Beranda Keluarga Lagu Anak Ini Dianggap Stres, Sebut Bapak Lelaki Kardus Karena Poligami

Lagu Anak Ini Dianggap Stres, Sebut Bapak Lelaki Kardus Karena Poligami

Laman media sosial digegerkan dengan kemunculan sebuah video klip dangdut yang menimbulkan keresahan. Pasalnya, lagu tersebut liriknya mengajarkan keluh kesah terhadap nasib. Lebih lacur lagi, lagu tersebut dinyanyikan oleh anak kecil yang kemudian diikuti backsound beberapa anak kecil pula dengan kalimat yang tak etis.

Dalam video tersebut tampak sang penyanyi, yang kala itu berumur 9 tahun, kini 15 tahun, menampakkan mimik lesu seakan meratapi nasib. Lalu ia bersandar kepada ibunya–yang berjilbab– yang sedang menggendong anak balita juga. Mereka duduk di kursi. Tak lama direff-nya, muncul empat anak kecil sedang menunjuk-nunjuk ke depan kamera sambil ‘menghujat’ laki-laki yang melakukan praktik poligami.

“Sepertinya penyanyinya bukan anak-anak (dengan sudut pandang lirik lagu dari kacamata anak) tapi video musiknya pakai visual anak-anak. Lihat saja masak anak umur segitu suaranya udah pecah. Dan kelihatan lipsync. Tapi tetap, parah banget,” kata Farry Aprianto yang menyaksikan lagu tersebut.

Lagu tersebut dibuat oleh kelompok As Surur Group. BersamaDakwat.net mencoba menghubungi nomor kontak yang tertera.  Diangkat seorang laki-laki bernama Ahmad Mawadi. Ketika ditanya tentang lagu tersebut, ia mengelak lalu memanggil seorang perempuan yang tak lain adalah istrinya.

“Iya itu suami saya yang menciptakan,” kata perempuan tersebut, Nurul namanya, Kamis (30/6).

Lagu tersebut, katanya, dilatarbelakangi oleh pengalaman pribadi dirinya. “Itu (terilhami) dari kisah cinta saya, maaf saya tidak bisa komen,” Nurul menutup telepon.

Berikut lirik lagu tersebut;

Bapakku kawin lagi, aku ditinggalin 

Aku sakit hati, Ibuku diduain

Ibuku minta cerai, tapi dipukulin

Bapaku pengkhianat, Ibuku dibohongin

Lelaki kardus, lelaki karpet, lelaki kencrot, lelaki bangkrut, lelaki mencret, lelaki bangsat.

Video tersebut mengundang komentar dari sutradara film Iman Brotoseno, “Ini lagu anak-anak bikin stres. Beban hidupnya berat sekali. Kemana lagu ceria jalan jalan naik kereta api, bercerita tentang alam atau setidaknya ngobok-obok ikan,” katanya melalui laman pribadi.

Syaikh Musthafa Dieb Al Bugha dan Syaikh Muhyidin Mistu dalam Al Wafi menjelaskan makna ini, “Banyak anak yang durhaka pada orangtuanya, mereka memperlakukan orangtuanya seperti perlakuan tuan terhadap budaknya.” [Paramuda/BersamaDakwah]