Ibnu Qayyim Al Jauziyah membuat satu bab tersendiri dalam Zaadul Ma’ad mengenai Rasulullah dan Desain Rumah. Meskipun tergolong satu bab, uraiannya tidak banyak. Hanya berisi garis besar bagaimana desain Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan sikap beliau terhadap rumah sendiri.
Berikut ini ringkasan dari bab Rasulullah dan Desain Rumah dalam Zaadul Ma’ad serta tambahan informasi ukuran rumah Rasulullah.
Rasulullah menyadari bahwa kehidupan laksana perjalanan, lalu berteduh sebentar untuk meneruskan ke tujuan yakni akhirat. Oleh karena itu beliau dan para sahabatnya tidak berlebih-lebihan dalam desain rumah.
Rasulullah tidak pernah menghias, memperluas dan meninggikannya. Akan tetapi desain rumah beliau adalah model terbaik bagi orang yang sedang dalam perjalanan untuk berlindung dari panas, hujan dan cuaca dingin. Melindunginya dari pandangan mata. Mencegah binatang masuk. Atapnya didesain sedemikian rupa agar tidak timbul kekhawatiran jatuh atau ambruk. Tak ada serangga yang bersarang, tidak pula tiupan angin kencang.
Rumah Rasulullah tidak terlalu rendah, tidak juga terlalu tinggi. Tidak terlalu sempit sehingga penghuninya sesak, tidak pula terlalu luas sehingga mubadzir dan sia-saia. Tidak pula banyak ruang kosong sehingga ditempati serangga.
Rumah Rasulullah tidak diberi wewangian yang justru mengganggu penghuninya. Namun rumah Rasulullah wangi karena beliau biasa memakai minyak wangi.
Desain rumah Rasulullah benar-benar ideal dan bermanfaat serta serasi dengan tubuh dan kesehatan.
Ketika berada di Makkah, rumah Rasulullah bersama Khadijah tergolong besar dan luas. Namun ketika berada di Madinah, rumah beliau bersama Aisyah hanya berukuran sekitar 5 meter x 4,5 meter dan tingginya 3 meter, berlantaikan tanah. Di dalamnya hanya ada sebuah kamar berukuran 3 x 3,5 meter dengan tempat tidur berupa ‘tikar’ yang sederhana. [Ibnu K/Bersamadakwah]