Lanjutan dari Benarkah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam Lahir Hari Senin?
Pada hari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam dilahirkan, Abdullah bin Abdul Muthalib pergi menemui Aish, lalu berdiri di tempat ibadahnya, kemudian memanggilnya, “Wahai Aish.”
Dia pun bertanya, “Siapa ini?”
Abdullah menjawab, “Ini aku, Abdullah.”
Aish pun menjamunya lalu berkata, “Jadilah ayah yang baik, bayi itu yang pernah saya ceritakan kepada kalian, yaitu dia dilahirkan pada hari Senin, diutus sebagai Nabi pada hari Senin, dan akan meninggal pada hari Senin.”
Abdullah berkata, “Anakku lahir menjelang subuh.” Aish bertanya, “Siapa namanya?” Abdullah menjawab, “Muhammad.”
Aish berkata, “Demi Allah, sungguh aku ingin menjadi keluarga bagi anak yang baru lahir ini, karena pada dirinya terdapat tiga ciri yang membuat kami mengenalnya, yaitu bintangnya telah terbit kemarin, lahir pada hari ini, dan namanya adalah Muhammad. Pergilah dan temuilah ia, karena dia adalah bayi yang dahulu pernah aku ceritakan kepada kalian.”
Sayang sekali, hadits ini dha’if, disebutkan oleh Al-Hafidz Ibnu Katsir dalam Al-Bidayah wa An-Nihayah (1/705,706), beliau mengatakan, seperti inilah yang diriwayatkan Abu Nu’aim, dan pada sanadnya terdapat keganjilan.
Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lahir pada malam hari.
Aisyah Radhiyallahu Anhu berkata,
“Dahulu kala, ada seorang Yahudi yang berdagang di kota Mekah. Pada malam dilahirkannya Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, dia berkata, “Wahai kaum Quraisy, apakah pada malam ini telah lahir seorang bayi di tengah-tengah kalian?”
Mereka menjawab, “Kami tidak mengetahuinya.”
Orang Yahudi itu berkata, “Pada malam ini, telah lahir seorang Nabi dari umat yang terakhir, di antara dua pundaknya terdapat sebuah tanda kenabian, yang pada tanda tersebut terdapat beberapa rambut yang berjajar seperti rambut leher kuda.”
Mereka pun pergi bersama orang Yahudi itu untuk bertemu dengan ibu si bayi yang baru lahir.
Lalu mereka berkata, “Tolong perlihatkan bayimu kepada kami.”
Si ibu pun membawanya ke hadapan mereka. Setelah itu, mereka menyingkapkan punggungnya, maka terlihatlah tanda kenabian tersebut dan tiba-tiba si Yahudi itu pingsan.
Ketika tersadar, mereka bertanya, “Ada apa denganmu?” Orang Yahudi itu berkata, “Demi Allah, hilanglah sudah kenabian dari Bani Israil.”
HR. Al-Hakim (2/601), dan dia menyatakannya hadits shahih. Adz-Dzahabi mengkritisinya dan mengatakan, “Saya tidak setuju dengannya.”
Hadits ini menunjukkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam terlahir dengan tanda kenabian yang terdapat di antara kedua pundaknya. Dengan tanda kenabian tersebut, para ahli kitab dapat mengenali beliau, yaitu mereka telah lama bertanya tentangnya dan ingin mengetahuinya.
Dari keterangan di atas dapat kita simpulkan bahwa Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam lahir pada hari Senin.
Sebagian tulisan ini dikutip dari kitab Latha`if Al-Ma’arif karya Ibnu Rajab.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]