Lanjutan dari Aisyah, Wanita Cerdas Pendamping Nabi (Bagian 3)
Urwah juga bercerita tentang Aisyah, ia berkata,
“Tidaklah Aisyah Radhiyallahu Anha memegang rezeki yang dianugerahkan Allah kepadanya, melainkan ia pasti menyedekahkannya.
Aisyah pernah bersedekah sebanyak tujuh puluh ribu dirham, sementara ia rela menambal bagian tepi pakaiannya.”
Sungguh, Allah Ta’ala menguji siapa saja hamba-Nya yang dicintai-Nya, dan ujian itu sesuai dengan kadar keimanan seseorang.
Aisyah pernah difitnah dalam peristiwa haditsul ifki (berita bohong), sementara umurnya saat itu baru dua belas tahun.
Ia berkata,
“Aku menangis hingga tidak bisa tidur dan air mata juga tidak berhenti mengalir, sehingga kedua orang tuaku mengira bahwa air mataku itu akan membelah jantungku.”
Ibnu Katsir dalam tafsirnya berkata,
“Allah pun merasa cemburu untuk Aisyah, lalu menurunkan kebebasannya dalam sepuluh ayat yang akan tetap dibaca sepanjang zaman, dan meninggikan nama dan kedudukannya, kesuciannya telah didengar sejak masa mudanya.
Allah Ta’ala bersaksi bahwa Aisyah termasuk wanita yang baik, serta menjanjikannya ampunan dan rezeki yang baik pula.”
Allah meridhai wanita yang suci dan senantiasa menjaga kehormatan dirinya ini, seorang wanita terhormat, Aisyah Ummul Mukminin istri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Aisyah Radhiyallahu Anha wafat pada usia enam puluh enam tahun, setelah meninggalkan jejak yang sangat dalam di dalam kehidupan fikih, hadits, dan sosial.
Ia telah menghafal beberapa ribu hadits dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Aisyah Radhiyallahu Anha tetap menjalani kehidupan normal setelah wafatnya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuk meluruskan pemahaman manusia tentang wanita arab dan muslimah.
Aisyah mampu menggabungkan seluruh sisi keilmuan islam, mulai dari fikih, hadits, dan tafsir, dengan pengetahuannya tentang kedokteran, syair, dan nasab. Sehingga Urwah bin Zubair berkata tentangnya,
“Tidak pernah aku temukan seorang pun yang lebih mengetahui tentang Al-Qur`an, hal-hal yang wajib, halal dan haram, syair, perihal orang-orang arab, atau pun tentang nasab yang melebihi Aisyah.”
Adz-Dzahabi dalam buku Siyar A’lam An-Nubala` mengatakan,
“Aisyah adalah seorang wanita berkulit putih yang cantik, dan karena itu ia dijuluki Al-Humaira`.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tidak pernah menikah dengan seorang gadis selain dirinya, dan tidak pula mencintai wanita lain sebagaimana beliau mencintainya.
Saya tidak mengetahui di dalam umat ini, dan tidak pula di antara seluruh kaum wanita secara keseluruhan, seorang wanita yang lebih berilmu darinya.”
Semoga Allah meridhainya dan menjadikannya ridha.
Sebagai penutup, boleh kiranya kita bertanya,
Di manakah wanita-wanita kaum muslimin yang berkiprah di dalam bidang tersebut pada hari ini?
Bidang ilmu, Al-Qur`an, hadits, dan pemahaman dalam masalah agama?
Apakah mereka masih ada atau tidak? Jika tidak, apakah kita mampu untuk mendidik anak-anak perempuan kita agar bisa meneladani Aisyah?
Disarikan dari tulisan Sayyid Hasan Al-Husaini dalam buku Uzhama’ min Ahlil Bait.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]