Lanjutan dari Ummu Kultsum, Mujahidah Putri Nabi (Bagian 2)
Setelah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam tiba di Madinah, tidak lama kemudian Zaid bin Haritsah datang untuk menemani Ummu Kultsum dan Fathimah beserta keluarga Abu Bakar menuju Darulhijrah (Madinah).
Mereka pun berangkat dengan penuh kerinduan menuju Madinah Al-Munawwarah, dan di sana mereka disambut oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mengajak mereka ke rumahnya yang telah beliau siapkan untuk keluarganya setelah menyelesaikan pembangunan Masjid Nabawi.
Saat perang Badar terjadi, Ruqayyah yang merupakan kakak dari Ummu Kultsum Radhiyallahu Anha dan sekaligus istri dari Utsman bin Affan Radhiyallahu Anhu, wafat.
Setelah masa berkabung atas kepergiannya berakhir, Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam menikahkan Ummu Kultsum dengan Utsman bin Affan pada bulan Rabiul Awwal tahun ketiga hijrah.
Dengan pernikahannya ini, dan pernikahannya yang sebelumnya dengan Ruqayyah, Utsman bin Affan dijuluki Dzunnurain (orang yang memiliki dua cahaya). Ini merupakan sebuah kehormatan dan kemuliaan yang tidak pernah didapatkan oleh shahabat lain.
Ummu Kultsum pun mengarungi bahtera rumah tangganya dengan Utsman dalam keadaan yang sebaik-baiknya. Ia ikut menyaksikan bagaimana bendera Islam terus naik hari demi hari.
Ummu Kultsum juga menyaksikan usaha yang dilakukan oleh suaminya dalam mengabdikan dirinya kepada Islam.
Ia hidup bersama Utsman selama enam tahun, namun ia tidak melahirkan anak untuknya.
Kemudian Ummu Kultsum diserang oleh penyakit yang memaksanya untuk tetap berbaring di tempat tidurnya untuk beberapa lama, hingga akhirnya kematian datang menjemputnya pada bulan Sya’ban tahun kesembilan hijrah.
Ayahnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam merasakan kepedihan atas kepergiannya, dan meminta kepada Ummu Athiyah untuk memandikannya dalam jumlah yang ganjil.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga memberikan kainnya agar digunakan untuk mengkafaninya.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berdiri di atas makamnya dengan berderai air mata, dan hati yang penuh kesedihan, atas kepergian putrinya tersayang Ummu Kultsum.
Al-Bukhari meriwayatkan di dalam kitab Shahih-nya dari Anas bin Malik Radhiyallahu Anhu bahwa ia berkata,
“Kami ikut mengantarkan jenazah putri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam” maksudnya adalah Ummu Kultsum, “Dan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam duduk di atas makamnya dan aku melihat beliau meneteskan air mata.”
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Berlanjut ke Ummu Kultsum, Mujahidah Putri Nabi (Bagian 4)