Lima tahun lalu, seorang teman mengatakan “Bagaimana pun caranya, saya harus bisa menghasilkan Rp 1 Milyar pada usia 40 tahun.”
Saya yang waktu itu masih menjadi PNS, berpikir dengan logika gaji. Tidak mungkin saya bisa menghasilkan Rp 1 milyar pada usia 40 tahun. Saya juga meragukan apakah ia bisa karena saat itu berprofesi sebagai guru.
Waktu berlalu. Kami sama-sama merintis bisnis. Ia menjadi guru sekaligus menjalankan bisnis, saya juga menjadi PNS sekaligus menjalankan bisnis. Pada akhirnya, kami sama-sama resign.
Saat Allah memudahkan bisnis terus naik, pola pikir saya mulai berubah. Bukan tidak mungkin mendapatkan Rp 1 Milyar di usia 40 tahun. Dan alhamdulillah, ternyata Allah mentakdirkan itu tercapai di usia 33 tahun.
Hari ini, saya mendapati salah seorang teman memiliki target besar. “Berzakat 100 juta, 1 Ramadhan 1439 H. Insya Allah pasti bisa,” demikian foto tulisan tangan di wall Facebook-nya.
Segera, saya membubuhkan komentar “Allahumma aamiin” pada status itu. Saya tidak ingin ragu dengan kekuasaan Allah. Dengan bisnis properti yang dijalaninya saat ini, insya Allah akan diberi-Nya jalan yang memudahkan. Dan yang menggembirakan, Allah telah berfirman dalam hadits qudsi:
أَنَا عِنْدَ ظَنِّ عَبْدِى بِى
“Aku sesuai dengan persangkaan hamba pada-Ku” (Muttafaqun ‘alaih)
Dalam kaitannya dengan doa, hadits qudsi ini mengajarkan kepada kita untuk berbaik sangka kepada Allah. Dan ketika kita yakin doa kita dikabulkan, insya Allah, Allah akan mengabulkan doa kita itu. Sebaliknya, jika kita sendiri ragu dengan doa kita, pantas saja Allah pun tidak mengabulkannya.
Selain husnudhan kepada Allah, kita juga perlu menjaga husnudhan kepada sesama muslim. Termasuk ketika ada teman yang menuliskan target seperti ini. Jangan sampai baper negatif, mengira seseorang pamer atau sombong.
Pertama, status yang berisi target atau kabar gembira itu pada dasarnya adalah afirmasi positif untuk dirinya sendiri. Bahwa ia sedang membangun mindset lebih kokoh sembari mengundang doa. Semakin banyak yang mendukung, afirmasinya semakin kuat. Semakin banyak yang mendoakan, maka peluang terkabulnya semakin dekat.
Dan hebatnya lagi, saat kita mendoakan saudara kita, malaikat akan mendoakan untuk kita: wa laka bimitslin. Dan semoga untukmu juga seperti itu. Terutama saat kita mendoakan tanpa sepengetahuannya. Sehingga selain dibubuhkan di komentar, panjatkan doa pula tanpa diketahuinya. Saat kita mendoakan teman kita bisa berzakat 100 juta, malaikat juga mendoakan kita bisa berzakat 100 juta.
Kedua, tulisan positif seseorang bisa jadi adalah motivasi untuknya dan untuk orang lain. Misalnya saat seseorang menuliskan keutamaan sedekah. Jangan dikira ia sedang riya’ namun bisa jadi ia sedang memotivasi dirinya sendiri. Maka ambillah sisi positif ini. Kita pun turut termotivasi.
Ketiga, pikiran positif itu menular. Sebagaimana pikiran negatif juga menular. Saat kita melihat hal positif di time line kita, itu jauh lebih baik daripada status negatif yang berisi keluh kesah, kemarahan atau caci maki. Saya biasa meng-hide status-status negatif dari time line saya. Sebab saya menyadari, sedikit banyak hal itu bisa terserap melalui conscious processing yang saya alami. Saya ingin mendapatkan banyak hal yang positif dan sebisa mungkin menghindari input negatif. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]