panjang, banjir, tanah longsor, dan polusi udara. Kerusakan di laut misalnya tercemarnya air laut, kerusakan terumbu karang, dan kematian ikan-ikan.
- Kerusakan di darat dan di laut tersebut disebabkan oleh perbuatan manusia yakni secara umum durhaka kepada Allah dan secara khusus melakukan pengrusakan alam seperti ekploitasi berlebihan, penebangan hutan, pencemaran udara, dan pembuangan limbah yang tak bertanggung jawab.
- Kerusakan di darat dan di laut mengakibatkan kerugian bagi manusia sendiri. Mulai dari bencana alam hingga gagal panel dan berkurangnya ikan di lautan.
- Allah memberlakukan sunnatullah agar manusia kembali ke jalan yang benar, kembali kepada aturan Allah, melestasikan alam, dan tidak merusak alam.
- Ayat ini menunjukkan bahwa Islam bukan hanya mengatur hubungan manusia dengan Allah (hablun minallah) dan hubungan manusia dengan sesama manusia (hablun minannas), tetapi juga hubungan manusia dengan lingkungan dan alam (hablun minal ‘alam).
- Islam melarang pengrusakan alam baik di daratan maupun di lautan.
- Islam mengajarkan umatnya untuk melestarikan alam.
Baca juga: Surat An Nahl Ayat 64
Demikian Surat Ar Rum ayat 41 mulai dari tulisan Arab dan Latin, terjemah dalam bahasa Indonesia, tafsir dan isi kandungan maknanya. Semoga bermanfaat untuk mengingatkan kita agar lebih taat kepada Allah, tidak bermaksiat kepada-Nya, dan menjaga kelestasian alam. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]