Tulisan ini adalah lanjutan dari Haditsul Ifki, Berita Bohong Tentang Aisyah (3) yang merupakan bagian akhir dari kisah ini.
Aisyah melanjutkan,
“Kemudian aku pindah dan berbaring di tempat tidurku. Demi Allah, pada saat itu aku yakin diriku bersih dan Allah akan menunjukkan kebersihanku. Tetapi, sungguh aku tidak menyangka bahwa akan diturunkan wahyu yang akan selalu dibaca (sampai hari kiamat) tentang persoalanku.
Aku merasa persoalanku terlalu remeh untuk dibicarakan oleh Allah Azza wa Jalla dengan menurunkan wahyu yang akan selalu dibaca (sampai hari kiamat). Yang aku harapkan, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam akan melihat lewat mimpi bahwa Allah membersihkan diriku dari tuduhan-tuduhan itu.“
Ia melanjutkan, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam belum lagi meninggalkan tempat duduknya dan tak seorang pun dari isi rumah ada yang keluar, Allah Ta’ala pun menurunkan wahyu kepada Nabi-Nya.
Tampak Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam merasa kepayahan seperti biasanya bila beliau menerima wahyu, hingga bertetesan keringat beliau bagaikan mutiara yang berkilauan, karena beratnya firman yang diturunkan kepada beliau.
Ketika keadaan yang demikian telah hilang dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam (wahyu telah selesai turun), maka sambil tersenyum perkataan yang pertama kali beliau ucapkan adalah,
“Bergembiralah, wahai Aisyah, sesungguhnya Allah telah membersihkan dirimu dari semua tuduhan.”
Lalu ibuku berkata kepadaku, “Bangkitlah! Sambutlah beliau!”
Aku menjawab, “Demi Allah, aku tidak akan bangkit menyambut beliau. Aku hanya akan memuji syukur kepada Allah Ta’ala. Dialah yang telah menurunkan ayat Alqur‘an yang menyatakan kebersihanku.“
Aisyah mengatakan, “Allah Ta’ala menurunkan ayat, “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu (juga)…” sampai sepuluh ayat berikutnya, (QS. An-Nur: 11).
Allah menurunkan ayat-ayat tersebut yang menyatakan kebersihanku. Abu Bakar yang semula selalu memberikan nafkah kepada Misthah karena kekerabatan dan kemiskinannya, pada saat itu mengatakan,
“Demi Allah, aku tidak akan lagi memberikan nafkah kepadanya sedikit pun selamanya, sesudah apa yang dia katakan terhadap Aisyah.”
Maka sebagai teguran atas ucapannya itu, Allah menurunkan ayat yang berikutnya, “Dan janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka (tidak) akan memberi (bantuan) kepada kerabat(nya)…” sampai pada firman-Nya, “Apakah kamu tidak suka bahwa Allah mengampunimu?”
(Hibban bin Musa berkata, Abdullah bin Mubarak berkata, “Ini adalah ayat yang paling aku harapkan dalam Kitabullah.”)
Maka berkatalah Abu Bakar, “Demi Allah, tentu saja aku sangat menginginkan jika Allah mengampuniku.”
Selanjutnya dia (Abu Bakar) kembali memberikan nafkah kepada Misthah seperti sediakala dan berkata, “Aku tidak akan berhenti memberikannya nafkah untuk selamanya.”
Aisyah meneruskan, “Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam pernah bertanya kepada Zainab binti Jahsy, istri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam tentang persoalanku,
“Apa yang kamu ketahui? Dan apa pendapatmu?”
Zainab menjawab, “Wahai Rasulullah, aku selalu menjaga pendengaran dan penglihatanku (dari hal-hal yang tidak layak). Demi Allah, yang kuketahui hanyalah kebaikan.”
Aisyah berkata, “Padahal, dialah yang menyaingi kecantikanku dari para istri Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam. Allah menganugerahinya dengan sikap wara‘ (menjauhkan diri dari maksiat dan perkara yang meragukan), lalu mulailah saudara perempuannya, yaitu Hamnah binti Jahsy, memeranginya dengan rasa fanatik (yakni ikut menyebarkan apa yang dikatakan oleh pembuat cerita bohong). Maka celakalah ia bersama orang-orang yang celaka.”
Az-Zuhri berkata, “Inilah berita yang sampai kepada kami tentang mereka.” [Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Saya pribadi ingin sekali cerita cerita masa kehidupan rosulallah…admin tolong adakan lagi karena saya merasa bersama rosulallah ketika membaca nya
Komentar ditutup.