Sungguh, termasuk rahmat Allah Ta’ala adalah kesedihan atau segala sesuatu yang tidak diinginkan yang dialami manusia. Tidak ada yang berlangsung selamanya, tetapi selalu berakhir dengan meninggalkan dampak-dampak positif dan berbagai manfaat bagi orang yang terkena musibah.
Hal tersebut bisa berbeda-beda sesuai taufik Allah yang diberikan kepada orang yang beriman di satu sisi, dan di sisi lain sesuai kesadaran dari orang yang terkena musibah itu sendiri dalam memetik buah dari peristiwa yang dialaminya dalam mengharapkan pahala di sisi Allah Ta’ala.
Patut diingatkan di sini bahwa kesedihan -sekalipun pada umumnya terdapat manfaat-manfaat dan akibat-akibatnya yang terpuji-, tetapi kesedihan itu sendiri sebenarnya tidak dikehendaki dalam Islam, karena sering kali menyebabkan kegelisahan dan keruhnya tabiat manusia.
Terkait hal ini, dalam Al-Qur`an disebutkan,
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ وَعَسَى أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia sangat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 216).
Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam juga telah bersabda dalam sebuah hadits,
عَجَبًا لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ ذَاكَ لِأَحَدٍ إِلَّا لِلْمُؤْمِنِ إِنْ أَصَابَتْهُ سَرَّاءُ شَكَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ وَإِنْ أَصَابَتْهُ ضَرَّاءُ صَبَرَ فَكَانَ خَيْرًا لَهُ
“Tidaklah Allah menakdirkan suatu takdir pada orang mukmin, kecuali menjadi kebaikan baginya. Jika dia mengalami suatu kegembiraan, dia bersyukur, maka menjadi kebaikan baginya. Dan, jika dia terkena suatu kesedihan, dia bersabar, maka menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim)
Dalam membahas soal ini, berikut ini penulis akan menyampaikan sejumlah manfaat dan buah yang bisa dipetik oleh orang yang menderita kesedihan ketika mengalami musibah.
1. Orang yang ditimpa musibah mendapatkan kesempatan untuk beribadah
Sesungguhnya Allah Ta’ala menciptakan makhluk-Nya tak lain untuk diberi cobaan dan ujian, agar terlihat ibadah mereka, berupa syukur dari orang yang mengalami kesenangan dan bersabar dari orang yang mengalami kesedihan.
Ini semua takkan bisa terjadi kecuali jika Allah membolak-balikkan keadaan hamba-Nya, sehingga nyatalah kesungguhan ibadahnya kepada Allah Ta’ala.
Apabila hamba tersebut benar-benar mukmin, maka segala sesuatunya menjadi baik. Yakni, jika mengalami kesenangan, dia bersyukur, maka kesenangannya menjadi kebaikan baginya. Jika mengalami kesedihan, dia bersabar, maka kesedihannya menjadi kebaikan pula baginya.
Demikianlah, sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam,
“Sungguh mengagumkan urusan orang mukmin. Sesungguhnya segala urusannya menjadi baik, dan itu takkan terjadi pada siapa pun selain orang mukmin. Jika dia mengalami kesenangan, dia bersyukur, maka menjadi kebaikan baginya. Dan, jika dia terkena kesedihan, dia bersabar, maka menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim).
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]
Berlanjut ke Inilah Hikmah di Balik Kesedihan yang Menimpa Orang Beriman (Bagian 2)