Beranda Tazkiyah Akhlak Memenuhi Janji: Pengertian, Dalil, Contoh, dan Manfaatnya

Memenuhi Janji: Pengertian, Dalil, Contoh, dan Manfaatnya

0
memenuhi janji

Salah satu akhlak di dalam Islam dan termasuk bagian dari cabang iman adalah memenuhi janji. Bagaimana hukumnya, apa saja manfaat memenuhi janji, dan mengapa ia menjadi faktor penting keberhasilan dan kesuksesan seseorang?

Pengertian Memenuhi Janji

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), janji memiliki lima arti. Pertama, ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat (seperti hendak memberi, menolong, datang, bertemu).

Kedua, persetujuan antara dua pihak (masing-masing menyatakan kesediaan dan kesanggupan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu). Ketiga, syarat; ketentuan (yang harus dipenuhi).

Lalu keempat, penundaan waktu (membayar dan sebagainya); penangguhan. Dan kelima, batas waktu (hidup); ajal.

Tiga makna pertama terkait dengan akhlak yang kita bahas. Dengan demikian, memenuhi janji artinya menepati ucapan yang menyatakan kesediaan dan kesanggupan berbuat sesuatu, tidak melanggar persetujuan antara dua pihak, dan memenuhi syarat atau ketentuan yang telah menjadi kesepakatan bersama.

Memenuhi janji merupakan salah satu dari syu’abul iman (شعب الإيمان) atau cabang-cabang iman. Ia juga merupakan karakter seorang mukmin. Sebaliknya, mengingkari janji adalah salah satu tanda kemunafikan.

Baca juga: Pengetian Aqidah

Contoh Memenuhi Janji

Sebagaimana ada tiga pengertian jani sebagaimana di atas, kita juga menggunakan contoh memenuhi janji dalam tiga jenis pengertian tersebut.

Contoh memenuhi janji dalam pengertian pertama:

  • Ali berjanji kepada Ahmad akan berkunjung ke rumahnya, besok. Ketika besoknya Ali benar-benar berkunjung ke rumah Ahmad, berarti Ali memenuhi janjinya.
  • Ayah berjanji kepada adik, jika nilai raportnya bagus, ayah akan memberinya sepeda. Ketika raport adik ternyata bagus dan ayah benar-benar membelikan sepeda, berarti ayah memenuhi janjinya.
  • Seorang politisi berjanji jika terpilih menjadi presiden, ia akan menghentikan impor beras. Jika ia benar-benar menghentikan impor beras, berarti ia memenuhi janjinya. Sebaliknya, jika ia malah ugal-ugalan mengimpior beras, berarti ia mengingkari janjinya.

Contoh menepati janji dalam pengertian kedua:

  • Rasulullah dan kaum muslimin memenuhi perjanjian Hudaibiyah. Namun, kafir Quraisy melanggarnya dengan membantu Bani Bakr menyerang Bani Khuza’ah yang merupakan sekutu Madinah.
  • Indonesia berusaha memenuhi Perjanjian Linggarjati meskipun ada klausul yang merugikan. Namun, Belanda justru melanggar perjanjian tersebut.

Sedangkan contoh memenuhi janji dalam pengertian ketiga, antara lain:

  • Umar selalu mengerjakan tugasnya dengan baik dan mentaati aturan perusahaan. Artinya, Umar memenuhi janjinya dalam kontrak kerja.
  • Abdullah selalu menjalankan amanat negara serta tidak pernah korupsi, kolusi, dan nepotisme. Artinya, Abdullah memenuhi janjinya dalam sumpai jabatan.

Hukum Menepati Janji

Para ulama terbagi dalam tiga pendapat terkait hukum menepati janji. Pertama, jumhur ulama berpendapat jika janji itu murni berbuat baik kepada orang lain, maka menepatinya hukumnya mustahab (sunnah) tidak sampai wajib. Contoh, seseorang berjanji akan memberikan hadiah buku saat ia gajian.

Kedua, Imam Malik berpendapat menepati janji itu wajib jika membuat orang lain melakukan tindakan tertentu dan apabila janji tersebuh tidak dipenuhi, ia akan rugi atau mengalami kesulitan. Contoh, seorang ayah menjanjikan sepeda jika anaknya meraih peringkat pertama di kelas. Lalu anak tersebut belajar sangat giat dan akhirnya meraih peringkat pertama.

Ketiga, sebagian ulama berpendapat menepati janji hukumnya wajib secara mutlak. Khususnya janji dalam urusan kebaikan. Yakni jika janjinya tersebut tidak bertentangan dengan syariat dan tidak dalam rangka bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Namun, jika janjinya itu dalam rangka maksiat kepada Allah atau perbuatan dosa, maka haram memenuhi janjinya tersebut. Misal, seseorang berjanji mentraktir minuman keras kepada temannya. Janji ini haram jika dipenuhi. Ia harus membatalkan janjinya. Demikian menurut Imam Syafi’i danImam Malik.

Sedangkan menurut Imam Abu Hanifah, ia tidak boleh memenuhi janjinya tersebut dan berkewajiban membayar kafarat (denda) karena sudah terlanjur berjanji. Yakni memerdekakan budak, memberi makan 10 fakir miskin, atau puasa tiga hari.

Baca juga: Fiqih Nafkah

Dalil dari Al-Qur’an dan Hadits

Banyak dalil yang menunjukkan wajibnya memenuhi janji, baik dari Al-Qur’an maupun hadits Nabi.

Ayat-ayat tentang Menepati Janji

Berikut ini ayat-ayat Al-Qur’an tentang menepati janji:

وَلَا تَقْرَبُوا مَالَ الْيَتِيمِ إِلَّا بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ حَتَّى يَبْلُغَ أَشُدَّهُ وَأَوْفُوا بِالْعَهْدِ إِنَّ الْعَهْدَ كَانَ مَسْئُولًا

Dan janganlah kamu mendekati harta anak yatim, kecuali dengan cara yang lebih baik (bermanfaat) sampai ia dewasa dan penuhilah janji; sesungguhnya janji itu pasti diminta pertanggungan jawabnya. (QS. Al-Isra’: 34)

وَأَوْفُوا بِعَهْدِ اللَّهِ إِذَا عَاهَدْتُمْ وَلَا تَنْقُضُوا الْأَيْمَانَ بَعْدَ تَوْكِيدِهَا وَقَدْ جَعَلْتُمُ اللَّهَ عَلَيْكُمْ كَفِيلًا إِنَّ اللَّهَ يَعْلَمُ مَا تَفْعَلُونَ

Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah(mu) itu, sesudah meneguhkannya, sedang kamu telah menjadikan Allah sebagai saksimu (terhadap sumpah-sumpahmu itu). Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu perbuat. (QS. An-Nahl: 91)

مِنَ الْمُؤْمِنِينَ رِجَالٌ صَدَقُوا مَا عَاهَدُوا اللَّهَ عَلَيْهِ فَمِنْهُمْ مَنْ قَضَى نَحْبَهُ وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْتَظِرُ وَمَا بَدَّلُوا تَبْدِيلًا

Di antara orang-orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah; maka di antara mereka ada yang gugur. Dan di antara mereka ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak merubah (janjinya), (QS. Al-Ahzab: 23)

وَالَّذِينَ هُمْ لِأَمَانَاتِهِمْ وَعَهْدِهِمْ رَاعُونَ

Dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. (QS. Al-Mu’minun: 8)

Hadits Memenuhi Janji

Ada pun hadits memenuhi janji, antara lain adalah hadits-hadits yang menunjukkan ingkar janji merupakan tanda kemunafikan.

آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلاَثٌ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ

Tanda-tanda munafik ada tiga: jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia mengingkari, dan jika diberi amanah ia berkhianat. (HR. Bukhari dan Muslim)

أَرْبَعُ خِلاَلٍ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا مَنْ إِذَا حَدَّثَ كَذَبَ ، وَإِذَا وَعَدَ أَخْلَفَ ، وَإِذَا عَاهَدَ غَدَرَ وَإِذَا خَاصَمَ فَجَرَ ، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَةٌ مِنَ النِّفَاقِ حَتَّى يَدَعَهَا

Empat hal yang jika terdapat pada seseorang maka ia munafik tulen: yaitu orang yang jika berbicara ia berbohong, jika berjanji ia mengingkari, jika terikat perjanjian dia berkhianat, dan jika berselisih ia berbuat zalim. Dan siapa yang mempunyai salah satu sifat tersebut, maka pada dirinya terdapat sifat munafik hingga ia meninggalkannya.. (HR. Bukhari)

Manfaat Memenuhi Janji

Manfaat memenuhi janji yang paling besar adalah mendapatkan ridha dan pahala dari Allah Subhanahu wa Ta’ala. Menepati janji juga menjadi bukti keimanan kita sekaligus tanda keselamatan kita dari kemunafikan sebagaimana ayat-ayat dan hadits di atas.

Adapun dalam kehidupan sosial, memenuhi janji memiliki banyak manfaat yang signifikan. Pertama, membangun kepercayaan. Ketika seseorang menepati janjinya, orang lain akan lebih percaya kepadanya, sehingga hubungan interpersonal menjadi lebih kuat. Kepercayaan ini sangat penting dalam semua aspek kehidupan, baik itu hubungan keluarga, persahabatan, maupun profesional.

Kedua, meningkatkan kredibilitas dan integritas. Seseorang yang selalu menepati janjinya dianggap sebagai individu yang dapat diandalkan dan memiliki integritas tinggi. Ini dapat meningkatkan reputasi positif di mata orang lain, baik dalam lingkungan kerja maupun sosial.

Ketiga, menciptakan rasa hormat. Orang lain akan lebih menghormati seseorang yang konsisten dalam ucapannya dan tindakannya. Ini juga membantu membangun otoritas moral dalam berbagai situasi.

Keempat, mendukung keberhasilan jangka panjang. Dalam dunia bisnis atau karier, menepati janji memperkuat hubungan kerja dan meningkatkan peluang kesuksesan. Rekan kerja, atasan, atau klien cenderung ingin bekerja sama dengan individu yang konsisten dan dapat diandalkan.

Kelima, memperkuat rasa tanggung jawab. Memenuhi janji memupuk kedisiplinan dan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri dan orang lain. Ini membantu seseorang berkembang menjadi pribadi yang lebih baik dan lebih bertanggung jawab.

Secara keseluruhan, menepati janji bukan hanya penting untuk menjaga hubungan, tetapi juga berdampak pada pertumbuhan pribadi dan profesional seseorang. Sekaligus menjelaskan mengapa memenuhi janji menjadi faktor penting keberhasilan dan kesuksesan seseorang. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

SILAKAN BERI TANGGAPAN

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini