Umar bin Abdul Aziz adalah sosok pemimpin yang sangat dikagumi rakyatnya. Dalam kesederhanaannya, ia berhasil mengubah masyarakat menjadi lebih relijius dan sejahtera.
Begitu cintanya pada Umar bin Abdul Aziz, sebagian orang menyampaikan ide, “Jika Anda meninggal nanti, kami akan memakamkan Anda di dekat makam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.”
Umar bin Abdul Aziz bukan kepala negara biasa. Oleh para ulama, ia dijuluki sebagai khalifah rasyidah kelima setelah Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali. Tersebab kepemimpinannya yang lurus, adil dan bijaksana. Ia juga dikenal sebagai ulama yang zuhud dan paling bertaqwa di zamannya.
Andaikan Umar bin Abdul Aziz mengiyakan permintaan itu, agaknya takkan ada yang protes. Mempertimbangkan kedudukannya, kemuliaannya, dan jasa-jasanya.
Namun, apa jawaban Umar bin Abdul Aziz? Ia marah dengan ide itu. “Menghadap Allah dengan seluruh dosa selain kemusyrikan lebih aku sukai daripada menganggap diriku layak mendapatkan penghormatan seperti itu,” tegasnya seperti diabadikan dalam Hilyatul Auliya’.
Demikianlah Umar bin Abdul Aziz mewaspadai bahaya ujub. Ia tak mau jika penghormatan berlebihan membuat dirinya terjangkiti ujub. Ia tak juga tak mau orang-orang menyamakannya dengan kedudukan Abu Bakar Ash Shiddiq dan Umar bin Khattab Al Faruq; dua sahabat utama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sementara sahabat lainnya saja tidak merasa pantas dimakamkan di samping Rasulullah, bagaimana dirinya akan merasa pantas makamnya berada di sana?
Sementara orang yang menyukai penghormatan orang lain dengan cara mereka berdiri menyambutnya saja bisa mencampakkan ke neraka.
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يَمْثُلَ لَهُ الرِّجَالُ قِيَامًا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِنَ النَّارِ
“Barangsiapa yang suka agar orang-orang berdiri untuk menghormatinya, maka bersiaplah untuk menempati tempat duduk dari api neraka” (HR. Abu Dawud)
Umar bin Abdul Aziz juga mengingatkan kita. Dengan kedudukannya yang mulia, ia tak merasa mulia. Ia bahkan tak merasa lebih baik dibandingkan dengan orang lain, terlebih para ulama di zamannya.
Ia memahami bahwa ujub takkan hinggap dalam jiwa seseorang dan berdiam diri di sana, kecuali sifat itu akan membinasakannya.
ثَلَاثٌ مُهْلِكَاتٌ : شُحٌّ مُطَاعٌ وَهَوًى مُتَّبَعٌ وَإِعْجَابُ الْمَرْءِ بِنَفْسِهِ
“Tiga hal yang membawa pada jurang kebinasaan: tamak lagi kikir, mengikuti hawa nafsu dan ujubnya seseorang atas dirinya sendiri” (HR. Abdur Rozaq)
Lalu… bagaimana dengan kita yang tak ada apa-apanya dibandingkan Umar bin Abdul Aziz, masih suka dan mengharap penghormatan dari orang lain? Semoga Allah melindungi kita dari ujub. [Muchlisin BK/Bersamadakwah]
amiiin ya Rabbi..
Komentar ditutup.