Di dalam Al-Qur’an, ada tiga ayat yang menyeru takwa dan menyebut hari kiamat. Menggandengkan takwa dan hari kiamat tentu ada maksud tersendiri baik tersurat maupun tersirat.
Tiga ayat tersebut adalah Surat Al-Hajj ayat 1, Surat Luqman ayat 33, dan Surat Al-Hasyr ayat 18. Dua ayat pertama menyeru manusia untuk bertakwa dan menyebutkan tentang hari kiamat. Sedangkan ayat ketiga menyeru orang beriman untuk bertakwa dan menyebutkan pula tentang hari kiamat secara tersirat yang kita baru memahaminya setelah mempelajari tafsirnya.
Ayat Menyeru Takwa dan Menyebut Keguncangan Hari Kiamat
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ إِنَّ زَلْزَلَةَ السَّاعَةِ شَيْءٌ عَظِيمٌ
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu; sesungguhnya kegoncangan hari kiamat itu adalah suatu kejadian yang sangat besar (dahsyat). (QS. Al-Hajj: 1)
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir mengatakan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya agar bertakwa kepada-Nya seraya memberitahukan kepada mereka peristiwa yang akan mereka hadapi pada hari kiamat. Yaitu kengerian dan kegoncangannya yang amat dahsyat.”
Ayat ini menggunakan istilah zalzalah dan sa’ah yang merupakan nama lain hari kiamat. Istilah zalzalah juga menjadi nama salah satu surat yakni Surat Al Zalzalah.
Ayat kedua dari Surat Al-Hajj menjelaskan betapa ngerinya kegoncangan hari kiamat tersebut hingga membuat seluruh wanita yang menyusui anaknya melalaikan anaknya dan seluruh wanita hamil mengalami keguguran.
Syekh Wahbah Az-Zuhaili menjelaskan dalam Tafsir Al-Munir bahwa ayat ini menyeru manusia untuk bertakwa kepada Allah dan menggambarkan kengerian hari kiamat agar manusia memahami bahwa keselamatan dari kengerian hari kiamat adalah dengan takwa.
Baca juga: Ayat Seribu Dinar
Ayat Menyeru Takwa dan Menyebut Situasi Hari Kiamat
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لَا يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلَا مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللَّهِ حَقٌّ فَلَا تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلَا يَغُرَّنَّكُمْ بِاللَّهِ الْغَرُورُ
Hai manusia, bertakwalah kepada Tuhanmu dan takutilah suatu hari yang (pada hari itu) seorang bapak tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong bapaknya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayakan kamu, dan jangan (pula) penipu (syaitan) memperdayakan kamu dalam (mentaati) Allah. (QS. Luqman: 33)
Ayat ini juga menyeru manusia bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala seraya menyebutkan situasi hari kiamat. Bahwa pada saat itu seorang bapak tidak bisa menolong anaknya dan anak tidak bisa menolong bapaknya.
Ketika menafsirkan ayat ini, Ibnu Katsir menjelaskan: “Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingatkan terhadap hari berbangkit dan memerintahkan mereka untuk bertakwa kepada-Nya…”
Ibnu Katsir juga menjelaskan betapa ngerinya hari kiamat dalam ayat ini. “Yakni seandainya seorang bapak hendak menebus anaknya dengan dirinya, pastilah permintaan itu ditolak. Demikian pula sebaliknya, anak juga tidak bisa menebus bapaknya.”
Karenanya Allah kemudian mengingatkan, jangan sekali-kali dunia membuat engkau terlena hingga melupakan akhirat. Jangan biarkan pula setan memperdaya engkau.
Sayyid Quthb menjelaskan bahwa ayat yang menyeru takwa dan mengingatkan kedahsyatan akhirat ini sangat tepat.
“Maka, ajakan di sini untuk bertakwa kepada Allah muncul pada tempatnya yang pas dan momentum yang sangat tepat untuk mendapatkan respon dan penerimaan. Dan, perkara akhirat yang ayat ini paparkan dalam nuansa goncangan dan kengeriannya membuat hati mendengar dan memperhatikannya,” tulis Sayyiq Quthb dalam Tafsir Fi Zhilalil Qur’an.
Baca juga: Surat Yusuf Ayat 4
Ayat Menyeru Mukmin Bertakwa dan Mengingatkan Hari Kiamat
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. Al-Hasyr: 18)
Jika dua ayat sebelumnya menggunakan khitab manusia (an-nas) secara umum, Surat Al-Hasyr ayat 18 ini menggunakan khitab orang-orang beriman (alladziina aamaanuu). Jika dua ayat sebelumnya menyebut hari kiamat secara tersurat, ayat ini menyebut hari kiamat secara tersirat.
Ibnu Katsir dan para mufassirin lainnya menjelaskan bahwa makna ghadd (hari esok) dalam ayat ini adalah akhirat. Hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk akhirat.
Maka, ayat ini sesungguhnya memerintahkan kita untuk bertakwa dan banyak bermuhasabah. Setiap ada kesempatan, setiap periode waktu tertentu, sempatkan untuk muhasabah. Apa yang telah kita lakukan untuk akhirat kita.
Ketika menjelaskan Surat Al Hasyr ayat 18, Ibnu Katsir mengingatkan sebagaimana Khalifah Umar bin Khattab mengingatkan:
حَاسِبُوا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوا
Hisablah diri kalian sendiri sebelum dihisab (di akhirat kelak).
Semoga tiga ayat Al-Qur’an yang menyeru takwa dan menyebut hari kiamat ini menjadi pengingat kita untuk memperbaiki diri dan meningkatkan takwa kepada Allah. Serta memotivasi kita untuk meningkatkan ibadah dan memperbanyak muhasabah. Wallahu a’lam bish shawab. [Muchlisin BK/BersamaDakwah]