Beranda Keluarga Anak Durhaka kepada Orang Tua? Ini Penyebabnya (Bagian 2)

Anak Durhaka kepada Orang Tua? Ini Penyebabnya (Bagian 2)

0
Seorang anak menangis (hngn)

Lanjutan dari Anak Durhaka kepada Orang Tua? Ini Penyebabnya

6. Berlebih-lebihan dalam memanjakan anak-anak, dan menyediakan segala fasilitas yang mewah dalam mendidik anak-anak

Hal ini bisa menjadi salah satu sebab anak durhaka kepada kedua orang tua. Orang yang bijaksana tentu tidak akan mendidik anaknya seperti itu, akan tetapi akan mendidik dengan tegas, diiringi kelembutan dan kasih sayang sesuai dengan batasnya.

Orang tua seperti itu akan memanjakan anaknya dan bersikap tegas sesuai pada tempatnya. Sehingga, tidak harus selalu memanjakan mereka dan bersikap tegas setiap waktu.

7. Terkadang, sebagaian anak yang tumbuh dalam lingkungan islami, selalu menghafal Al-Qur`an dan hadir dalam majelis-majelis ilmu, namun ia juga berbuat durhaka kepada orang tua

Apabila hal ini terjadi, berarti ada kesalahan dalam mendidik, seperti perselisihan keluarga, kekerasan dalam pendidkan, atau orang tua tidak berbuat adil kepada anak-anaknya.

Semua hal itu mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap perkembangan akhlak anak ketika dewasa kelak. Bahkan mungkin anak akan durhaka kepada orang tuanya.

Oleh sebab itu, orang tua harus berhati-hati dalam masalah tersebut, dan jangan merasa tenang, karena bisa jadi hal itu menyenyebabkan timbulnya perilaku atau sikap durhaka dari anak-anak.

8. Salah dalam memahami keutamaan dan hak seorang ibu

Seorang ibu yang bijaksana janganlah memanfaatkan keutamaan itu, dengan memberikan perintah yang menyulitkan seorang anak, dalam hal-hal yang tidak sesuai dengan pikiran yang jernih.

Contohnya, menceraikan istrinya tanpa sebab yang jelas, atau melarang bepergian karena hal-hal yang mubah atau sunnah seperti pergi umrah.

Jika seorang guru dan dai dituntut untuk bijaksana, berdiskusi dan berbicara yang baik, maka seorang ibu, hendaknya juga harus mempunyai sifat tersebut dalam memenuhi kebutuhan anaknya.

Sebab, ibu adalah guru dan pendidik pertama bagi anaknya, di mana ia mengajar sesuai dengan jiwa dan keadaan anaknya.

Oleh karena itu, janganlah ibu menyusahkan anaknya dengan perintah-perintah yang tidak sanggup dilaksanakan. Janganlah ia berbicara dengan nada atau gaya yang menyakiti hati anaknya, sehingga tidak menimbulkan perilaku durhaka dari anaknya.

9. Sebagian anak menganggap harta warisan melebihi hak berbakti kepada ibunya, terutama sepeninggal bapaknya.

Kami ingin mengatakan kepada anak-anak itu, “Bertakwalah kalian kepada Allah terhadap ibu-ibu kalian, janganlah sekali-kali menyakitinya dalam masalah harta, karena ia tidak akan kekal, barangkali hari ini harta itu milik kalian, namun kelak akan dimiliki oleh ahli waris kalian.

Janganlah kalian menyakiti ibu kalian, hatinya sedih karena ditinggal suami, lalu kalian menambah kesedihannya dengan memperebutkan dan mengusai harta yang dulunya milik bapak kalian, padahal kelak harta itu akan dimiliki oleh ahli waris kalian.

Ingatlah firman Allah Ta’ala,

إِمَّا يَبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ أَحَدُهُمَا أَوْ كِلَاهُمَا فَلَا تَقُلْ لَهُمَا أُفٍّ وَلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا. وَاخْفِضْ لَهُمَا جَنَاحَ الذُّلِّ مِنَ الرَّحْمَةِ وَقُلْ رَبِّ ارْحَمْهُمَا كَمَا رَبَّيَانِي صَغِيْرًا

“Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik. Dan rendahkanlah dirimu terhadap keduanya dengan penuh kasih sayang.” (QS. Al-Israa`: 23-24)

Hal itu termasuk perilaku kejam, yang menyebabkan seorang ibu akan berdoa dan mengadukannya kepada Allah Ta’ala, yang akibatnya bisa menghancurkan kehidupan dunia dan akhirat anak-anak kelak.

10. Kadang kala, hak-hak psikologis seorang anak yang tidak terpenuhi dapat menimbulkan perilaku durhaka pada dirinya

Faktor utama adalah jika kedua orang tua selalu bertengkar, atau terlalu sibuk sehingga jarang sekali bertemu dengan anak-anak.

Bapak sibuk bekerja mencari penghidupan duniawi, dan ibu sibuk dengan kegiatan berkunjung ke teman, belanja ke pasar dan mengikuti perkembangan mode terkini.

Akhirnya, anak dididik dan asuh oleh pembantu. Jika demikian halnya, tentu anak tidak akan menghormati kedua orang tuanya kelak, tidak akan dididik dengan akhlak yang baik, dan tidak mengetahui hak-hak kedua orang tuanya.

Kami ingin sampaikan kepada anak-anak, agar mereka termotivasi dalam berbakti kepada kedua orang tua, khususnya bagi yang telah melalaikan hak mereka, dan ingin memperbaiki hubungannya dengan kedua orang tua mereka.

Kami katakan demikian, karena keadaan manusia di zaman sekarang terlihat jelas oleh semua orang, entah itu baik atau pun buruk.

Sebagian perilaku kaum muslimin zaman ini sangat tidak baik, di mana sebagian orang memperlakukan kedua orang tua yang telah melahirkan dan mendidik mereka, dengan perlakuan hina, ejekan dan merendahkan mereka.

Ada seseorang yang menghormati istrinya dan merendahkan ibunya. Ada yang duduk berdekatan dengan temannya, namun duduk berjauhan jika bersama bapaknya.

Apabila duduk berdekatan dengan kedua orang tua, ia merasa seolah-olah duduk di atas bara api, sehingga ia tidak bisa bertahan lama, satu menit terasa satu jam bahkan lebih.

Semoga kita menjadi orang tua yang baik bagi anak-anak kita, dan menjadi anak-anak yang berbakti kepada orang tua kita. Amin.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]