Banyak hadits yang menjelaskan fitnah-fitnah akhir zaman. Di antaranya adalah fenomena mengaku sebagai ahlul bait namun justru dibenci Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sebagaimana sabda beliau:
ثُمَّ فِتْنَةُ السَّرَّاءِ دَخَنُهَا مِنْ تَحْتِ قَدَمَىْ رَجُلٍ مِنْ أَهْلِ بَيْتِى يَزْعُمُ أَنَّهُ مِنِّى وَلَيْسَ مِنِّى وَإِنَّمَا أَوْلِيَائِىَ الْمُتَّقُونَ
Kemudian setelahnya akan terjadi fitnah sara’ (kesenangan, kelapangan dan kemakmuran), sumber asapnya berasal dari dua telapak kaki seorang laki-laki dari keturunanku (ahlul bait). Ia mengklaim dirinya bagian dariku (pelanjut misi ahlul bait) padahal ia sama sekali bukan bagian dariku karena wali-waliku hanyalah orang-orang yang bertaqwa. (HR. Abu Daud dan Ahmad; shahih)
Para ulama menjelaskan bahwa fitnah ini akan terjadi di akhir zaman sebelum keluarnya Dajjal. Sebelum fitnah sarra’ (kemakmuran) seperti hadits ini, akan didahului dengan fitnah ahlas yaitu saling memutus hubungan dan saling berperang.
Namun hadits ini juga memberikan penjelasan yang sangat penting bahwa tidak semua ahlul bait (keturunan) Rasulullah adalah orang-orang yang dicintai beliau. Parameternya tetap iman dan ketaqwaan. Jika keturunan Rasulullah beriman dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, maka mereka itulah ahlul bait yang sebenarnya.
Sedangkan orang-orang yang mengklaim sebagai ahlul bait namun justru tidak bertaqwa, maka mereka terputus dari hubungan dekat kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sama halnya dengan putra Nabi Nuh. Meskipun secara biologis ia adalah anak, namun secara ideologis bukan. Karena tidak beriman.
Allah mengabadikan peristiwa dalam firman-Nya:
وَنَادَى نُوحٌ رَبَّهُ فَقَالَ رَبِّ إِنَّ ابْنِي مِنْ أَهْلِي وَإِنَّ وَعْدَكَ الْحَقُّ وَأَنْتَ أَحْكَمُ الْحَاكِمِينَ . قَالَ يَا نُوحُ إِنَّهُ لَيْسَ مِنْ أَهْلِكَ إِنَّهُ عَمَلٌ غَيْرُ صَالِحٍ فَلَا تَسْأَلْنِ مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ إِنِّي أَعِظُكَ أَنْ تَكُونَ مِنَ الْجَاهِلِينَ
Nuh memohon kepada Tuhannya sambil berkata, “Ya Tuhanku, sesungguhnya anakku adalah termasuk keluargaku, dan janji-Mu itu pasti benar. Engkau adalah hakim yang paling adil.” Dia (Allah) berfirman, “Wahai Nuh! Sesungguhnya dia bukanlah termasuk keluargamu, karena perbuatannya sungguh tidak baik, sebab itu jangan engkau memohon kepada-Ku sesuatu yang tidak engkau ketahui (hakekat)nya. Aku menasihatimu agar (engkau) tidak termasuk orang yang bodoh.” (QS. Hud: 45-46)
Belakangan ini, kita megetahui gencarnya propaganda syiah. Mereka mengklaim sebagai ahlul bait dan membuat sebagian orang mengikuti mereka karena alasan itu. namun setelah mengetahui bahwa mereka mencaci ummul mukminin Aisyah radhiyallahu ‘anha, Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu, Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, Ustman bin Affan radhiyallau ‘anhu bahkan mencaci hingga mengkafirkan mayoritas sahabat, kita jadi memahami bahwa mereka bukanlah ahlul bait yang sebenarnya sebagaimana hadits ini. Terlebih ketika banyak penyimpangan lain dalam hal syariat mulai dari mut’ah hingga khumus dan aqidah. [Muchlisin BK/Bersamadakwah]