Lanjutan dari Aisyah, Wanita Cerdas Pendamping Nabi (Bagian 2)
Aisyah juga sering bertanya kepada Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang makna-makna Al-Qur`an, atau apa yang dimaksud oleh sebagian ayat.
Sehingga, dengan demikian Aisyah menggabungkan kehormatan dapat menerima Al-Qur`an langsung dari Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tepat setelah ia turun kepada beliau.
Pada saat yang sama, Aisyah menerima penjelasan maknanya dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Semua itu ditambah dengan pengetahuan Aisyah tentang bahasa Arab, kefasihan lisannya, dan kemampuannya dalam menjelaskan sesuatu.
Jika kita tengok sisi periwayatannya terhadap hadits Nabi yang mulia, kita akan mendapatinya termasuk di antara tokoh penghafal sunnah dari kalangan shahabat.
Aisyah Radhiyllahu Anha menduduki peringkat kelima dalam hafalan hadits dan periwayatannya, di mana berturut-turut sebelumnya adalah Abu Hurairah, Ibnu Umar, Anas bin Malik, dan Ibnu Abbas.
Sungguh pun demikian, Aisyah memiliki keunggulan atas mereka, yakni bahwa sebagian besar dari hadits yang diriwayatkannya mencakup sunnah-sunnah fi’liyah atau sunnah-sunnah yang dikerjakan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam di masa hidupnya.
Begitu juga hal-hal yang berhubungan dengan kehidupan suami istri dan rumah tangga, serta sisi-sisi khusus dari kehidupan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam yang tidak bisa diketahui kecuali oleh istri-istri beliau sendiri.
Namun demikian, janganlah ada yang mengira bahwa Aisyah mencapai semua itu hanya dengan ilmunya saja. Akan tetapi amalnya justru lebih mendahului ilmunya.
Kita akan kagum saat membaca kisah hidupnya, bagaimana ia bersabar dalam mengajarkan umat Islam.
Bagaimana keteguhannya dalam beribadah kepada Allah Ta’ala, dan berdiri di hadapan-Nya.
Keponakannya, Al-Qasim bin Muhammad bercerita tentangnya,
“Jika pagi tiba, aku selalu mulai berjalan dari rumah Aisyah Radhiyallahu Anha untuk mengucapkan salam kepadanya.
Lalu suatu hari aku ke rumahnya dan ternyata ia tengah berdiri, bertasbih dan membaca firman Allah Ta’ala,
فَمَنَّ اللهُ عَلَيْنَا وَوَقَانَا عَذَابَ السَّمُومِ-إِنَّا كُنَّا مِنْ قَبْلُ نَدْعُوهُ إِنَّهُ هُوَ الْبَرُّ الرَّحِيْمُ
“Maka Allah memberikan karunia kepada kami dan memelihara kami dari azab neraka.
Sesungguhnya kami dahulu menyembah-Nya. Sesungguhnya Dia-lah yang melimpahkan kebaikan lagi Maha Penyayang.” (QS. Ath-Thur: 27-28)
Lalu ia berdoa, menangis dan terus mengulang-ulang ayat itu.
Aku berdiri menunggu hingga merasa bosan, dan kemudian aku pergi ke pasar untuk suatu keperluan.
Dan ketika aku kembali ternyata ia masih tetap dalam keadaan berdiri.”
Subhanallah, Maha Suci Allah, betapa besar kesabarannya dalam beribadah.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Berlanjut ke Aisyah, Wanita Cerdas Pendamping Nabi (Bagian 4)