Tidak banyak yang tahu bahwa salah seorang shahabat Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam yang termasuk dalam salah satu orang yang dijamin masuk surga adalah orang pertama yang melesatkan anak panahnya di jalan Allah.
Dia tidak lain adalah Sa’ad bin Abi Waqqash. Sa’ad adalah seorang pemanah ulung, tidak pernah sekalipun panahnya meleset dari tujuannya berkat doa dari Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam untuknya.
Selain itu, Sa’ad adalah salah seorang pemanah Quraisy yang terkenal. Setiap kali pertempuran dimulai dan peperangan semakin panas, Sa’ad akan segera berlari ke jantung medan pertempuran dan menyambut musuh dengan dada dan tubuhnya. Ia akan terus melawan para musuh agama.
Peperangan-peperangan yang diikutinya bersama Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam telah membuktikan hal tersebut. Khususnya pada perang Badar dan Uhud. Sa’ad tetap melanjutkan kisah kepahlawanan ini pada masa Khulafaur Rasyidin.
Kisah penaklukannya di Irak terlalu masyhur untuk kembali diceritakan.
Sa’ad telah menjadi seorang pahlawan yang mengagumkan dalam perang-perang tersebut, menjadi seorang mujahid yang militan, seorang pemimpin bagaikan singa, dan yang terkemuka dari para penglima-panglima penakluk lainnya.
Orang pertama yang melesatkan anak panah di jalan Allah
Pada bulan Syawal, delapan bulan setelah hijrah, Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam memberikan panji kepada Ubaidah bin Al-Harits bin Al-Muththalib. Beliau mengutusnya dalam sebuah ekspedisi yang terdiri dari enam puluh shahabat kalangan muhajirin, tanpa satu pun yang berasal dari golongan Anshar.
Sa’ad ikut bersama mereka. Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam mengarahkan mereka untuk menuju Rabigh yang terletak di daerah pesisir Laut Merah, untuk mengamati sebuah kafilah Quraisy yang dipimpin oleh Abu Sufyan.
Ibnu Sa’ad meriwayatkan dari Sa’ad bin Abi Waqqash yang mana dia berkata,
“Aku adalah orang pertama yang melesatkan anak panah. Kami keluar bersama Ubaidah bin Al-Harits dengan kekuatan enam puluh pasukan berkuda dalam sebuah ekspedisi.”
Kedua pasukan pun bertemu. Pasukan musyrik menyerang pasukan kaum muslimin, dan mereka saling melesatkan anak panah. Saat itu tidak ada pertarungan dengan pedang. Sa’ad Radhiyallahu Anhu pun melindungi mereka dengan anak panahnya. Itu merupakan peperangan pertama yang terjadi dalam Islam dan Sa’ad merupakan orang pertama yang melesatkan anak panah di jalan Allah.
Dalam Ash-Shahihain dan yang lainnya disebutkan bahwa Sa’ad berkata, “Aku adalah orang Arab pertama yang melesatkan anak panah di jalan Allah.”
Sa’ad mengungkapkan kebanggaannya akan kontribusi yang mulia tersebut, dan pembelaannya terhadap saudara-saudaranya, serta perlawanannya terhadap pasukan musyrikin dengan panahnya.
Kisah ini menunjukkan bahwa memanah adalah tradisi yang dilestarikan oleh para pejuang dan pahlawan Islam di masa lalu. Oleh karena itu, sudah sepatutnya umat Islam di masa ini untuk kembali menghidupkan tradisi tersebut.
Tulisan ini disadur dari buku Al-Asyarah Al-Mubasy-syaruna Bil Jannah karya Abdus Sattar Asy-Syaikh
[Abu Syafiq/BersamaDakwah]