Lanjutan dari Dokter yang Ingat Kematian Karena Surat Wasiat Pasiennya (2)
Selanjutnya, saya bertanya kepada diri sendiri dan kepada orang-orang seperti diri saya,
“Kenapa kita baru menyadari bahwa kita sering menyakiti orang lain, lalu bergegas meminta maaf kepadanya hanya saat kematian sudah begitu dekat? Kenapa kita masih saja menyakiti orang lain? Padahal kita tidak tahu kapan ajal menjemput.”
Sebelum melangkahkan kaki untuk menyakiti orang lain, hendaklah kita menahan diri, jangan sampai kita menghadap Allah Ta’ala dengan membawa kesalahan karena menyakiti orang lain yang mungkin saja ia mendatangkan siksa neraka –semoga Allah melindungi kita darinya-.
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
اتَّقُوْاالظُّلْمَ فَإنَّ الظُّلْمَ ظُلُمَاتٌ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
“Jauhilah perbuatan zhalim, karena sesungguhnya kezhaliman adalah kegelapan pada hari kiamat.” (HR. Muslim).
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam juga bersabda,
مَنْ ظَلَمَ قَيْدَ شِبْرٍ مِنَ الْأرْضِ طُوِّقَهُ مِنْ سَبْعِ أَرَضِيْنَ
“Barangsiapa menzhalimi (menyerobot) tanah orang lain seluas satu jengkal, maka tanah itu akan dikalungkan di lehernya sebanyak tujuh lapis.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda,
مَنْ كَانَتْ لَهُ مَظْلَمَةٌ لِأَخِيْهِ مِنْ عِرْضِهِ أَوْ شَيْءٌ فَلْيَتَحَلَّلْهُ مِنْهُ الْيَوْمَ، قَبْلَ أَنْ لاَ يَكُوْنَ دِيْنَارٌ وَلاَ دِرْهَمٌ، إنْ كَانَ لَهُ عَمَلٌ صَالِحٌ أُخِذَ مِنْهُ بِقَدَرِ مَظْلَمَتِهِ، وَ إنْ لَمْ تَكُنْ لَهُ حَسَنَاتٌ أُخِذَ مِنْ سَيِّئَاتِ صَاحِبِهِ فَحُمِّلَ عَلَيْهِ
“Barangsiapa menzhalimi kehormatan saudaranya atau yang lainnya maka hendaklah ia meminta maaf sekarang, sebelum tiba saat tidak ada Dinar maupun Dirham lagi, sehingga –saat itu- amal saleh orang –yang berbuat zalim tersebut- akan dikurangi setimpal dengan kezhalimannya.
Dan ia jika tidak memiliki amal saleh maka kesalahan –dosa- orang yang ia zhalimi akan dibebankan kepadanya.” (HR. Al-Bukhari)
Dalam hadits qudsi Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam menceritakan firman Allah Ta’ala,
يَا عِبَادِي إنِّي حَرَّمْتُ الظُّلْمَ عَلَى نَفْسِي وَ جَعَلْتُهُ بَيْنَكُمْ مَحَرَّمًا، فَلاَ تَظَالَمُوْا
“Wahai sekalian hamba-Ku, sesungguhnya Aku mengharamkan kezhaliman atas diri-Ku, lalu Aku mengharamkannya atas kalian semua, maka janganlah kalian saling menzhalimi.” (HR. Muslim)
Saudara saudariku sekalian.
Seluruh ungkapan isi hati ini muncul saat saya membaca selembar kertas ini.
Saya menyadari bahwa saya sering berbuat zhalim, bahwa saya dan orang-orang seperti saya telah terlena oleh kenikmatan hingga melupakan kematian, terlena oleh pertemuan-pertemuan hingga melupakan perpisahan.
Bagaimanapun juga, akhirnya saya harus melaksanakan operasi tersebut, operasi itu merupakan operasi paling lama yang pernah saya alami. Alhamdulillah akhirnya tuntas juga pekerjaan berat itu.
Padahal, semula saya berpikir untuk membatalkan operasi bedah ini karena hati saya dalam keadaan kacau-balau tidak menentu.
Akan tetapi, apa boleh buat, rongga dada orang itu sudah dibedah maka mau tidak mau operasi harus segera dimulai, dengan bertawakal kepada Allah saya melaksanakan tugas sulit ini yang pada akhirnya lelaki itu keluar dari ruang bedah dengan selamat.
Pada keesokan harinya, aku serahkan kembali secarik kertas wasiat tersebut sambil berkata,
“Saudaraku, semoga Allah Ta’ala memaafkanmu, engkau telah membuatku terenyuh saat engkau serahkan wasiat tersebut, semoga Allah mengampuni dosa-dosaku dan dosa-dosamu.”
Semoga shalawat dan salam selalu dilimpahkan atas junjungan Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]