Beranda Keluarga Saatnya Mengoreksi Ungkapan, “Apalah Arti Sebuah Nama”

Saatnya Mengoreksi Ungkapan, “Apalah Arti Sebuah Nama”

0
Balita muslim (mybabyzone)

Di tengah-tengah masyarakat, kita sering mendengar ungkapan, “Apalah arti sebuah nama” yang menunjukkan bahwa nama itu tidak terlalu penting bagi seseorang. Padahal, dalam agama Islam, nama itu sangat terkait dengan kepribadian pemilik nama.

Hal ini pernah disampaikan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam menyebutkan beberapa kabilah Arab,

أَسْلَمُ سَالَمَهَا اللهُ، وَغِفَارُ غَفَرَ اللهُ لَهَا، وَعُصَيَّةُ عَصَتِ اللهَ وَرَسُولَهُ

Aslam semoga Allah mendamaikan hidupnya, ghifar semoga Allah mengampuninya dan ushaiyyah telah durhaka terhadap Allah dan rasul-Nya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Demikian juga dengan sabda Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam ketika melihat Sahl bin Amr datang pada hari perjanjian Hudaibiyah, beliau memujinya,

سَهُلَ أَمْرَكُمْ

“Semoga urusan kalian menjadi mudah (Sahl). (HR. Al-Bukhari)

Terkadang Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam mengambil makna dari mimpinya atau pun makna dari sesuatu yang beliau alam ketika terjaga. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bermimpi bahwa beliau dan para shahabat lainnya berada di perkampungan Uqbah bin Rafi.

Lalu mereka menghidangkan kepada beliau ruthab (kurma yang ranum dan segar) yang berasal dari Ruthab kepunyaan ibnu Thab.

Kemudian beliau memberitakan takwil mimpi tersebut bahwa mereka akan mendapat derajat yang tinggi di dunia dan ganjaran yang baik di akhirat kelak. Sedang agama yang telah dipilihkan Allah untuk mereka telah arthab wa thab (ranum dan matang). Hadits ini diriwayatkan oleh Muslim.

Silakan anda perhatikan bagaimana Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menamakan dirinya dengan dua nama yang sesuai dengan makna, berasal dari pecahan kata dasar yang sama, yaitu Muhammad dan Ahmad.

Kata ‘Muhammad’ mengandung sifat yang terpuji, sedangkan ‘Ahmad’ mengandung sifat yang lebih mulia dan lebih utama dibandingkan sifat manusia lainnya. Dengan demikian kaitan antara nama dan orangnya seperti kaitan antara ruh dan jasad.

Contoh lain adalah kun-yah (julukan) Abu Jahal (bapak bodoh) yang diberikan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam kepada Abul Hakam bin Hisyam. Sebuah kun-yah yang sesuai dengan orangnya dan ia adalah makhluk yang paling berhak mendapatkan kun-yah ini.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]

Bersambung ke Saatnya Mengoreksi Ungkapan, “Apalah Arti Sebuah Nama” (Bagian 2)