Beranda Suplemen Kesehatan Hipogonadisme: Penyakit yang Mengancam Keharmonisan Suami Istri

Hipogonadisme: Penyakit yang Mengancam Keharmonisan Suami Istri

0
sumber gambar: kesehatankoe.blogspot.com

Umumnya, penyakit ini dialami oleh seorang laki-laki berusia 50-an tahun. Penyakit ini mengakibatkan turunnya keinginan terhadap aktivitas ‘ranjang’. Penyakit yang dijuluki dengan silent killer ini bisa merenggut kehangatan aktivitas nikmat bernilai ibadah bagi  suami-istri ini. Ujung-ujungnya, keharmonisan rumah tangga Andalah yang menjadi taruhannya.

Ialah hipogonadisme. Sebuah penyakit yang mengakibatkan kegagalan produksi hormon testosteron dan spermatozoa dalam jumlah yang normal. Berkurangnya produksi testosteron ini memiliki dampak kelindan; dari fisik, intim, hingga psikologis.

Penyakit ini disebabkan oleh dua faktor utama; rusaknya organ produksi hormon testosteron yang merupakan faktor biologis, dan pola hidup tidak sehat.

Terkait pola hidup tidak sehat ini, ada tiga hal utama yang menjadi penyebabnya. Pertama, cara hidup yang jauh dari makna sehat. Kedua, jarang, kurang, bahkan tidak pernah berolahraga. Ketiga, stres berlebihan karena persoalan keluarga atau pekerjaan.

Terkait stres ini, Dokter Nugroho yang bertugas di Rumah Sakit Fatmawati menerangkan, “Kaum pria yang telah berkeluarga lebih rentan terkena stres karena rutinitas monoton atau kesibukan sehari-hari sebagai pekerja.”

Di antara tanda-tanda penderia penyakit hipogonadisme sebagaimana dijelaskan oleh dokter Nugroho yang dimuat dalam Republika, 8 Desember 2015 adalah: berkurangnya masa otot, rontoknya rambut-rambut badan, obesitas, dan ukuran testis yang mengecil.

Hal utama yang patut diwaspadai, penyakit ini bisa merenggut kepercayaan diri seorang suami. Ketika seharusnya bisa membuat puas istrinya, laki-laki penderita hipogonadisme justru KO sebelum ‘bertanding’.

Alhasil, jika sang istri tidak memiliki pengetahuan yang bagus dan kedekatan emosional serta komunikasi dengan suaminya, ada bisikan kecurigaan yang kerap menghantui. Sang istri jenis ini, sebagaimana dijelaskan oleh Tara dari sumber yang sama, “Perempuan kadang berprasangka, bahkan menuding pasangannya telah memiliki wanita idaman lain.”

Pasalnya, sebagaimana sikap umum laki-laki yang tidak mau menunjukkan kelemahan dan kekurangan dirinya-meski kepada pasangannya-penderita hipogonadisme ini selalu menghindari kontak fisik berupa ‘main-main’, bahkan menolak berhubungan badan dengan istrinya.

Biasakanlah hidup sehat dan bangunlah komunikasi efektif dengan pasangan Anda. Semoga berkah senantiasa menyertai.

Wallahu a’lam. [Pirman/BersamaDakwah]