Kemenangan kaum Muslimin dalam Perang Badar al-Kubra melawan pasukan kaum kafir Quraisy Makkah amatlah menyejarah. Sebuah pencapaian amat monumental, meski kaum Muslimin memiliki banyak keterbatasan di bidang fisik berupa persenjataan, bekal, dan strategi perang. Banyak yang kurang memahami, di balik kemenangan itu, terdapat rahasia yang amat penting. Rahasia yang jika dibedah, lalu diamalkan oleh kaum Muslimin akhir zaman ini, maka kemenangan serupa bukanlah sesuatu yang mustahil.
Perang yang dinisbatkan kepada nama salah satu sumur di Madinah ini terjadi pada tahun kedua Hiriyah, tepat ketika ibadah puasa di bulan Ramadhan mulai disyariatkan oleh Allah Ta’ala. Sebuah korelasi yang sangat tidak nyambung secara logika; berperang fisik saat kondisi badan didera lapar dan haus.
Namun, justru di sinilah letak rahasianya. “Mereka,” tutur Anis Matta dalam salah satu taujihnya menjelaskan kondisi kaum Muslimin Madinah kala itu, “sedang berada di puncak keimanan, jiwa-jiwa mereka tengah melalang-buana di langit keimanan dan tawakkal, hasrat dan rindu mereka hanya terpaut ke surga.”
Itulah sebabnya. Inilah alasannya. Inilah rahasia kemenangan Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam dan sahabat-sahabatnya dalam Perang Badar. Rahasia yang kini, tidak dimiliki oleh kaum Muslimin hingga terpuruk dalam keterjajahan di berbagai bidang kehidupan. Rahasia yang rasa-rasanya, sangat jauh untuk digapai, padahal sebabnya ada di dalam diri setiap Muslim.
Kondisi inilah yang mengantarkan para sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pada kondisi, masih menurut penjelasan cendekiawan Muslim asal Bone ini, “Kepercayaan yang tidak terbatas pada Allah Ta’ala, tekad baja yang tidak terkalahkan dalam menegakkan kebenaran, keberanian yang tak pernah bisa disentuh oleh ketakutan, kerinduan pada surga yang tidak dapat diselesaikan oleh fatamorgana.”
Semua kondisi itu, simpul lulusan LIPIA Jakarta ini, “Itu semua yang memberikan energi perlawanan yang sangat dahsyat.”
Kemangan jiwa. Itulah kuncinya. Kemenangan ini yang menjadi kunci hingga tercapainya kemenangan di medan fisik berupa kemenangan peperangan. Para sahabat telah memenangkan jiwa atas nafsunya. Mereka menjadikan motivasi akhirat sebagai yang utama, hingga keterbatasan-keterbatasan duniawi tak bermakna melemahkan bagi mereka.
Dan salah satu kunci utama dari kemenangan jiwa itu, masih menurut Anis Matta, adalah puasa Ramadhan yang disyariatkan oleh Allah Ta’ala kepada kaum Muslimin di tahun itu, untuk pertama kalinya.
Wallahu a’lam. [Pirman/BersamaDakwah]