Beranda Suplemen Renungan Beginilah Cara Ketahui Bekas Maksiat pada Diri Sendiri atau Orang Lain

Beginilah Cara Ketahui Bekas Maksiat pada Diri Sendiri atau Orang Lain

0
ilustrasi @Serambi Indonesia - Tribunnews.com

Sahabat mulia Abu Darda Radhiyallahu ‘anhu-sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal Rahimahullahu Ta’ala-dan sahabat mulia Abu Qilabah Radhiyallahu ‘anhu-sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Abdurrazzaq dan Imam al-Baihaqi Rahimahumallahu Ta’ala-menyebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wa sallam bersabda, “Kebaikan tidak akan punah. Dosa tidak akan terlupa. Allah Ta’ala tidak pernah tidur. Dan kamu pasti mendapatkan balasan sesuai perbuatanmu.”

Jika kita sibuk dengan kebaikan, maka Allah Ta’ala akan memberikan balasan atas kebaikan itu, pun jika kebaikan itu hanya sebesar biji dzarrah. Begitu juga saat kita melakkan keburukan, maka Allah Ta’ala akan menimpakan balasan dengan sangat adil. Sebab, Dia mustahil menzhalimi hamba-hamba-Nya.

Imam Fudhail bin ‘Iyadh Rahimahullahu Ta’ala yang merupakan salah satu ulama sufi terkemuka menuturkan, “Perbuatan maksiat yang saya lakukan bisa saya ketahui melalui sikap binatang tungganganku dan budakku.”

Perbuatan maksiat, sekecil apa pun, memiliki atsar yang bisa diketahui. Siapa pun yang melakukan tindakan keburukan, ia diberi kemampuan untuk mengenalinya. Baik dari keluarga dekat, orang-orang yang dicintai, masyarakat sekitar, murid-murid atau para santri, sampai binatang yang menjadi piaraannya.

Sayangnya, banyak di antara kita yang tidak mampu menyadari atau enggan mengakui bahwa yang kita alami merupakan buah dari maksiat yang pernah dikerjakan.

“Jika Anda melihat kekacauan pada sesuatu,” tulis Imam Ibnul Jauzi dalam Shaid al-Khatir, “ingatlah bahwa ada sebuah nikmat yang tidak disyukuri atau kesalahan yang telah (Anda) kerjakan.”

Apakah ada banyak pekerjaan kita yang bermasalah? Apakah tim kerja kita banyak yang tidak amanah? Adakah santri-santri kita berlaku tidak wajar? Adakah transaksi-transaksi bisnis yang macet tanpa sebab yang jelas?

Apakah pasangan kita banyak berulah? Apakah kita tidak ditaati sebagai suami dan ayah? Apakah Anda tidak disayangi sebagai istri dan ibu? Apakah Anda tidak dipenuhi haknya sebagai anak?

“Waspadai berpalingnya nikmat dan datangnya azab yang tak terkira, dan jangan terkecoh oleh luasnya pengampunan, karena pengampunan itu bisa saja dipersempit seketika.” pungkas Imam Ibnul Jauzi menerangkan.

Mari mengakui dan menyadari; jangan-jangan, kerumitan hidup dan banyaknya persoalan yang tak kunjung usai merupakan buah dari dosa, kesalahan, dan maksiat yang kita kerjakan.

Wallahu a’lam. [Pirman/Bersamadakwah]

*Beli terjemah kitab Shaid al-Khatir tulisan Imam Ibnul Jauzi di 085691548528