Lanjutan dari Kita Wajib Mencintai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam (Bagian 2)
Ibnul Qayyim Rahimahullah berkata,
“Setiap bentuk cinta dan penghormatan terhadap makhluk dibolehkan jika diikuti dengan cinta dan pengagungan kepada Allah, seperti mencintai Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mengagungkannya.
Sikap ini merupakan bentuk dari kesempurnaan cinta dan pengagungan kepada Allah Ta’ala. Suatu kewajiban bagi umat Islam untuk mencintai Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam karena Allah Ta’ala mencintainya.
Kita menghormati dan menjunjung beliau karena Allah memuliakan dan mengangkat derajatnya. Cinta seperti ini adalah bentuk cinta kita kepada Allah.”
Maksud dari perkataan di atas adalah bahwa Allah telah mencintai dan memuliakan Nabi-Nya Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Oleh karena itu, tidak ada seorang pun yang dapat menjadikan orang yang dicintainya, dimuliakannya dan dihormatinya dalam hatinya melebihi kemuliaan dan keagungan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang menjadi orang yang paling dicintai para shahabat Radhiyallahu Anhum.
Tatkala Amru bin Ash masuk Islam, dia berkata,
“Sesungguhnya tidak ada orang yang lebih aku benci selain beliau (Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam), dan ketika aku masuk Islam maka tidak ada seorang pun yang lebih aku cintai selain beliau, dan tidak ada pula orang yang lebih terhormat di mataku melebihi beliau.”
Amru bin Ash melanjutkan,
“Jika kalian bertanya bagaimana aku mencintai beliau maka aku tidak akan bisa menggambarkannya, karena aku tidak pernah memandang beliau kecuali dengan penuh penghormatan.”
Urwah bin Mas’ud berkata kepada kaum Quraisy,
“Wahai kaumku, demi Allah sesungguhnya aku telah diutus kepada Kisra (Raja Persia), Kaisar (Raja Romawi) dan raja-raja lainnya, maka aku belum pernah melihat seorang raja dihormati oleh sahabatnya sebagaimana para shahabat Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam menghormati diri beliau.
Demi Allah, mereka tidak memalingkan pandangan dari beliau karena rasa penghormatan terhadap beliau. Ketika beliau mengeluarkan dahak dan dahak tersebut jatuh di tangan salah seorang dari mereka maka dia langsung mengusapkannya ke muka dan dadanya.
Jika beliau berwudhu hampir saja para shahabat berebut untuk mendapatkan air bekas wudhu beliau.”
Hanyalah Allah Yang Maha Mengetahui kebenaran. Semoga shalawat serta salam tercurahkan kepada Nabi kita Muhammad, keluarganya dan para sahabatnya.
Demikian dikutip dari Kitab At-Tauhid, karya Syaikh Shalih Al-Fauzan.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]