Istiqomah memang berat. Namun, kita harus berusaha meraihnya. Sebab hadiahnya adalah ridha Allah dan surga-Nya. Hadits Arbain Nawawi 21 menjadi panduan singkatnya.
Arbain Nawawi (الأربعين النووية) adalah kitab Imam An Nawawi rahimahullah yang menyusun kumpulan hadits pilihan. Jumlahnya hanya 42 hadits, tetapi di dalamnya terkandung pokok-pokok ajaran Islam.
Daftar Isi
Arbain Nawawi ke-21 dan Artinya
عَنْ أَبِيْ عَمْرَةَ سُفْيَانَ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ الثَّقَفِىِّ رَضِيَ اللّٰهُ عَنْهُ قَالَ قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ قُلْ لِى فِى الإِسْلاَمِ قَوْلاً لاَ أَسْأَلُ عَنْهُ أَحَدًا غَيْرَكَ قَالَ قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
Dari Abu Amrah, Sufyan bin Abdullah Ats-Tsaqafi radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, aku bertanya, “Wahai Rasulullah, katakan kepadaku perkataan tentang Islam yang aku tidak akan bertanya kepada selain engkau.” Rasulullah bersabda, “Katakanlah ‘aku beriman kepada Allah’ kemudian istiqomah-lah.” (HR. Muslim)
Penjelasan Hadits
Imam Muslim meriwayatkan hadits ini dari Abu Amrah radhiyallahu ‘anhu. Shahabat yang nama aslinya adalah Sufyan bin Abdullah ini berasal dari kabilah Tsaqif, suku terkenal di Thaif, sehingga di belakangnya tersemat Ats-Tsaqafi.
Sufyan bin Abdullah meriwayatkan lima hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam. Pada masa pemerintahan Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhu, Sufyan mendapatkan amanah sebagai amil untuk wilayah Thaif.
Selain Imam Muslim dalam Shahih, Imam Ahmad juga meriwayatkan hadits ini dalam Musnad-nya, Ibnu Hibban dalam Shahih-nya, dan An-Nasa’i dalam Sunan Al-Kubra.
Kata qaulan (قولا) secara bahasa berarti ucapan. Maknanya dalam hadits ini adalah ucapan yang mencakup nilai-nilai agama. Jadi, Sufyan minta nasihat kepada Rasulullah yang tidak akan ia dapatkan dari orang lain.
Fil Islam (في الإسلام) artinya dalam aqidah dan syariat Islam. Hadits ini menggambarkan semangat para sahabat Nabi dalam mencari ilmu, meraih kebaikan, dan menyempurnakan agama mereka. Sebagaimana hadits-hadits lain ketika sahabat minta nasihat atau bertanya amalan yang paling utama.
Qul amantu billah (قل امنت بالله) artinya katakanlah, “aku beriman kepada Allah.” Musthafa Dieb Al-Bugha dan Muhyidin Mistu dalam Al-Wafi menjelaskan bahwa maksudnya adalah perbarui iman dalam hati dan dengan lisanmu.
Muhammad bin Abdullah Al-Jardani Al-Dimyati dalam Al-Jauhar Al-Lu’luiyah fi Syafah Al-Arbain An-Nawawiyah menjelaskan ada tiga makna kalimat ini. Pertama, perbarui imanmu dalam keadaan kamu berdzikir dengan lisanmu dan mengingat dengan hatimu. Kedua, hendaklah selalu menjaga imanmu kepada Allah. Ketiga, tambahkan imanmu kepada Allah dengan mentafakkuri ciptaan-Nya.
Tsummas taqim (ثم استقم) artinya kemudian beritiqamahlah. Yakni menetapi iman dan tidak menoleh kepada sesembahan selain Allah.
Kandungan Hadits dan Pelajaran Penting
Hadits ini termasuk jawami’ul kalim. Perkataan yang singkat tetapi makna dan kandungannya sangat banya. Ia merupakan kunci kebahagiaan hidup di dunia dan kunci surga. Berikut ini beberapa poin utama yang bisa kita ambil dari hadits ke-21 Arbain Nawawi ini:
1. Arti Istiqomah
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
قُلْ آمَنْتُ بِاللَّهِ ثُمَّ اسْتَقِمْ
“Katakanlah ‘aku beriman kepada Allah’ kemudian istiqomah-lah.”
Dalam hadits yang lain, redaksinya adalah:
قُلْ رَبِّىَ اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقِمْ
“Katakanlah ‘Tuhanku adalah Allah’ kemudian istiqomah-lah.” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
Istiqomah artinya adalah menetapi iman, berpegang teguh kepadanya. Abu Bakar radhiyallahu ‘anhu mengatakan, istiqomah adalah tetap teguh bahwa Allah adalah Rabb dan tidak menyekutukan-Nya.
Ibnu Katsir menjelaskan bahwa istiqomah adalah mengucapkan “Tuhan kami adalah Allah” kemudian berpegang teguh kepadanya hingga mati. Sedangkan Buya Hamka dalam Tafsir Al Azhar menjelaskan, “Istiqomah adalah tegak lurus, yaitu teguh pendirian, tidak menyeleweng ke kiri dan ke kanan. Juga tidak pernah mundur.”
Ibnu Rajab menjelaskan arti istiqomah adalah menempuh jalan yang lurus, agama yang benar, tanpa berpaling ke kanan atau ke kiri. Mencakup semua ketaatan, baik yang zhahir maupun yang batin. Juga mencakup semua larangan.
Jika pengertian istiqomah adalah menetapi iman, ini saja sudah cukup menjadikan hadits ini sebagai qaulan yang mencakup semua nilai agama. Sebab iman itu secara mendasar memiliki enam rukun. Sebagaimana sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam Hadits Arbain Nawawi ke-2:
أَنْ تُؤْمِنَ بِاللَّهِ وَمَلاَئِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ خَيْرِهِ وَشَرِّهِ
(Iman adalah) engkau beriman kepada Allah; malaikat-Nya; kitab-kitab-Nya; para Rasul-Nya; Hari Akhir, dan beriman kepada takdir Allah yang baik dan yang buruk. (HR. Muslim)
Meskipun pada hadits ini Rasulullah memulai dengan qul (katakanlah), iman itu bukan sekadar ucapan. Namun, ia keyakinan dalam hati, ucapan dengan lisan, dan amalan dengan perbuatan. Karenanya ketika ada orang Arab Badui mengatakan telah beriman, Allah meluruskan pernyataan mereka seraya menjelaskan iman yang sesungguhnya.
قَالَتِ الْأَعْرَابُ آَمَنَّا قُلْ لَمْ تُؤْمِنُوا وَلَكِنْ قُولُوا أَسْلَمْنَا وَلَمَّا يَدْخُلِ الْإِيمَانُ فِي قُلُوبِكُمْ وَإِنْ تُطِيعُوا اللَّهَ وَرَسُولَهُ لَا يَلِتْكُمْ مِنْ أَعْمَالِكُمْ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ رَحِيمٌ . إِنَّمَا الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ آَمَنُوا بِاللَّهِ وَرَسُولِهِ ثُمَّ لَمْ يَرْتَابُوا وَجَاهَدُوا بِأَمْوَالِهِمْ وَأَنْفُسِهِمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الصَّادِقُونَ
Orang-orang Arab Badui itu berkata: “Kami telah beriman”. Katakanlah: “Kamu belum beriman, tapi katakanlah ‘kami telah tunduk’, karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu; dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikitpun pahala amalanmu; sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. Sesungguhnya orang-orang yang beriman itu hanyalah orang-orang yang percaya (beriman) kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjuang (berjihad) dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar. (QS. Al-Hujurat: 14-15)
Baca juga: Hadits Arbain Nawawi ke-12
2. Istiqomah Itu Berat
Istiqomah itu berat. Suatu hari, sebagian sahabat melihat rambut Rasulullah beruban. Mereka pun bertanya, “Ya Rasulullah, mengapa rambutmu (tiba-tiba) beruban?” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab:
شَيَّبَتْنِي هُودٌ وَأَخَوَاتُهَا
Rambutku beruban karena surat Hud dan kawan-kawannya. (HR. Abu Ya’la)
Surat Hud membuat Rasulullah beruban. Terutama ayat 112 yang memerintahkan istiqomah.
فَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَمَنْ تَابَ مَعَكَ وَلَا تَطْغَوْا إِنَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ
Maka istiqamahlah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan (juga) orang yang telah taubat beserta kamu dan janganlah kamu melampaui batas. Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS. Hud: 112)
Saat menjelaskan ayat ini dalam Tafsir Fi Zhilalil Quran, Sayyid Qutb menyebutkan tentang rambut Rasulullah tiba-tiba beruban. Karena begitu beratnya istiqomah.
Istiqomah itu berat sehingga tidak ada orang yang bisa mencapai istiqomah secara sempurna kecuali Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Sebagaimana sabda beliau:
اسْتَقِيمُوا وَلَنْ تُحْصُوا
Istiqomahlah kalian dan kalian tidak akan mampu… (HR. Ibnu Majah, Ad-Darimi, dan Malik)
Meskipun berat dan meskipun kita tidak akan bisa istiqomah secara sempurna, kita harus berusaha menggapainya. Sebab balasannya adalah surga.
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ . أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ خَالِدِينَ فِيهَا جَزَاءً بِمَا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah”, kemudian mereka tetap istiqamah maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tiada (pula) berduka cita. Mereka itulah penghuni-penghuni surga, mereka kekal di dalamnya; sebagai balasan atas apa yang telah mereka kerjakan. (QS. Al Ahqaf: 13-14)
Baca juga: Hadits Arbain Nawawi ke-15
3. Keutamaan Istiqomah
Istiqomah memang berat tetapi pahala dan keutamaannya luar biasa. Orang yang istiqomah, ia akan mendapatkan surga sebagaimana Surat Al-Ahqaf ayat 14 di atas. Selain itu, ia juga mendapatkan banyak keutamaan di dunia. Antara lain berupa keberanian (asy-syaja’ah), kedamaian (al-ithmi’nan), dan optimistis (at-tafa’ul).
إِنَّ الَّذِينَ قَالُوا رَبُّنَا اللَّهُ ثُمَّ اسْتَقَامُوا تَتَنَزَّلُ عَلَيْهِمُ الْمَلَائِكَةُ أَلَّا تَخَافُوا وَلَا تَحْزَنُوا وَأَبْشِرُوا بِالْجَنَّةِ الَّتِي كُنْتُمْ تُوعَدُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang mengatakan: “Tuhan kami ialah Allah” kemudian mereka meneguhkan pendirian mereka, maka malaikat akan turun kepada mereka dengan mengatakan: “Janganlah kamu takut dan janganlah merasa sedih; dan gembirakanlah mereka dengan jannah yang telah dijanjikan Allah kepadamu.” (QS. Fushilat: 30)
Ibnu Katsir dan banyak mufassir lainnya menjelaskan bahwa turunnya malaikat dengan menyampaikan pesan meneguhkan itu terjadi saat sakaratul maut. Namun, ada juga yang menafsirkan bahwa keberanian, ketenangan, dan optimistis itu akan diperoleh orang-orang yang istiqomah sejak di dunia. Di antara mufassir yang berpendapat demikian adalah Buya Hamka.
Maka kita lihat Bilal bin Rabah yang tadinya penakut berubah menjadi pemberani. Kita lihat Mush’ab bin Umair yang penuh ketenangan. Kita melihat para shahabat Nabi yang optimis memandang masa depan.
Ketiganya kita butuhkan dalam kehidupan. Terlebih saat ini banyak orang yang takut mengatakan kebenaran dan membelanya. Takut menghadapi risiko dakwah. Bahkan takut mengambil tanggung jawab. Orang yang beriman dan istiqomah, Allah berikan kepadanya keberanian karena ia hanya takut kepada Allah. Ia menjadi orang yang berani karena benar. Meskipun risikonya adalah penjara sebagaimana Imam Ahmad saat mempertahankan keyakinan bahwa Al-Qur’an adalah kalamullah bukan makhluk.
Ketenangan juga kita butuhkan terlebih ketika saat ini kesehatan mental menjadi isu global. Semakin banyak orang yang stres dan depresi. Angka bunuh diri juga semakin tinggi. Orang yang beriman dan istiqomah, Allah berikan ketenangan dengan mengingat-Nya. Ia damai dan bahagia karena yakin bahwa Allah bersamanya dan tidak akan pernah meninggalkannya. Kepada Allah mereka bergantung, kepada Allah mereka bermunajat, kepada Allah mereka curhat.
Optimistis juga kita perlukan sebab kehilangan yang paling berbahaya adalah kehilangan harapan. Orang yang beriman dan istiqomah, Allah tanamkan optimistis ke dalam hatinya. Sebab ia yakin, bahwa ujung dari perjuangan umat Islam adalah kemenangan. Ia yakin bahwa ujung nasib orang beriman adalah surga. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]
< Hadits sebelumnya | Hadits berikutnya > |
Arbain Nawawi 20 | Arbain Nawawi 22 |