Di antara wanita terbaik yang pernah lahir di dunia ini adalah Fathimah, putri Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam. Wanita mulia, anak dari Nabi yang mulia dan dinikahi pula oleh orang yang mulia.
Dari pernikahan Fathimah dan Ali bin Abi Thalib lahirlah keturunan Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam hingga akhir zaman.
Fathimah adalah seorang wanita yang mana sejarah pun tidak mengenal wanita lain yang bisa mendekati kedudukannya sepeninggalnya, apalagi wanita yang dapat menyamai kedudukan, ketinggian, dan kemuliaannya.
Segala kebaikan terhimpun di dalam dirinya dan seolah tercurahkan kepadanya dengan deras.
Bagaimana mungkin pembahasan yang singkat ini dapat menyentuh semua itu, sementara kita tidak mampu menghitungnya, sebagaimana lisan tidak mampu untuk menyebutkannya satu persatu.
Fathimah adalah wanita yang senantiasa beribadah, sujud, dan menghabiskan waktunya untuk beribadah kepada Allah. Sesungguhnya ini adalah pembicaraan tentang rasa malu di masa hidupnya.
Diriwayatkan dari Ummu Ja’far binti Muhammad bin Ja’far bahwa Fathimah binti Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam berkata,
“Wahai Asma`, sungguh aku tidak suka dengan apa yang dilakukan terhadap kaum wanita, di mana seorang wanita hanya ditutupi dengan kain sehingga terlihat bentuk tubuhnya.”
Ketika Fathimah Radhiyallahu Anha jatuh sakit, yang karena itu ia meninggal dunia, ia dijenguk oleh Asma` binti Umais Al-Khats’amiyah Radhiyallahu Anha, istri dari Abu Bakar Ash-Shiddiq.
Lalu Fathimah berkata kepada Asma` binti Umais,
“Alangkah buruk apa yang dilakukan terhadap seorang wanita saat ia meninggal dunia, saat jenazahnya dibawa, tubuhnya hanya ditutupi oleh kain, sehingga memperlihatkan bentuk tubuhnya.”
Keranda mayat pada masa itu hanya terdiri dari sebuah papan datar saja, di mana mayit diletakkan di atasnya, kemudian ditutupi dengan kain.
Sehingga, menampakkan bentuk tubuhnya, dan orang-orang dapat mengetahui tinggi tubuh seorang wanita ataupun lebarnya.
Subhanallah. Sungguh Fathimah masih membawa rasa malunya bahkan setelah kematiannya. Ia disibukkan oleh rasa malunya, sehingga ia berpikir tentang kondisinya setelah meninggal dunia.
Ia memikirkan tentang sesuatu yang hanya sedikit dipikirkan oleh orang lain. Fathimah mengucapkan kata-kata ini pada hari-hari terakhir dari kehidupannya.
Ia telah mengetahui dari ayahnya, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, bahwa ia adalah keluarga beliau yang paling pertama akan menyusul beliau.
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Berlanjut ke Fathimah, Pemimpin Kaum Wanita Surga yang Sangat Pemalu (Bagian 2)