Pada tahun paceklik yang dahsyat, ketika orang-orang mengalami kemarau yang sangat buruk, Amirul Mukminin Umar bin Khaththab Radhiyallahu Anhu keluar bersama kaum muslimin menuju sebuah tanah lapang untuk melakukan shalat istisqa’, dan memohon kepada Allah yang Maha Pengasih untuk menurunkan hujan kepada mereka.
Umar berdiri sambil memegang tangan kanan Abbas bin Abdul Muththalib Radhiyallahu Anhu, lalu ia mengangkatnya ke arah langit dan berseru,
“Wahai Allah, dulu kami bertawasul kepada-Mu dengan Nabi-Mu dan engkau pun menurunkan hujan kepada kami, maka saat ini sungguh kami bertawasul kepada-Mu dengan paman Nabi-Mu, maka turunkanlah hujan kepada kami.”
Perbuatan ini disebut para ulama sebagai tawasul dengan doa seorang yang shalih, yakni meminta seorang lelaki shalih yang masih hidup untuk berdoa untuk Anda.
Benar saja, belum sempat kaum muslimin meninggalkan tempat mereka shalat, hujan pun turun, menghembuskan kabar gembira, menyirami tumbuh-tumbuhan, dan kembali menghijaukan bumi.
Kaum muslimin pun segera mendatangi Abbas untuk memeluk dan menyalaminya seraya berkata, “Selamat untukmu wahai penyiram dua tanah haram.”
Siapakah penyiram dua tanah haram ini? Dia adalah Abu Al-Fadhl Abbas bin Abdul Muththalib, paman dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Ia termasuk tokoh Quraisy pada masa jahiliyah dan Islam. Ia juga merupakan salah seorang yang bertubuh tinggi, berwajah tampan, rupawan, jelas suaranya, dengan sikap yang santun dan kedudukan yang terhormat.
Abbas sedikit lebih tua dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Ia dilahirkan tiga tahun sebelum tahun gajah. Suatu kali pernah ditanyakan kepadanya,
“Engkau yang lebih besar ataukah Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam?”
Ia menjawab, “Beliau lebih besar, namun aku dilahirkan sebelum dirinya.”
Ada hubungan kekerabatan dan persahabatan di antara mereka berdua, ditambah lagi dengan akhlak dan budi bahasa Abbas yang disukai oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam.
Abbas adalah orang yang suka menyambung tali silaturahim dan menjaga hubungan keluarga, tidak pelit terhadap mereka baik dalam memberikan tenaga maupun harta. Ia adalah orang yang sangat cerdas dan memiliki kedudukan yang tinggi di tengah-tengah Quraisy.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Berlanjut ke Abbas, Paman Kesayangan Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam (Bagian 2)