Beranda Dasar Islam Hadits Hadits Arbain Nawawi ke-17: Ihsan dalam Segala Hal

Hadits Arbain Nawawi ke-17: Ihsan dalam Segala Hal

0
ihsan dalam segala hal - hadits arbain nawawi 17
ilustrasi (pinterest)

Terkadang ada orang yang melakukan suatu pekerjaan asal-asalan dengan berdalih bahwa itu adalah urusan dunia. Padahal, Islam menuntun umatnya untuk profesional dalam segala hal. Hadits Arbain Nawawi ke-17 ini menjadi dalilnya.

Arbain Nawawi (الأربعين النووية) adalah kumpulan hadits pilihan yang disusun oleh Imam An Nawawi rahimahullah. Jumlahnya hanya 42 hadits, tetapi mengandung pokok-pokok ajaran Islam. Demikian pula hadits ke-17 ini mengandung pokok ajaran Islam untuk berlaku ihsan dalam segala hal. Dengan kata lain, umat Islam harus profesional, bersungguh-sungguh melakukan segala sesuatu dengan optimal.

Arbain Nawawi ke-17 dan Terjemah

عَنْ أَبِى يَعْلَى شَدَّادِ بْنِ أَوْسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ رَسُولِ اللَّهِ  صلى الله عليه وسلم  قَالَ: إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَىْءٍ فَإِذَا قَتَلْتُمْ فَأَحْسِنُوا الْقِتْلَةَ وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ . رواه مسلم

Dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhu, dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, beliau bersabda: “Sesungguhnya Allah mewajibkan berlaku ihsan dalam segala hal. Karena itu, jika membunuh (yang dibenarkan syariat), bunuhlah dengan baik. Dan jika menyembelih, sembelihlah dengan baik, tajamkan pisau, dan jangan membuat hewan sembelihan itu menderita.” (HR. Muslim)

Penjelasan Hadits

Imam Muslim meriwayatkan hadits ini dari Abu Ya’la Syaddad bin Aus radhiyallahu ‘anhuma. Ayahnya juga merupakan sahabat Nabi yakni Aus bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu, saudara Hasan bin Tsabit radhiyallahu ‘anhu.

Syaddad berasal dari Suku Khazraj. Maka, ia termasuk sahabat Anshar. Sahabat dengan nama kunyah Abu Ya’la ini adalah seorang yang shalih, cerdas, dan kuat hafalannya. Ia meriwayatkan 50 hadits, antara lain hadits ini dan hadits sayyidul istighfar.

Meskipun sejarah hidupnya tidak tercatat selengkap sahabat-sahabat besar, Syaddad adalah salah seorang ulama di kalangan sahabat. Syekh Muhammad bin Abdullah Al-Jurdani Ad-Dimyati dalam Al-Jauhar Al-Lu’lu’iyah fi Syarah Arbain An-Nawawiyah mengutip perkataan Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu:

“Sesungguhnya pada setiap umat itu terdapat seorang ulama yang ahli fikih, dan ahli fikih umat ini adalah Syaddad bin Aus. Sesungguhnya ada manusia yang Allah beri ilmu tapi tidak Allah beri sifat santun. Dan sesungguhnya, Abu Ya’la telah Allah beri ilmu dan sifat santun.”

Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam Al-Ashabah menjelaskan, Syaddad lebih unggul daripada orang-orang Anshar lainnya dalam dua hal. Yakni jika bicara, ia bicara dengan hikmah dan jika marah, ia menahan diri.

Abu Nu’aim al-Isfahani dalam Hilyatul Auliya’ menyebutkan, bila Syaddad masuk ke kamar tidur, ia membolak-balikkan tubuhnya dan tidak dapat tidur. Lalu mengatakan, “Ya Allah, sesungguhnya neraka telah membuatku begadang dan menghilangkan rasa kantuk.” Ia pun bangun lalu shalat hingga masuk waktu Subuh.

Syaddad wafat di Baitul Maqdis pada tahun 58 hijriah pada usia 78 tahun. Ketika sakaratul maut, ia mengatakan, “Sesungguhnya sesuatu yang aku khawatirkan terhadap umat ini adalah perbuatan riya’ dan syahwat yang tersembunyi.”

Kata kataba (رجل) bermakna thalaba (طلب) atau aujaba (أوجب) yakni mewajibkan. Kata al-ihsan (الإحسان) merupakan mashdar dari ahsana (أحسن). Maknanya adalah apa yang baik menurut syara’ yakni dengan melaksanakannya secara baik, optimal, dan profesional.

Qataltum (قتلتم) pada hadits ini adalah membunuh yang syariat perbolehkan. Yakni dalam jihad fi sabilillah atau qishash.

Imam Ibnu Daqiq Al-Ied dalam Syarh Al-Arba’in An-Nawawiyah menjelaskan, hadis ini termasuk dari hadis-hadis yang menghimpun banyak kaidah penting. Makna “berbuat baik dalam membunuh” adalah bersungguh-sungguh agar pelaksanaannya cepat dan tidak bertujuan menyiksa. Adapun berbuat baik dalam menyembelih binatang adalah dengan memperlakukan binatang secara lembut, tidak menjatuhkannya secara tiba-tiba, tidak menyeretnya dari satu tempat ke tempat lain, menghadapkannya ke kiblat, membaca basmalah, bersungguh-sungguh (dalam menyembelih), memotong tenggorokan dan dua urat lehernya, dan membiarkannya hingga tenang (tidak langsung dikuliti).

Juga termasuk di dalamnya adalah pengakuan atas karunia Allah Ta’ala dan rasa syukur atas nikmat-Nya, karena sesungguhnya Allah telah menundukkan bagi kita sesuatu yang jika Dia kehendaki bisa saja Dia kuasakan (binatang itu) atas kita, dan Dia menghalalkan bagi kita sesuatu yang jika Dia kehendaki bisa saja Dia haramkan atas kita.

Baca juga: Hadits Arbain ke-1

Kandungan Hadits dan Pelajaran Penting

hadits arbain nawawi 17

Syekh Musthofa Dieb Al-Bugha dan Syekh Muhyidin Mistu menilai hadits ini merupakan salah satu kaidah penting dalam Islam. “Hadits ini merupakan dasar agama yang sangat penting. Memuat upaya sungguh-sungguh dalam melaksanakan semua ajaran Islam,” tulis beliau berdua dalam Al-Wafi.

Hadits ke-17 Arbain Nawawi ini mengandung banyak pelajaran penting. Berikut ini beberapa poin utama yang bisa kita ambil dari hadits ini:

1. Keharusan berlaku ihsan

Hadits ini merupakan dalil kewajiban ihsan, yakni  melakukan suatu perbuatan dengan baik dan maksimal (profesional). Dalam Al-Qur’an, Allah juga mewajibkan berlaku ihsan:

إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَالْإِحْسَانِ

Sesungguhnya Allah menyuruh berlaku adil, berbuat ihsan… (QS. An-Nahl: 90)

Ihsan dalam ibadah adalah meningkatkan kualitasnya sehingga bisa beribadah dengan khusyu’ dan sebaik-baiknya. Merasakan bahwa Allah sedang melihat kita sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam Hadits Arbain ke-2 ketika Jibril bertanya tentang ihsan:

أَنْ تَعْبُدَ اللّٰهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ

Hendaklah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihat-Nya, kalaupun engkau tidak melihat-Nya, sesungguhnya Dia melihatmu. (HR. Muslim)

Demikian pula ihsan dalam perkara yang lain, kita meyakini bahwa Allah melihat perbuatan kita, sehingga kita melakukannya dengan optimal dan sebaik-baiknya. Misalnya bekerja.

2. Ihsan dalam membunuh

Dalam hadits 17 Arbain Nawawi ini, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mencontohkan dua hal. Pertama, dalam membunuh. Kedua, dalam menyembelih. Pada dua hal ini umumnya banyak manusia tidak berlaku ihsan karena yang ia perlakukan adalah musuh dalam jihad, orang yang tervonis hukuman mati, atau binatang. Sehingga kalau seseorang bisa berlaku ihsan dalam dua hal ini, ia akan lebih mudah berlaku ihsan pada hal lainnya.

Membunuh di sini maksudnya dalam jihad, qishash, atau had. Bentuk ihsan adalah dengan mempercepat prosesnya, tanpa menyiksa. Membunuh musuh dalam jihad dengan cara menebas lehernya sehingga cepat tewas sebagaimana firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَإِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ

Maka, apabila kamu bertemu (di medan perang) dengan orang-orang kafir, tebaslah batang leher mereka… (QS. Muhammad: 4).

Bagaimana di zaman sekarang yang perangnya menggunakan senjata api, rudal, dan bom? Penggunaan senjata api, rudal, dan bom boleh untuk mengimbangi mereka. Dalilnya adalah firman Allah Subhanahu wa Ta’ala:

فَإِذَا لَقِيتُمُ الَّذِينَ كَفَرُوا فَضَرْبَ الرِّقَابِ

…Oleh sebab itu, siapa yang menyerang kamu, seranglah setimpal dengan serangannya terhadapmu… (QS. Al-Baqarah: 194).

Sedangkan qishah dilakukan dengan pedang atau dibunuh sebagaimana ia membunuh, tetapi dilarang memutilasi.

Baca juga: Hadits Arbain ke-3

3. Larangan membunuh dengan api

Termasuk ihsan dalam membunuh adalah larangan membunuh dengan api. Baik itu manusia maupun binatang. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:

لاَ تُعَذِّبُوا بِعَذَابِ اللَّهِ

Janganlah kalian menyiksa dengan siksaan Allah. (HR. Bukhari)

Imam Ahmad rahimahullah mengatakan:

لَا يُشْوَى السَّمَكُ فِي النَّارِ وَهُوَ حَيٌّ

Tidak boleh memanggang ikan di atas api sementara ia masih hidup. (Imam Ahmad)

Baca juga: Hadits Arbain ke-4

4. Ihsan dalam menyembelih

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga mengajarkan untuk ihsan dalam menyembelih. Beliau menyebutkan tiga kriteria ihsan dalam menyembelih binatang:

وَإِذَا ذَبَحْتُمْ فَأَحْسِنُوا الذِّبْحَةَ وَلْيُحِدَّ أَحَدُكُمْ شَفْرَتَهُ وَلْيُرِحْ ذَبِيحَتَهُ

Dan jika menyembelih, sembelihlah dengan baik, tajamkan pisau, dan jangan membuat hewan sembelihan itu menderita.

Berdasarkan hadits ini dan hadits-hadits lain tentang menyembelih binatang, ihsan dalam menyembelih setidaknya meliputi tujuh panduan berikut ini:

  1. Mengasah pisau dengan tajam
  2. Menyembunyikan pisau dari binatang yang akan disembelih
  3. Menuntun binatang yang akan disembelih dengan lembut
  4. Menghadapkan binatang ke arah kiblat
  5. Membaca basmalah
  6. Cepat, hanya sekali sembelihan hingga urat lehernya terputus
  7. Tidak menyembelih binatang di depan binatang lainnya

Baca juga: Hadits Arbain ke-5

5. Larangan mengurung dan menyiksa binatang

Termasuk ihsan terhadap binatang adalah tidak mengurung dan menyiksa binatang. Di antara bentuk penyiksaan terhadap binatang adalah tidak memberi makanan binatang peliharaan.

دَخَلَتِ امْرَأَةٌ النَّارَ فِى هِرَّةٍ رَبَطَتْهَا ، فَلَمْ تُطْعِمْهَا ، وَلَمْ تَدَعْهَا تَأْكُلُ مِنْ خِشَاشِ الأَرْضِ

Seorang wanita masuk neraka karena seekor kucing yang ia kurung. Ia tidak memberinya makan dan tidak pula membiarkannya makan dari serangga-serangga bumi, hingga kucing itu mati kelaparan. (HR. Bukhari)

Baca juga: Hadits Arbain ke-6

6. Profesional dalam bekerja

Syekh Musthofa Dieb Al-Bugha dan Syekh Muhyidin Mistu dalam Al-Wafi menjelaskan, “Setelah berbagai penjelasan ini, kita tahu bahwa hadits ini merupakan satu dasar dari berbagai dasar Islam yang sangat penting, karena berisi seruan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam agar berlaku ihsan dalam segala hal.”

Maka, hadits ini juga mendorong kita untuk profesional dalam bekerja, profesional dalam menjalankan amanah, profesional dalam menjalankan peran di keluarga dan masyarakat. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]

< Hadits sebelumnyaHadits berikutnya >
Arbain Nawawi 16Arbain Nawawi 18

SILAKAN BERI TANGGAPAN

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini