Beranda Kisah-Sejarah Kisah Sahabat Benarkah Ali Mendapat Wasiat Sebagai Khalifah Pertama? (Bagian 3)

Benarkah Ali Mendapat Wasiat Sebagai Khalifah Pertama? (Bagian 3)

0
gurun (7theme)

Hadits nomor Lanjutan dari Benarkah Ali Mendapat Wasiat Sebagai Khalifah Pertama? (Bagian 2)

Al-Hafizh Ibnu Katsir berkata,

“Hadits yang tercantum dalam dua kitab Shahih dan kitab-kitab hadits lainnya, yang diriwayatkan dari Ali, membantah sangkaan kaum Rafidhah bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mewasiatkan kepadanya kekhalifahan.

Jika memang benar sangkaan mereka, tentu para shahabat tidak akan menolaknya.

Mereka adalah orang-orang yang paling taat kepada Allah dan Rasul-Nya, baik pada saat beliau masih hidup maupun setelah wafatnya.

Tidak mungkin mereka memilih orang yang tidak dipilih oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dan mengabaikan orang yang telah dimajukan oleh beliau.

Siapa yang menuduh para shahabat melakukan itu, berarti menuduh para shahabat melakukan pembangkangan terhadap Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dalam hukum dan ucapannya.

Siapa yang sampai pada posisi itu, berarti telah menanggalkan keislamannya dan mengingkari seluruh kesepakatan para ulama, dan darahnya pun menjadi halal untuk ditumpahkan (diperangi).

Seandainya, jika Ali memang memiliki wasiat tersebut, kenapa dia tidak mengeluarkannya dan memperlihatkannya kepada para shahabat untuk menetapkan kepemimpinannya atas mereka?

Jika dia tidak mampu untuk merealisasikan wasiat yang diberikan padanya berarti dia seorang yang lemah, dan orang yang lemah tidak pantas menjadi pemimpin, dan Ali tidak mungkin seperti itu.

Jika Ali mampu tapi tidak melakukannya, berarti dia telah berkhianat, dan orang yang berkhianat diturunkan dari kepemimpinan, dan Ali tidak seperti itu.

Jika dia tidak mengetahui keberadaan wasiat tersebut, berarti dia orang yang bodoh. Sebab orang-orang sesudahnya mengetahui hal itu. Semua itu mustahil terjadi, semua itu hanyalah dusta yang menyesatkan.

Namun kebohongan itu justru dianggap sesuatu yang menguntungkan bagi para pendusta (Syiah).

Syaitan lalu memolesnya hingga tampak sebagai suatu kebenaran meski tidak ada dalil dan bukti yang menguatkan, melainkan hanya bersandar pada tuduhan dan sangkaan.

Kita berlindung kepada Allah dari apa yang mereka lakukan dalam mencampur-adukkan fakta dan pengingkaran atas kebenaran.

Mari kita berpegang teguh pada Al-Qur`an dan Sunnah dan setia pada Islam dan keimanan.

Semoga semua itu memberatkan timbangan kebaikan kita dan menjauhkan kita dari api neraka, sehingga kita dapat memperoleh kemenangan berupa surga. Sesungguhnya Allah Maha Mulia dan Maha Penyayang.”

Dikutip dari buku 10 Shahabat yang Dijanjikan Masuk Surga karya Abdus Sattar Asy-Syaikh.

[Abu Syafiq/BersamaDakwah]